KHOTBAH BUDDHA
SAKYAMUNI TENTANG SUTRA USIA PANJANG PEMUSNAHAN DOSA
Demikianlah aku (Ananda) mendengar, pada suatu ketika Sang
Buddha berada di gunung Grdhrakuta, di Rajagaha, di kota dari sebuah istana
kerajaan. Pada waktu Sang Buddha membabarkan Sutra ini, juga hadir 1250
Bhikkhu, mereka adalah siswa Buddha Sakyamuni yang selalu menemani Sang Buddha
kemanapun Beliau pergi.
Dalam perkumpulan agung tersebut juga hadir sekitar 12.000
Maha Bodhisattva beserta para Dewa, Naga dari delapan tingkat dan para arwah,
manusia dan makhluk yang bukan manusia, mereka datang dari berbagai penjuru
untuk mendengar khotbah dari Sang Buddha.
Pada saat itu, sebelum Sang Buddha membabarkan Sutra ini,
dengan kekuatan batin-Nya, badan Beliau memancarkan berbagai cahaya yang luar
biasa, yaitu sinar yang berwarna hijau muda, kuning muda, merah muda, sinar
putih dan warna lainnya, dan dari setiap pancaran sinar tersebut muncul
berbagai bentuk dari para Buddha yang tak terhitung banyaknya!
Setiap bentuk dari perwujudan Buddha tersebut dapat melakukan
hal-hal yang menakjubkan, mereka dapat menjelma menjadi Bodhisattva yang tak
terhitung banyaknya. Dan setiap bentuk dari para Bodhisattva terus-menerus
menghormati dan memuji jasa-jasa kebajikan dan keagungan dari Sang Buddha!
Pancaran sinar dari badan Sang Buddha benar-benar sangat
luar biasa dan sangat sulit diukur kekuatannya. Sinar yang memancar ke arah
atas dapat menembus sampai ke alam surga dan alam Brahma, dan sinar yang
memancar ke arah bawah dapat menembus sampai ke neraka Avici. Tidak ada satupun
alam kehidupan yang tidak menerima pancaran dari sinar tersebut!
Makhluk hidup yang mendapat pancaran sinar dari Sang Buddha
akan terbuka mata batinnya dan akan selalu mengingat dan berdoa kepada Sang
Buddha. Mereka akan memperoleh ketenangan batin dalam menjalankan kehidupan
spiritual dan akan mencapai tingkat kesucian atau Jhana yang pertama.
Pada saat itu, di dalam pesamuhan Dharma tersebut terdapat
49 Bodhisattva yang baru saja mengembangkan Bodhicittanya. Mereka ingin memohon
petunjuk Dharma dari Sang Buddha tentang bagaimana caranya agar dapat
memperoleh umur yang panjang, tetapi mereka tidak tahu dari mana harus memulai
pertanyaan mereka.
Pada waktu itu, Bodhisattva Manjushri yang juga berada di
dalam pesamuhan Dharma tersebut mengetahui tentang keinginan mereka, dengan
segera beliau bangkit dari tempat duduknya, dengan menyingkapkan bahu sebelah
kanan dan merangkupkan kedua telapaknya di depan dada, Beliau bersujud kepada
Sang Buddha dan mewakili ke 49 Bodhisattva untuk bertanya kepada Sang Buddha
dengan berkata:
“Guru Junjungan Yang Termulia! Saya mengetahui bahwa dalam
persamuhan ini ada umat yang tidak memahami sesuatu dan tidak tahu bagaimana
caranya untuk bertanya. Maka itu saya mewakili mereka memohon bimbingan Dharma
dari Guru Junjungan Yang Termulia.” Sang Buddha berkata: “Bagus, bagus,
Bodhisattva Manjushri. Apabila mereka mempunyai pertanyaan yang ingin
ditanyakan, Engkau boleh mewakili mereka dalam bertanya, sehingga mereka dapat
memahaminya dengan jelas!”
Bodhisattva Manjushri berkata: “Yang Termulia, semua makhluk
hidup yang mengarungi lautan kelahiran dan kematian cenderung melakukan
berbagai macam perbuatan jahat, sejak dari waktu yang berkalpa-kalpa yang silam
yaitu permulaan waktu yang tak terhitung lamanya sampai sekarang. Mereka
terus-menerus berputar di 6 alam kehidupan tanpa berhenti. Meskipun mereka
telah mendapat kesempatan untuk lahir sebagai manusia tetapi mereka mendapat
balasan karma berumur pendek.
Bagaimanakah caranya agar semua makhluk hidup dapat
memusnahkan semua karma buruk ini dan memperoleh umur yang panjang? Mohon Yang
Termulia mengajarkan kepada kami Dharma tentang Sutra Usia Panjang Pemusnahan
Dosa.”
