Demikianlah yang telah saya dengar, pada suatu waktu, Sang
Bhagavan Buddha yang menetap dalam kota Shravasti di Jetavana (Hutan Jeta), di
Taman Anathapindika (Taman Dermawan untuk Yatim dan Tanpa Saudara), bersama
dengan pengikut tetapnya yang kesemua berjumlah seribu dua ratus lima puluh
bhikkhu terpandang dan dua belas ribu Maha Bodhisattva Sangha.
Saat itu, dewa-dewa di Surga Trayastrimsha juga tengah
berkumpul dalam Aula Kebajikan Dharma. Di antara mereka terdapat seorang putra
dewa bernama Susthita, bersama-sama dengan putra-putra dewa terpandang lainnya,
sedang bersuka-ria di taman dan lapangan, menikmati kebahagiaan luar biasa
dalam kehidupan surgawi. Dikelilingi oleh dewi-dewi, mereka dengan penuh
kegembiraan – menyanyi, menari, dan menghibur diri mereka sendiri.
Segera malam tiba, Susthita putradewa tiba-tiba mendengar
suara dari angkasa yang berkata “Susthita putradewa, engkau hanya mempunyai
tujuh hari lagi untuk hidup. Setelah meninggal, engkau akan dilahirkan kembali
di Jambudwipa (Bumi) sebagai seekor binatang selama tujuh kehidupan
berturut-turut. Setelahnya, engkau akan masuk ke dalam neraka untuk menjalani
penderitaan tambahan. Hanya setelah hukuman karmamu tergenapi, engkau akan
dilahirkan kembali di alam manusia, tetapi terlahir di keluarga sederhana dan
melarat. Saat berada dalam rahim ibumu, engkau tidak akan mempunyai mata dan
terlahir buta.
Mendengar ini, Susthita putradewa sangat takut hingga bulu
kuduknya berdiri pada akhirnya. Merasa ketakutan dan tertekan, dia lari ke
istana Raja Sakra. Meledak dalam tangis dan tidak tahu apalagi yang harus
diperbuat, dia bersujud di kaki Raja Sakra, memberitahukan Raja Sakra apa yang
telah terjadi.
“Ketika saya sedang bersuka ria menikmati tarian dan nyanyian
bersama dewi-dewi surga, saya tiba-tiba mendengar suara dari angkasa yang
memberitahukan saya bahwa saya hanya tinggal mempunyai tujuh hari saja, dan
saya akan terperosok ke dalam Jambudwipa (Bumi) setelah mati, tinggal di sana
dalam alam binatang selama tujuh kehidupan berturut-turut. Setelahnya, saya
terperosok dalam bermacam neraka untuk menjalani penderitaan yang lebih berat.
Hanya setelah hukuman karmaku digenapi, saya akan dilahirkan kembali sebagai
manusia, dan sesudahnya saya akan terlahir tanpa mempunyai mata dalam keluarga
miskin dan terhina. Raja Surga, bagaimana saya dapat melepaskan diri dari
penderitaan seperti ini?”
Mendengar permohonan Susthita putradewa yang penuh tangisan,
Raja Sakra sangat heran dan berpikir, “Dalam tujuh jalan sengsara berturut-turut
dan wujud-wujud apakah yang akan dijalani Susthita putradewa?”
Raja Sakra segera menenangkan pikirannya memasuki Samadhi
dan mengamati secara saksama. Segera, dia melihat Susthita menjalani tujuh
jalan sengsara dalam wujud babi, anjing, serigala, monyet, ular sawah, burung
gagak dan burung bangkai, yang kesemuanya hidup dari sampah dan bangkai.
Setelah melihat tujuh masa depan wujud kelahiran kembali Susthita putradewa,
Raja Sakra merasa hancur dan sangat sedih, tetapi tidak dapat memikirkan jalan
lain untuk menolong Susthita. Dia merasa hanya Sang Tathagata, Arahat,
Samyak-sambuddha yang dapat menyelamatkan Susthita dari kejatuhan ke dalam
penderitaan hebat di jalan sengsara.