Sang Buddha berkata: “Manjushri! Kebajikan dan welas asih-Mu
tak terbatas, Engkau selalu merasa kasihan kepada semua makhluk hidup yang
menderita karena karma buruknya, dan berusaha membantu mereka untuk bertanya
Dharma tentang Sutra Usia Panjang Pemusnahan Dosa. Tetapi sayang sekali, jika
Saya membabarkan semuanya secara luas dan terperinci, Saya khawatir kebanyakan
dari makhluk hidup tidak dapat mempercayainya atau menjalankannya.”
Bodhisattva Manjushri dengan sekali lagi memohon kepada Sang
Buddha, “Guru Junjungan Dunia, Engkau Yang telah mencapai Penerangan Sempurna,
Yang Maha Bijaksana, Guru dari para dewa dan manusia, Ayah yang paling
mengasihi makhluk hidup. Engkau adalah Raja Dharma, yang dapat menggunakan satu
macam suara untuk menjelaskan Mestika Dharma yang luar biasa dan demi untuk
memberkahi semua makhluk hidup yang menderita. Saya memohon agar Tathagata
bersedia menyampaikan Sutra ini secara luas!”
Kemudian Sang Buddha tersenyum dan berkata kepada semua yang
hadir dalam persamuhan Dharma tersebut, “Anda semuanya dengarkanlah dengan
sepenuh hati. Sekarang Saya akan menjelaskan secara luas kepada anda semuanya
Dharma untuk memperoleh umur yang panjang dan cara untuk melenyapkan karma
buruk.”
“Pada masa kehidupan yang lampau, ada sebuah alam yang
disebut tanah suci yang bebas dari kekotoran batin. Di tempat tersebut, ada
seorang Buddha yang bernama “PHU KUANG CHEN CHIEN JU LAI” yaitu Buddha yang
memancarkan cahaya tanpa batas kepada semua makhluk hidup dan memiliki
kebijaksanaan yang Maha Sempurna. Buddha ini mempunyai berbagai julukan, Beliau
dikenal sebagai: Seorang Mulia Yang Layak Diberi Persembahan; Yang Telah
Mencapai Penerangan Sempurna; Yang memiliki kebijaksanaan sempurna; Yang
melatih diri di jalan yang benar; Yang telah memahami dunia; Yang tidak ada
bandingannya. Beliau juga dikenal sebagai seorang Pahlawan yang penuh
kebajikan; Yang telah bebas dari lingkaran kelahiran dan kematian, Guru dari
para dewa dan manusia; Buddha Yang Termulia. Buddha Cahaya Maha Bijaksana ini
selalu dikelilingi dan dihormati oleh sekumpulan besar dari para Bodhisattva
yang tak terhitung jumlahnya.
Ketika Buddha Cahaya Maha Bijaksana ini berada di alam
manusia, ada seorang umat wanita yang bernama “DIEN DAU” artinya keliru atau
bingung. Beliau memohon kepada Buddha agar mengizinkannya menjadi Bhikshuni.
Dengan sedih beliau menangis di hadapan Sang Buddha dan berkata: “Yang
Termulia, saya telah melakukan perbuatan jahat yang berat. Saya sangat menyesal
terhadap kelakuan burukku dan ingin bertobat untuk menebus semua kesalahanku.
Saya berharap agar dapat menjalankan kehidupan yang baik. Saya mohon Yang
Termulia, Yang penuh welas asih bersedia mendengarkan penjelasan dariku!”
Peristiwa ini terjadi, dimulai karena keadaan rumah tanggaku
yang miskin, sehingga tidak mengizinkanku untuk memelihara seorang anakpun.
Itulah sebabnya saya menggunakan obat-obatan untuk membunuh janin yang saya
kandung, yang mana telah berusia delapan bulan. Janin itu telah tumbuh dengan
sempurna, yaitu lengkap empat anggota badan (2 tangan dan 2 kaki) dan
sepenuhnya telah berbentuk seperti seorang manusia.”
Tidak lama setelah menggugurkan janin tersebut, saya bertemu
dengan seorang yang bijaksana. Beliau memberitahu kepadaku bahwa orang dengan
sengaja membunuh janin yang dikandungnya akan menderita penyakit yang berat
serta mendapat balasan karma berumur pendek pada kehidupan yang sekarang dan
setelah meninggal, mereka akan jatuh ke neraka Avici untuk menjalani berbagai
siksaan neraka yang dahsyat dan akan mengalami penderitaan yang sangat
mengerikan.”
Setelah mendengar hal itu, saya benar-benar merasa sangat
takut dan menyesali perbuatan yang telah saya lakukan. Saya berharap Yang
Termulia dengan kekuatan dari kebajikan dan belas kasih-Mu, bersedia
menyelamatkan diriku yang akan jatuh ke alam neraka Avici. Saya mohon Sang
Buddha dapat memberitahu kepadaku cara untuk membebaskan diri dari siksaan
neraka. Dan mengizinkanku untuk menjadi Bhikshuni supaya kelak saya tidak akan
mengalami penderitaan yang mengerikan itu!