Segera setelah malam tiba, Raja Sakra menyiapkan berbagai
macam rangkaian bunga, wewangian dan dupa. Menghiasi dirinya dengan bahan kain
dewa terbaik dan membawa sesajian ini, Raja Sakra menuju taman Anathapindika,
tempat kediaman Bhagavan Buddha. Saat tiba, Raja Sakra pertama-tama bersujud di
kaki Buddha sebagai penghormatan, kemudian berjalan perlahan-lahan searah jarum
jam mengelilingi Sang Buddha untuk pemujaan, sebelum meletakkan persembahan
agungnya. Sambil berlutut di depan Sang Buddha, Raja Sakra menjelaskan takdir
akhir dari Susthita putradewa yang akan terperosok ke dalam jalan sengsara
dengan tujuh kelahiran kembali berturut-turut ke dalam alam binatang dengan
rincian dari hukuman karma lanjutannya.
Seketika, Usnisa (makhota) dari Sang Tathagata memancarkan
bermacam-macam sinar terang benderang, menerangi dunia di sepuluh penjuru, dan
cahaya tersebut memantul kembali, melingkari Buddha tiga kali sebelum masuk ke
dalam mulut-Nya. Kemudian Sang Buddha tersenyum dan berkata kepada Raja Sakra.
“Raja Surga, terdapat Dharani yang dikenal sebagai “Usnisa Vijaya Dharani”.
Dharani ini dapat meyucikan semua jalan sengsara, melenyapkan penderitaan atas
kelahiran dan kematian secara menyeluruh. Dharani ini juga dapat membebaskan
semua kesengsaraan dan penderitaan makhluk hidup di alam neraka, Raja Yama dan
binatang, menghancurkan semua neraka, dan mengantarkan semua makhluk hidup ke
jalan suci.
“Raja Surga, jikalau seseorang mendengar Usnisa Vijaya
Dharani sekali saja, semua karma buruk dari kehidupan sebelumnya yang
seharusnya menyebabkan ia terlahir di neraka akan terhancurkan semuanya.
Sebaliknya, ia akan memperoleh badan yang baik dan bersih. Dimanapun ia
dilahirkan kembali, dia akan mengingat Dharani ini secara jelas – dari satu
kebuddhaan ke lainnya, dari satu alam surgawi ke alam surgawi lainnya.
Sesungguhnya, melalui Surga Trayastrimsha, dimanapun ia terlahir kembali, dia
tidak akan lupa.”
“Raja Surga, jikalau seseorang menjelang kematian mengingat
Dharani suci ini, walaupun hanya sekejap, masa hidupnya akan diperpanjang dan
ia akan memperoleh kesucian dalam raga, perkataan dan pikirannya. Tanpa
penderitaan dan kesakitan badaniah dan sesuai dengan perbuatan baiknya, dia
akan menikmati ketentraman di mana saja. Menerima berkah dari semua Tathagata
dan senantiasa dijaga dewa-dewa, dan dilindungi oleh Bodhisattva, ia akan dihormati
dan dimuliakan masyarakat, dan semua rintangan kesengsaraan akan terhapuskan.”
“Raja Surga, jikalau seseorang dengan ikhlas membaca dan
melafalkan Dharani ini, walaupun sekejap saja, semua hukuman karmanya yang akan
menyebabkan ia menderita di alam neraka, binatang, Raja Yama, setan lapar, akan
dihancurkan seluruhnya dan dihapuskan tanpa meninggalkan jejak. Ia akan bebas
pergi ke tanah suci Buddha dan istana surga manapun, semua pintu gerbang ke
kediaman Bodhisattva akan terbuka untuknya tanpa hambatan.”