Buddha Cahaya Maha Bijaksana berkata kepada DIEN DAU: “Di
dunia ini ada 5 macam perbuatan jahat yang sangat sulit dimusnahkan karmanya,
biarpun mereka telah bertobat menyesali perbuatannya. 5 perbuatan jahat yang
manakah? Ke-1: membunuh ayah kandungnya sendiri. Ke-2: membunuh ibu kandungnya
sendiri. Ke-3: menggugurkan kandungannya sendiri. Ke-4: melukai seorang Buddha.
Ke-5: menimbulkan perpecahan di antara para anggota Sangha (perkumpulan suci
siswa Sang Buddha). Balasan karma dari 5 jenis perbuatan yang jahat dan kejam
ini sulit dimusnahkan.”
Setelah mendengar penjelasan dari Sang Buddha Cahaya Maha
Bijaksana, wanita yang bernama DIEN DAU menangis dengan sedih dan dengan air
mata yang berlinang bagaikan hujan, Beliau bersujud dengan kelima anggota
badannya kepada Sang Buddha. Di hadapan Sang Buddha, beliau memohon sekali
lagi: “Yang Termulia, Engkau yang penuh kebajikan dan welas asih, Guru Junjungan
yang mampu menyelamatkan semua makhluk hidup dari penderitaan. Saya memohon
kepada Yang Termulia agar merasa kasihan kepadaku dan bersedia memberitahu
kepadaku cara untuk menyelamatkan diri dari siksaan neraka Avici!”
Kemudian Buddha Cahaya Maha Bijaksana memberitahu kepada
DIEN DAU: “Engkau semestinya harus diterjunkan ke neraka Avici karena perbuatan
jahatmu dan harus menjalani siksaan tanpa mendapat pengampunan sedikitpun. Di
alam neraka Avici yang panas membara, si pembuat dosa akan mendapat hembusan
hawa yang dingin sehingga beliau tersiksa dalam kedinginan dan di alam neraka
Avici yang dingin membeku, si pembuat dosa akan menghadapai hembusan hawa panas
dan tersiksa dalam kepanasan yang luar biasa!
Di alam neraka Avici yang tanpa batas siksaannya, tidak
terlukiskan penderitaan yang harus dialami oleh si pembuat dosa. Hembusan hawa
dingin dan hawa panas yang tiba-tiba muncul dan api besar yang berkobar muncul
dari atas membakar sampai ke bawah. Kemudian api dari bawah yang berkobar
membakar sampai ke atas. Keempat dinding neraka Avici adalah terbuat dari besi
dan dilapisi dengan jaring besi. Keempat gerbang, yakni: timur, barat, utara
dan selatan semua dipenuhi dengan kobaran api yang terus membakar tanpa
berhenti.
Si pembuat dosa yang menghuni alam neraka Avici yang
siksaannya tanpa batas ini, besar badannya adalah 80.000 yojana. Walaupun hanya
1 orang, badannya mengisi penuh alam neraka tersebut, dan apabila banyak orang
yang harus menjalani hukuman tersebut, juga sama, badan mereka juga akan mengisi
penuh neraka tersebut.
Setelah itu, tubuh dari orang yang berdosa itu akan dililiti
oleh ular besi. Menyebabkan penderitaan yang dialami olehnya lebih sakit lagi
daripada dibakar oleh api neraka. Ular besi tersebut dengan ganas masuk ke
dalam mulut orang yang berdosa dan menerobos keluar melalui mata dan telinga
dari si pembuat dosa.
Kemudian kaki dan tangan dari si pembuat dosa terus menerus
mengeluarkan api. Api tersebut kemudian berkobar dan membakar seluruh anggota
tubuh dari orang yang berdosa itu sendiri. Setelah itu, datang lagi burung
gagak besi yang dengan ganas mematuk dan memakan daging dari si pembuat dosa.
Ada lagi anjing tembaga yang dengan ganas menggigit dan
mengerat tubuh dari si pembuat dosa kemudian penjaga alam neraka yang berkepala
kerbau yang tangannya memegang senjata tajam akan mengeluarkan suara yang
besarnya bagaikan halilintar, beliau akan berkata dengan penuh kemarahan:
“Kamu yang dengan sengaja membunuh janin dalam kandunganmu,
sepantasnya menerima semua siksaan neraka yang menyakitkan ini sampai
berkalpa-kalpa waktu yang tak terhitung lamanya tanpa berhenti sekejappun!”
Sang Buddha berkata kepada DIEN DAU: “Apabila Saya berbohong kepadamu tentang
semua siksaan neraka yang begitu dahsyat seperti yang saya jelaskan ini, maka
Saya tidak akan disebut sebagai seorang Buddha.”
Setelah mendengar semua penjelasan dari Sang Buddha,
perempuan yang bernama DIEN DAU merasa sangat sedih hingga jatuh pingsan.
Setelah berselang beberapa saat, beliau siuman kembali dan dengan sekali lagi
beliau bertanya kepada Sang Buddha, “Yang Termulia, apakah hanya saya sendiri
saja yang akan mengalami siksaan seperti itu? Atau siksaan ini juga akan
dialami oleh semua wanita yang dengan sengaja menggugurkan janinnya?”
Sang Buddha memberitahu kepada DIEN DAU, “Janin dalam
kandunganmu telah tumbuh dengan sempurna seperti seorang manusia. Sebenarnya
keadaan janin dalam kandungan seorang ibu keadaannya juga seperti berada di
alam neraka. Karena janin harus mengalami siksaan seperti diapit oleh batu
besar. Dan jika ibunya memakan sesuatu yang panas, janin tersebut merasa
seperti berada di neraka yang berhawa panas. Jika sang ibu memakan sesuatu yang
dingin, janin tersebut seperti berada di neraka yang berhawa dingin. Setiap
hari janin itu mengalami siksaan yang berat di dalam kandungan.
Dan engkau sendiri yang memiliki api emosi kegelapan batin,
dibarengi pikiran yang penuh dengan kecemasan dan kekacauan, sehingga
menyebabkan timbulnya pikiran jahat dan dengan sengaja engkau meminum racun
untuk menggugurkan janin tersebut.
Engkau telah menciptakan karma yang sebegitu buruk, tentu
saja harus jatuh ke neraka Avici untuk menjalani siksaan yang tanpa batas, dan
semua penghuni alam neraka Avici yang telah berbuat dosa berat itulah yang akan
menemanimu di sana.
Setelah mendengar hal itu, wanita yang bernama DIEN DAU
menangis dengan sedih. Sekali lagi beliau berkata kepada Sang Buddha, “Saya
pernah mendengar seorang bijaksana mengatakan, ‘meskipun seseorang telah
melakukan kejahatan, asalkan orang tersebut dapat berjumpa dengan seorang
Buddha atau siswa Sang Buddha (yaitu para anggota Sangha yang suci), dan dengan
tulus memohon pertobatan, serta berjanji merubah sifat yang jahat menjadi baik.
Dosanya akan menjadi ringan atau lenyap.
Bahkan walaupun orang tersebut telah meninggal dunia dan
jatuh ke alam neraka, tetapi apabila sanak keluarganya yang masih hidup dapat
berbuat kebajikan seperti mencetak kitab suci, membantu orang miskin dan
mengadakan puja bhakti di tempat suci serta menjalankan sila vegetarian,
membaca Sutra dan berdoa kepada para Buddha, kemudian semua jasa kebajikan ini
disalurkan kepada si almarhum, maka beliau akan mendapat kesempatan untuk lahir
di alam surga.’ Apakah benar ada kejadian seperti itu? Saya mohon Yang Termulia
bersedia menjelaskannya kepadaku!”
Buddha Cahaya Maha Bijaksana memberitahu kepada DIEN DAU,
“Hal itu benar. Jika ada seseorang yang telah melakukan kejahatan tetapi beliau
dapat bertemu dengan seorang Buddha atau para anggota Sangha yang suci, dan
dengan tulus beliau menyatakan penyesalan terhadap perbuatannya, serta berjanji
bertobat dan tidak akan pernah lagi melakukan kejahatan apapun dan dengan giat
berbuat kebajikan, maka semua karma buruknya akan lenyap.”
“Bahkan walaupun orang tersebut telah meninggal dunia,
apabila anggota keluarganya atau familinya bersujud dan memuja Sang Tri Ratna
(Buddha, Dharma dan Sangha) selama 7 hari dan dengan tulus berdoa kepada para
Buddha dan Bodhisattva serta mengundang para Bhiksu untuk bersama-sama membaca
Sutra-Sutra dari kitab suci Mahayana, kemudian menyalin atau mencetak kitab
suci tersebut untuk dibagikan kepada umat yang lain, dan dengan ikhlas memberi
persembahan dupa yang harum dan bunga-bunga yang segar kepada Tri Ratna, maka
pembawa berita dari alam bawah akan membawa spanduk atau bendera roh yang
memiliki 5 warna menghadap Raja Yama (Penguasa Neraka). Tentara hantu yang
berdiri mengelilingi bagian depan dan belakang dari spanduk tersebut akan
bernyanyi dan memuji orang yang telah meninggal dan dengan sopan dan suara yang
halus mereka melapor kepada Raja Yama dengan berkata: ‘Orang yang meninggal ini
telah megumpulkan banyak jasa kebajikan!’
Ketika Raja Yama melihat bendera roh atau spanduk 5 warna,
Beliau merasa sangat gembira dan berkata dengan suara yang keras, ‘Semoga
jasmaniku yang penuh dengan dosa ini juga dapat bersama-sama dengan beliau
mengumpulkan jasa-jasa kebajikan!’
Dalam waktu seketika, keadaan neraka berubah menjadi mata
air yang jernih; gunung pisau dan pohon pisau yang ada di alam neraka berubah
menjadi bunga teratai dan semua penghuni alam neraka turut merasa gembira dan
bahagia atas pelimpahan jasa kebajikan yang dilakukan oleh para anggota
keluarganya yang masih hidup.”