Setelah mendengar ajaran ini, Raja Sakra segera memohon
kepada Sang Buddha, “Demi semua makhluk hidup, semoga Bhagavan Buddha
memberikan ajaran mengenai bagaimana usia hidup seseorang dapat diperpanjang.”
Sang Buddha mengetahui keinginan Raja Sakra dan keinginannya untuk mendengar
ajaran-Nya mengenai Dharani ini dan segera mengucapkan Mantra ini seperti
demikian:
namo bhagavate
trailokya prativiśiṣṭaya buddhāya bhagavate.
tadyathā, om,
viśodhaya viśodhaya, asama-sama
samantāvabhāsa-spharana
gati gahana svabhāva viśuddhe,
abhiṣiňcatu mām.
sugata vara vacana amṛta abhiṣekai mahā mantra-padai.
āhara āhara āyuh
saṃ-dhārṇi. śodhaya śodhaya gagana viśuddhe.
uṣṇīṣa vijaya
viśuddhe sahasra-raśmi sam-codite.
sarva tathāgata
avalokani ṣaṭ-pāramitā-paripūrani.
sarva tathāgata
mati daśa-bhūmi prati-ṣṭhite.
sarva tathāgata
hṛdaya adhiṣṭhānādhiṣṭhita mahā-mudre.
vajra kāya sam-hatana
viśuddhe.
sarvāvaraṇa
apāya-durgati pari viśuddhe, prati-nivartaya āyuh śuddhe.
samaya
abhiṣṭhite. maṇi maṇi mahā maṇi.
tathatā
bhūta-koṭi pariśuddhe. visphuṭa buddhi śuddhe.
jaya jaya, vijaya
vijaya. smara smara, sarva buddha abhiṣṭhita śuddhe,
vajri vajragarbhe
vajram bhavatu mama śarīram.
sarva sattvānām
ca kāya pari viśuddhe. sarva gati pariśuddhe.
sarva tathāgata
siñca me samāśvāsayantu.
sarva tathāgata
samāśvāsa abhiṣṭhite.
budhya budhya,
vibudhya vibudhya,
bodhaya bodhaya,
vibodhaya vibodhaya samanta pariśuddhe.
sarva tathāgata
hṛdaya adhiṣṭhānādhiṣṭhita mahā-mudre svāhā.
(Usnisa Vijaya Dharani ini adalah versi perbaikan dengan
beberapa tambahan pada naskah asli terjemahan Sanskerta)
Kemudian Buddha berkata kepada Raja Sakra, “Mantra ini
dikenal sebagai ‘Yang Menyucikan Semua Jalan Sengsara Usnisa Vijaya Dharani’.
Dharani ini dapat menghilangkan semua rintangan karma buruk dan menghapuskan
penderitaan di semua jalan sengsara.”
“Raja Surga, Dharani termasyur ini dinyatakan serentak oleh
Buddha-Buddha sebanyak delapan puluh delapan koti (ratusan juta) sejumlah
butiran-butiran pasir di Sungai Gangga. Semua Buddha bergembira dan menjunjung
tinggi Dharani ini yang dibuktikan dengan tanda bukti kebijaksanaan dari Maha
Vairocana Tathagata. Ini karena di dalam jalan sengsara, untuk membebaskan
mereka dari hukuman menyakitkan dalam alam neraka, binatang dan Raja Yama;
untuk melepaskan semua makhluk yang menghadapi bahaya keterperosokan ke dalam
lautan lingkaran kelahiran dan kematian (samsara); untuk membimbing
makhluk-makhluk lemah yang berusia pendek dan kurang beruntung dan untuk
melepaskan makhluk-makhluk yang suka melakukan semua perbuatan jahat. selain
itu, karena ia berdiam dan dijunjung tinggi di dunia Jambudwipa, kekuatan yang
ditunjukkan oleh Dharani ini akan mengakibatkan semua makhluk dalam neraka dan
alam setan lainnya; orang yang kurang beruntung dan berpusar dalam lingkaran
kelahiran dan kematian; orang yang tidak percaya adanya perbuatan baik dan
jahat dan yang menyimpang dari jalan benar, untuk mencapai pelepasan.”