“Jika ada seseorang yang meninggal dunia, apabila beliau
semasa hidupnya, beliau tidak yakin kepada Dharma, tidak pernah berdoa atau
membaca Sutra Mahayana, dan orang tersebut juga tidak berbakti kepada orang
tuanya, tidak mempunyai welas asih dan hanya percaya pada ajaran sesat, maka
dalam waktu 7 hari setelah beliau meninggal, apabila sanak keluarganya yang masih
hidup tidak melakukan perbuatan kebajikan untuk melimpahkan jasa kepadanya atau
berdoa untuknya maka pembawa berita dari alam bawah akan membawa bendera hitam
dan diikuti oleh para hantu yang tak terhitung banyaknya menghadap Raja Yama
dan membuat laporan dengan mengatakan: “Orang yang baru meninggal ini adalah
orang yang berbuat banyak kejahatan!”
Ketika Raja Yama, penguasa neraka melihat bendera hitam,
Beliau menjadi sangat marah dan berteriak dengan suara yang sangat besar
bagaikan halilintar menyebabkan seluruh aula neraka terasa bergetar. Dan dengan
segera, orang yang berdosa tersebut dikirim ke neraka 18 tingkat untuk
menjalani hukuman atau siksaan yang dahsyat!
Di dalam neraka 18 tingkat tersebut, orang yang berdosa itu
dipaksa untuk memanjat pohon pisau dan gunung pisau. Atau beliau dipaksa untuk
berbaring di atas tempat tidur besi yang panas membara, atau memeluk tiang
tembaga api yang membara. Atau lidahnya ditarik keluar dan diseret oleh seekor
lembu. Atau tubuhnya dimasukkan ke dalam sebuah penggilingan batu dan digiling
hingga tulang dan dagingnya hancur menjadi bubur.
Dalam waktu 1 hari orang yang berdosa tersebut harus
mengalami jutaan kali lahir-mati, dan setelah menerima siksaan yang begitu
mengerikan selama satu jangka waktu yang lama di neraka 18 tingkat, kemudian
beliau akan dikirim lagi ke neraka Avici untuk menjalani berbagai siksaan yang
lebih dahsyat selama berkalpa-kalpa waktu yang tak terhitung lamanya tanpa
berhenti sekejappun!
Sebelum Buddha Cahaya Maha Bijaksana menyelesaikan pembicaraan-Nya,
tiba-tiba muncul dari udara suara teriakan yang menggelegar, suara yang penuh
dengan kemarahan memanggil wanita yang bernama DIEN DAU dengan berkata: “Kamu
yang dengan sengaja membunuh janin dalam kandunganmu harus menerima pembalasan
karma berumur pendek, dan kami adalah tentara dari alam neraka yang datang
untuk menangkapmu dan memperhitungkan semua perbuatan jahatmu!”
Wanita yang bernama DIEN DAU menjadi sangat takut dan
gemetar. Beliau dengan segera memegang erat kaki Sang Buddha Cahaya Maha
Bijaksana dan meratap sambil memohon, “Yang Termulia, tolonglah menjelaskan
kepadaku secara luas inti sari dari Dharma yang telah diajarkan oleh para
Buddha, dan cara untuk memusnahkan semua karma buruk. Hanya dengan cara itulah
saya akan meninggal dengan tenang.”
Pada waktu itu Buddha Cahaya Maha Bijaksana dengan
menggunakan tenaga batin-Nya yang berwibawa memberitahu kepada prajurit alam
neraka denga berkata: “Prajurit alam bawah, sekarang Saya sedang mengajarkan
Dharma tentang Sutra Usia Panjang Pemusnahan Dosa kepada wanita yang bernama
DIEN DAU ini. Kalian tunggu sejenak, tentu akan ada perubahan.
Dan kalian berdua juga seharusnya memperhatikan dan
mendengarkan dengan baik-baik inti sari dari Sutra ini. Saya akan memberitahu
kepadamu rahasia pintu Dharma yang telah diajarkan oleh para Buddha di masa
yang lampau, yaitu Sutra untuk melenyapkan karma buruk dan memperpanjang umur.
Sutra ini dapat membantu semua makhluk hidup agar dapat menjauhkan diri dari
jalan yang sesat dan dapat keluar dari lingkaran kelahiran dan kematian serta
mencapai tingkat kesucian!”
Sang Buddha kemudian berkata kepada DIEN DAU, “Kamu
seharusnya mengetahui prajurit alam bawah ini adalah tanpa perasaan. Mereka
tidak akan memberi pengampunan apapun kepada si pembuat dosa. Bahkan walaupun
dengan menggunakan emas, perak, lapis lazuri, berlian, mutiara merah, dan benda
berharga lainnya yang tak terhitung banyaknya untuk menyuap mereka agar dapat
merubah hukuman yang harus dijalani. Hal itu akan sia-sia saja.