Kembali Buddha mengingatkan Raja Sakra, “Saya sekarang
mempercayakan Dharani suci ini kepadamu. Giliranmu untuk meneruskannya kepada
Susthita putradewa. Sebagai tambahan, kamu, dirimu sendiri harus menerima dan
menjunjung tinggi, melafal, merenung, dan menghargainya, menghafal dan
menghormatinya. Mudra Dharani ini harus disebarluaskan kepada semua makhluk
hidup di dunia Jambudwipa. Saya juga mempercayakan hal ini kepadamu, untuk
kebaikan semua makhluk-makhluk surgawi, di mana Mudra Dharani ini harus
disebarluaskan. Raja Surga, kamu harus tekun menjunjung tinggi dan
melindunginya, jangan pernah membiarkan Dharani ini dilupakan atau hilang.”
“Raja Surga, bila seseorang mendengar Dharani ini walaupun
sekejap saja, dia tidak akan menjalani hukuman karma yang berasal dari karma
jahat dan dosa-dosa berat yang terakumulasi dari ribuan kalpa lalu, yang
sepantasnya menyebabkan ia berpusar dalam lingkaran kelahiran dan kematian –
dalam semua bentuk kehidupan di jalan sengsara – neraka, setan lapar, binatang,
alam Raja Yama, Asura, Yaksa, Raksasa, setan dan roh, Putana, Kataputana,
Apasmara, nyamuk, kutu, kura-kura, anjing, ular phiton, burung, binatang buas,
binatang merayap dan bahkan semut dan bentuk-bentuk kehidupan lainnya. Hasil
dari kebaikan yang terkumpul dari mendengar sekejap Dharani ini, ketika kehidupan
fana ini berakhir, dia akan terlahir kembali ke tanah Buddha, bersama dengan
semua Buddha-Buddha dan Ekajati-pratibaddha Bodhisattva, atau di dalam keluarga
Brahmana atau ksatria termasyur, atau dalam beberapa keluarga kaya dan
terhormat lainnya. Raja Surga, manusia ini dapat terlahir kembali dalam salah
satu dari keluarga makmur dan terhormat di atas hanya karena dia telah
mendengar Dharani ini, dan karenanya terlahir kembali di tempat suci.”
“Raja Surga, bahkan memperoleh kemenangan gilang gemilang
Bodhimanda adalah hasil dari menjunjung kebajikan dari Dharani ini. Oleh sebab
itu, Dharani ini juga dikenal sebagai Dharani Bertuah, yang dapat mensucikan
semua jalan sengsara. Usnisa Vijaya Dharani ini sama seperti Harta dari Mutiara
Mani Matahari – murni dan tanpa cacat, jernih seperti langit, bersinar gemilang
dan terpancar. Jika makhluk apapun menjunjung tinggi Dharani ini, sama halnya
mereka akan turut cemerlang dan murni. Dharani ini menyerupai emas Jambunada –
cemerlang, murni, dan lembut, tidak dapat dinodai oleh kotoran dan semua yang
menyaksikannya turut berkenan. Raja Surga, makhluk-makhluk yang menjunjung
tinggi Dharani ini juga turut suci. Dengan kebajikan dari amalan murni, mereka
akan terlahir kembali di jalan yang benar.”
“Raja Surga, ke manapun Dharani ini berada, jika ditulis
untuk disebarluaskan, diperbanyak, diterima dan disimpan, dibaca dan
dilafalkan, didengar dan dipuja, ini akan mengakibatkan semua jalan sengsara
termurnikan; kesengsaraan dan penderitaan dalam semua neraka akan terhapuskan
seluruhnya.”