Bahkan orang yang memiliki jabatan yang terhormat seperti
para raja, pangeran, pejabat besar, tetua yang dihormati dan lainnya atau
orang-orang yang mempunyai kemampuan tenaga batin yang terhebat, mereka
semuanya tidak dapat lolos dari pengejaran prajurit alam bawah yang datang untuk
mencabut nyawa mereka.
Sang Buddha melanjutkan perkataannya kepada DIEN DAU: “Kamu
seharusnya mengetahui bahwa hanya satu kata Buddha-lah yang mampu memutuskan
penderitaan dari karma kehidupan. DIEN DAU, di dunia ini ada dua jenis orang
yang sangat langka dijumpai. Mereka bagaikan bunga “Udumbara”, yang mana sangat
jarang mekarnya.”
Jenis orang yang pertama adalah orang yang tidak pernah
melakukan perbuatan jahat atau tidak mau berbuat jahat dan jenis orang yang
kedua adalah orang yang setelah mengetahui kesalahannya dengan segera merasa
menyesal dan dengan tulus menyatakan ingin bertobat serta berjanji untuk tidak
akan melakukan kejahatan apapun lagi.
“Kedua jenis orang ini adalah orang yang paling langka
dijumpai dan yang paling berharga. Di depan-Ku engkau dapat menyatakan
penyesalan dengan tulus atas semua perbuatan burukmu dan juga menyatakan
bersedia bertobat, tentu saja Saya akan mengajarkan kepadamu Sutra Usia Panjang
Pemusnahan Dosa, supaya kamu dapat membebaskan diri dari penderitaan siksaan
alam neraka dan pengejaran dari parjurit alam bawah.”
DIEN DAU, saya memberitahu kepadamu bahwa pada masa yang
akan datang di alam manusia yang penuh dengan 5 kekeruhan dan kejahatan,
apabila ada seseorang yang membunuh ayahnya sendiri, mencelakai ibunya sendiri,
yang dengan sengaja menggugurkan janin dalam kandungan, atau membunuh seorang
arahat, yang menghancurkan pagoda, tempat suci dan kuil Buddha.
Dan orang yang dengan sengaja melukai seorang Buddha, serta
orang yang menimbulkan ketidak-rukunan di antara para anggota Sangha
(perkumpulan suci dari para siswa Sang Buddha), berarti dia telah melakukan 5
kejahatan yang berat dan pasti akan jatuh ke alam neraka yang tanpa batas
siksaannya.
Ketahuilah bahwa orang-orang yang telah melakukan 5
kejahatan berat seperti ini, apabila bersedia bertobat, menerima, menjunjung
tinggi “Sutra Usia Panjang Pemusnahan Dosa” ini dengan baik dan menyalinnya
sendiri, membacanya serta mengingatnya, atau meminta orang lain untuk
memperbanyak Sutra ini, dan membaginya kepada umat yang lain, dengan perbuatan
kebajikan ini mereka dapat mengakhiri semua karma buruk dan kelak akan lahir di
alam surga Brahma untuk menikmati berkah dari alam surga.
Beruntung sekali engkau saat ini dapat langsung bertemu
dengan-Ku, karena pada masa yang lampau, berkalpa-kalpa yang lalu engkau telah
menanam bibit kebajikan yaitu dengan welas asih melepaskan/menyelamatkan
makhluk hidup, ditambah lagi pada saat ini engkau dengan tulus memohon
kepada-Ku untuk menjelaskan Dharma, di samping itu, engkau juga dengan ikhlas
menyatakan penyesalan terhadap semua perbuatanmu yang tidak baik dan bersedia
bertobat maka tidak lama lagi engkau akan mampu memutar roda Dharma yang
tertinggi untuk menyeberangi lautan kelahiran dan kematian. Engkau akan mampu
mengalahkan sang iblis atau raja setan “Bo Xun” dan sekaligus dapat
menghancurkan spanduk atau bendera kemenangan dari akar kejahatannya. Saya akan
mengajarkan kepadamu 12 Nidana atau hukum sebab-musabab yang berhubungan dengan
timbulnya karma, yang mana telah diajarkan oleh para Buddha di masa yang
lampau.
Semua makhluk hidup pada dasarnya adalah suci, tetapi karena
timbulnya suatu pikiran kebodohan pada kehidupan yang lampau, yaitu pikiran
khayalan yang palsu yang membuatnya melakukan tindakan. Karena adanya
tindakan/perbuatan maka timbullah akibat dari perbuatan itu. Karena adanya
akibat dari perbuatan, membuatnya harus masuk ke dalam lingkaran kelahiran
melalui kandungan. Setelah masuk ke dalam kandungan, maka terbentuklah janin,
dan ketika janin tersebut tumbuh maka berkembanglah keenam indera seperti mata,
telinga, hidung, lidah, tubuh dan kesadaran.