Buddha menceritakan kembali kepada Raja Sakra secara
saksama, “Jika seseorang dapat menulis Dharani ini dan meletakkan-Nya di puncak
dari panji tinggi, gunung tinggi atau dalam bangunan tinggi atau menyimpannya
di dalam stupa; Raja Surga! Jika di sana terdapat Bhikkhu atau Bhikkhuni,
Upasaka atau Upasika, kaum pria atau wanita jelata yang melihat Dharani ini di
atas bangunan tersebut; atau jika bayangan dari bangunan tersebut menimpa
makhluk yang mendekati bangunan, atau butiran debu dari Dharani tertulis ini
ditiup mengenai badan mereka; Raja Surga: “Bila karma jahat yang terkumpul dari
makhluk-makhluk ini yang sepantasnya mengakibatkan mereka jatuh ke dalam jalan
sengsara seperti alam neraka, binatang, Raja Yama, setan lapar, Asura dan
lainnya, mereka semuanya akan terlepaskan dari jalan sengsara, dan mereka tidak
akan ternoda oleh kenajisan dan kotoran. Raja Surga! Sebaliknya, semua Buddha
akan melimpahkan amal (Vyakarana) kepada makhluk-makhluk yang tidak akan pernah
surut dari jalan menuju Anuttara-samyak-sambodhi (penerangan sempurna).”
“Raja Surga, bagaimanapun jikalau seseorang memberikan
berbagai persembahan seperti rangkaian bunga, wewangian, dupa, panji dan
bendera, tenda yang dihiasi permata, pakaian, kalung dari batu berharga, dan
lain-lain untuk menghiasi dan menghormati Dharani ini; Dan pada jalan utama,
jika seseorang membuat stupa khusus untuk rumah tempat Dharani ini, dan dengan
hormat dengan tangan memuja berjalan perlahan-lahan mengelilingi pagoda,
merunduk dan meminta perlindungan, Raja Surga, mereka yang membuat persembahan
ini disebut Mahasatva terpandang, pengikut Buddha sejati, dan penyokong Dharma.
Stupa-stupa tersebut dapat dianggap sebagai Stupa-Sharira seluruh wujud Sang
Tathagata.”
Saat itu, sore menjelang malam, penguasa alam neraka – Raja
Yama, datang untuk ke kediaman Sang Buddha. Pertama-tama, menggunakan berbagai
bahan kain Dewa, bunga-bunga cantik, wewangian dan hiasan-hiasan lainnya, dia
membuat persembahan kepada Sang Buddha, dan berjalan perlahan-lahan
mengelilingi Sang Buddha tujuh kali sebelum bersujud di hadapan kaki Sang
Buddha untuk penghormatan, kemudian berkata, “Saya mendengar Sang Tathagata
memberikan ajaran untuk memuja menjunjung tinggi Dharani agung. Saya datang
dengan maksud untuk belajar dan mengamalkannya. Saya akan senantiasa mengawal
dan melindungi mereka yang menjunjung tinggi, membaca, dan melafalkan Dharani
agung ini, tidak membiarkan mereka jatuh dalam neraka karena mereka telah
mengikuti ajaran Sang Tathagata.”
Saat ini, ke-empat pengawal dunia – Sang Caturmaharaja
(Empat Raja Surgawi) berjalan perlahan-lahan mengelilingi Buddha tiga kali,
dengan sangat hormat menagtakan, “Bhagavan Buddha, bolehkah Sang Tathagata
menjelaskan secara rinci jalan untuk menjunjung tinggi Dharani ini.”
Sang Buddha lalu mengatakan kepada Empat Raja Surgawi,
“Silakan didengarkan secara saksama, untuk kebaikan kalian sebagaimana kebaikan
untuk semua makhluk hidup yang berusia pendek, Saya sekarang akan menjelaskan
cara untuk menjunjung tinggi Dharani ini.”
“Pada hari bulan purnama – hari ke-15 penanggalan lunar,
seseorang harus mandi dahulu dan mengenakan pakaian bersih, menjunjung tinggi
ajaran kesempurnaan dan melafalkan Dharani ini 1000 kali. Ini akan
mengakibatkannya panjang umur, dan bebas selamanya dari penderitaan karena
sakit; semua halangan karmanya akan dihapuskan seluruhnya. Seseorang akan
dibebaskan dari penderitaan di neraka. Jika burung, binatang dan
makhluk-makhluk hidup lainnya mendengar Dharani ini sekali saja, mereka tidak
akan pernah terlahir kembali ke dalam bentuk ketidaksempurnaan dan badan kasar
ini ketika hidup mereka berakhir.”
Buddha melanjutkan, “Jika seseorang yang menderita penyakit
parah mendengar Dharani ini, dia akan terbebas dari penyakitnya. Semua penyakit
lainnya juga akan terhapuskan, demikian juga dengan karma jahat yang akan
mengakibatkannya jatuh dalam jalan sengsara. Dia akan terlahir kembali ke Tanah
Kebahagiaan Tertinggi setelah akhir hidupnya. Sejak saat itu dan setelahnya dia
tidak akan lagi terlahir dari rahim. Sebaliknya, dimanapun dia dilahirkan
kembali, dia akan dialhirkan menjelma dari bunga teratai dan akan selalu
mengingat dan menjunjung tinggi Dharani ini dan mendapatkan pengetahuan
mengenai kehidupan lalunya.”
Buddha menambahkan, “Jika seseorang telah melakukan semua
perbuatan sangat jahat sebelum kematiannya, menurut perbuatan dosanya, dia
sepantasnya jatuh ke dalam alam neraka, binatang, Raja Yama atau setan lapar,
atau bahkan ke dalam neraka Avichi besar, atau dilahirkan kembali menjadi
makhluk air, atau dalam salah satu dari bentuk burung dan binatang. Jika
seseorang bisa mendapatkan bagian tulang dari jasad mendiang, dan mengenggam
segenggam penuh tanah, membacakan Dharani ini 21 kali sebelum menaburkan tanah
ini di atas tulang-tulang itu, maka si mendiang tersebut akan terlahir kembali
di surga.”
Buddha menambahkan kembali, “Jika seseorang dapat melafalkan
Dharani ini 21 kali sehari, seseorang berhak menerima semua berkah
berkelimpahan dan akan terlahir kembali ke Tanah Kebahagiaan Tertinggi setelah
kematiannya. Jika seseorang melafalkan Dharani ini secara rutin, seseorang akan
mencapai Maha Parinirvarna dan akan memperpanjang usia hidupnya disamping
menikmati kebahagiaan yang sangat luar biasa. Setelah kehidupannya berakhir,
dia akan terlahir kembali ke salah satu tanah bahagia Buddha, senantiasa
didampingi para Buddha. Semua Tathagata akan selalu memberikan pelajaran
mengenai kebenaran sejati dan sempurna atas Dharma dan seluruh dunia. Baghavan Buddha
akan menganugerahkan amal kesempurnaannya. Sinar yang menerangi tubuhnya akan
menyinari semua tanah Buddha.”
Buddha menjelaskan lebih jauh, “Untuk melafalkan Dharani
ini, seseorang pertama-tama, di depan gambar Buddha, menggunakan tanah bersih
untuk membuat Mandala segi empat, ukurannya sesuai keinginannya. Di atas
Mandala, seseorang harus menyebarkan berbagai jenis rumput, bunga dan
menyalakan beberapa dupa terbaik. Kemudian sambil berlutut dengan lutut kanan
di atas lantai, penuh konsentrasi melafalkan nama Buddha dan dengan tangan
dalam symbol Mudra, (yaitu dengan kedua tangan, menekuk jari telunjuk dan
menekannya ke bawah dengan ibu jari dan kedua telapak tangan dihadapkan dan
diposisikan di hadapan dada) untuk penghormatan, seseorang harus melafalkan Dharani
ini 108 kali. taburan bunga akan turun dari awan dan seterusnya akan menjadi
persembahan semesta bagi Buddha sejumlah butiran pasir dari delapan puluh
delapan Sungai Gangga. Buddha-buddha ini akan dipuja selamanya, “Bagus sekali!