Setelah lahir melalui kandungan seorang ibu, ke 6 indera
tersebut akan berhubungan dengan lingkungan di sekitarnya dan menimbulkan 6
jenis pencerapan/perasaan. Karena adanya pencerapan/perasaan maka timbullah
rasa suka terhadap sesuatu. Karena rasa suka tersebut timbul, maka keterikatan
untuk memilikinya juga timbul. Karena keterikatan untuk memilikinya timbul,
maka timbullah usaha untuk mendapatkannya. Dan dalam usaha untuk mendapatkannya,
dia akan melakukan tindakan melalui perbuatan, perkataan dan pikiran, semua ini
akan membawa karma dan bibit karma inilah yang akan membentuk lagi keadaan
kelahirannya pada masa yang akan datang.
Karena adanya beban bibit karma untuk kehidupan yang akan
datang, maka manusia akan mengalami kelahiran lagi. Dan karena adanya
kelahiran, maka secara alamiah beliau akan mengalami proses usia tua dan
kematian, dan dalam perjalanan hidupnya beliau akan mengalami segala macam
kekhawatiran, kesedihan, penderitaan dan tekanan batin. Inilah yang disebut
urutan dari hukum sebab-musabab, yang terdiri dari 12 mata rantai lingkaran
dari kelahiran dan kematian.
Apabila dari permulaan tidak ada pikiran kebodohan atau
ketidaktahuan yang menimbulkan khayalan palsu, bagaimana akan timbul
tindakan/perbuatan yang menghasilkan bibit karma? Jika tidak ada
tindakan/perbuatan yang menimbulkan bibit karma dari mana seseorang memiliki
dorongan karma untuk lahir melalui kandungan?
Jika tidak ada dorongan atau ikatan karma untuk lahir
melalui kandungan, dari mana terciptanya janin? Jika tidak ada janin atau nama
dan rupa, keenam indera tidak akan pernah terbentuk. Dan apabila tidak ada enam
indera, maka tidak akan ada 6 jenis pencerapan atau perasaan untuk menyukai
sesuatu.
Tidak adanya perasaan rasa suka terhadap sesuatu, maka tidak
akan ada keterikatan dan usaha untuk memilikinya. Karena tidak ada keterikatan
dan usaha untuk memilikinya, maka tidak akan ada tindakan atau perbuatan,
karena tidak adanya tindakan atau perbuatan, maka tidak akan ada bibit karma
dari tindakan atau perbuatan yang menimbulkan dorongan karma untuk membentuk
lagi keadaan kelahiran pada masa yang akan datang.
Karena tidak ada lagi bibit karma dari tindakan/perbuatan
yang akan menyebabkan kelahiran pada masa yang akan datang, maka tidak akan ada
lagi kelahiran pada masa mendatang. Tanpa kelahiran, maka tidak akan ada usia
tua, kematian, kekhawatiran, kesedihan, penderitaan dan tekanan batin yang
mengikutinya. Ini merupakan jalan untuk memutuskan urutan dari hukum
sebab-musabab 12 mata rantai dari lingkaran kelahiran dan kematian.”
“DIEN DAU, engkau harus mengetahui bahwa tidak semua makhluk
hidup mampu memahami dengan jelas hukum sebab-akibat yang terdiri dari 12 mata
rantai lingkaran dari kelahiran dan kematian, karena itu maka mereka terus
berputar dan menderita dalam mengarungi lautan kelahiran dan kematian. Jika
seseorang mampu mengamati hukum sebab-musabab 12 mata rantai dari lingkaran
kelahiran dan kematian, maka beliau akan mampu melihat kebenaran sejati dari
Dharma. Jika seseorang mampu melihat kebenaran sejati dari Dharma, maka beliau
benar-benar telah melihat Buddha.
Orang yang dapat melihat Buddha, adalah orang yang dapat
menyadari sifat ke-Buddha-annya sendiri. Mengapa Saya mengatakan demikian? Karena
para Buddha semuanya juga terlebih dahulu mengamati hukum sebab-musabab 12 mata
rantai lingkaran dari kelahiran dan kematian sebagai dasar Dharma dalam
mencapai tingkat Buddha. Sekarang engkau telah mendengar ke 12 Nidana atau mata
rantai yang berhubungan dengan hukum sebab-musabab dari diriku, berarti engkau
telah memahami kebenaran sejati dari Dharma. Engkau akan menjadi seorang Dharma
Duta dalam membimbing semua makhluk hidup menuju pintu Buddha.
Sekarang Saya akan memberitahu kepadamu lagi satu-satunya
jalan kebenaran. Engkau harus selalu mengamati dan merenungkan pemikiran ini,
pikiran satu-satunya yang benar yang harus engkau miliki adalah pikiran bodhi.
Pikiran bodhi juga disebut pikiran Mahayana (kendaraan besar), yaitu berjiwa
besar, berniat mencapai tingkat kesucian demi untuk menyelamatkan semua makhluk
hidup dari lingkaran kelahiran dan kematian!
Karena tingkat kesadaran dari semua makhluk hidup berbeda,
sejak zaman dulu para Buddha dan Bodhisattva membaginya dalam tiga kelompok,
yaitu: kelompok pendengar Dharma, kelompok yang menganalisa Dharma dan kelompok
yang berjiwa Bodhisattva yang mempraktekkan Dharma. Engkau setiap saat harus
tetap mengingat dan terus menjaga pikiran bodhimu (niat sucimu) dan jangan
sekalipun engkau melupakannya.