Sungguh-sungguh jarang! Seorang pengikut Buddha sejati!” Seseorang akan
langsung mencapai Pencerahan Kebijaksanaan Samadhi dan Samadhi Terhias Pikiran
Raja Agung. Demikianlah jalan untuk menjunjung tinggi Dharani ini.”
Buddha menegaskan kembali Raja Sakra, berkata, “Raja Surga,
Sang Tathagata menggunakan jalan sederhana ini untuk melepaskan makhluk-makhluk
yang telah jatuh ke dalam neraka, mensucikan semua jalan sengsara dan
memperpanjang usia hidup mereka yang menjunjung tinggi Dharani ini. Raja Surga,
silakan kembali dan memberikan Dharani ini kepada Susthita putradewa. Setelah
tujuh hari, datanglah bertemu saya bersama-sama Susthita putradewa.”
Demikianlah, di tempat Bhagavan Buddha, Raja Surga secara
hormat menerima amalan Dharani ini dan kembali ke istana surgawi untuk menyerahkannya
kepada Susthita putradewa.
Setelah menerima Dharani ini, Susthita putradewa terus
menerus mengamalkannya seperti diajarkan selama enam hari dan enam malam;
setelahnya semua keinginannya tercapai seluruhnya. Karma yang seharusnya
menyebabkan dia menderita di semua jalan sengsara terlenyapkan seluruhnya. Dia
tetap berada di Jalan Bodhi dan menambah usia hidupnya untuk periode waktu yang
tidak terhingga. demikianlah, dia sangat senang, berteriak untuk memuji,
“Tathagata Luar Biasa! Dharma yang sangat bagus dan jarang! Kemanjurannya telah
terbuktikan! Sungguh-sungguh jarang! Saya benar-benar telah terlepaskan!”
Ketika lewat tujuh hari, Raja Sakra membawa Susthita
putradewa bersama-sama dengan semua
makhluk-makhluk surgawi, dengan hormat membawa perhiasan terbagus dan
terbaik yang terdiri dari rangkaian bunga, wewangian, dupa, panji berpermata,
tenda yang dihiasi batu berharga, bahan kain dewa dan kalungan batu permata,
mendatangi kediaman Buddha dan menyerahkan persembahan agung ini. Dengan
menggunakan bahan kain surgawi dari berbagai kalungan batu permata mengadakan
persembahan untuk Bhagavan Buddha, kemudian mereka dengan hormat berjalan
mengelilingi Sang Buddha seratus ribu kali, memberi penghormatan kepada Sang
Buddha, kemudian dengan senang hati duduk di tempat duduk mereka dan
mendengarkan Sang Buddha berkhotbah Dharma.
Bhagavan Buddha kemudian memanjangkan tangan emasnya dan
menyentuh mahkota Susthita putradewa, yang mana kepadanya tidak hanya diberikan
khotbah Dharma tetapi juga melimpahkan amal kepada Susthita putradewa untuk
mencapai Bodhi.
Akhirnya, Sang Buddha berkata, “Sutra ini akan dikenal
sebagai ‘Yang Mensucikan Semua Jalan Sengsara Usnisa Vijaya Dharani’. Kamu
harus tekun menjunjung tingginya.” Setelah mendengar Dharma ini, seluruh
anggota pertemuan sangat gembira. Mereka menerima dengan iman kepercayaan dan
mengamalkan Dharani ini dengan rasa hormat.
Komentar
Posting Komentar