Walaupun jasmanimu dikobarkan oleh 5 macam kegemaran (panca
skhanda) yaitu kegemaran terhadap bentuk (rupa), perasaan, pikiran, tindak
kemauan dan kesadaran, dan dicengkeram oleh 4 ular pelahap: bumi, air, api,
angin, bahkan dijangkiti oleh 3 jenis racun: keserakahan, kebencian dan
kebodohan (khayalan palsu). Atau dikuasai oleh 6 hal yang selalu menggoda untuk
melakukan pelanggaran dalam wujud: rupa, suara, wangi-wangian, rasa, sentuhan
dan ide atau pemikiran.
Dan sekalipun engkau dilukai serta disiksa oleh setan dan
iblis, engkau tetap tidak boleh sedikitpun merasa goyah dan jangan sekalipun
engkau merubah pikiran bodhimu. Dengan pikiran bodhi ini, tubuhmu akan setegar
dan sekuat baja. Engkau tidak akan pernah tergoda lagi oleh bentuk apapun. Hati
atau pikiranmu akan seluas angkasa, tidak ada seorangpun yang dapat
menghancurkannya karena batinmu telah bersatu dengan alam semesta.
Jika pikiran bodhimu kuat dan tegar, hal ini dapat
membantumu untuk mencapai tingkat kesucian atau tingkat kesadaran tertinggi.
Pikiran bodhi tersebut akan selalu dipenuhi dengan empat sifat kebajikan atau
kesucian dari Nirvana yang disebut: Keadaan yang Abadi, Kabahagiaan Tertinggi,
Diri yang suci dan Penerangan Sempurna.
Ketika engkau telah memiliki 4 sifat kebajikan atau kesucian
dari Nirvana, engkau akan terbebas dari kondisi kelahiran, usia tua, sakit,
kematian dan terlepas dari segala siksaan alam neraka. Dengan demikian prajurit
alam bawah tentu saja tidak akan lagi mengejar dan menangkapmu untuk
memperhitungkan semua kejadian yang disebabkan oleh kebodohan atau
ketidaktahuan yang dulu.
Setelah Sang Buddha menyelesaikan khotbah Dharma-Nya,
prajurit alam bawah kemudian berpikir dalam hati mereka, “Setelah mendengar
inti sari Dharma yang diajarkan oleh Sang Buddha, neraka pun dapat dirubah
menjadi kolam bunga teratai yang suci dan murni. Mengapa saya tidak berusaha
berbuat kebajikan dan meninggalkan alam hantu yang di bawah?
Maka itu prajurit alam bawah berkata kepada wanita yang
bernama DIEN DAU dengan mengatakan, “Apabila kelak engkau telah mencapai
tingkat kesucian atau penerangan, harap jangan lupa untuk datang membimbing
kami yang masih berada di alam bawah!”
Setelah itu, Sang Buddha Cahaya Maha Bijaksana sekali lagi
berkata kepada wanita yang bernama DIEN DAU, “Saya telah mengajarkan kepadamu
Dharma tentang hukum sebab-musabab yang terdiri dari 12 mata rantai lingkaran
dari kelahiran dan kematian. Sekarang Saya akan mengajarkan kepadamu lagi
tentang “Sad Paramita” yaitu 6 Jalan Kebajikan atau 6 cara penyeberangan, yang
mana selalu dilaksanakan oleh para Bodhisattva dalam melatih diri untuk
mencapai penerangan sempurna.
Sad Paramita yang manakah? Yang pertama, adalah DANA
PARAMITA yaitu berdana dalam arti yang luas, berdana ke seluruh penjuru tanpa
mengharapkan balasan apapun, baik dalam bentuk penyebaran Dharma, bentuk materi
ataupun memberi perlindungan (rasa aman). Dengan memberikan bantuan kepada
orang lain, dapat membantu seseorang untuk mengatasi perasaan serakah dan
pelit. Yang ke-2, adalah SILA PARAMITA yaitu setiap saat memegang teguh atau
menaati sila-sila atau peraturan. Sila Paramita dapat membantu seseorang untuk
hidup suci dan tidak melakukan kejahatan atau pelanggaran.
Paramita yang ke-3, adalah KHANTI PARAMITA artinya setiap
saat melatih diri untuk bersabar. Latihan kesabaran ini akan membantu seseorang
dalam mengatasi perasaan emosi, benci dan marah. Yang ke-4 adalah VIRIYA
PARAMITA berusaha dengan rajin dalam berbuat kebajikan dan menaklukkan
kemalasan dan kelalaian. Yang ke-5 adalah DHYANA PARAMITA yaitu berusaha dengan
tekun untuk bermeditasi. Latihan dari pemusatan pikiran dapat membantu
seseorang untuk menenangkan pikirannya sehingga beliau dapat berpikir secara
jernih dan memiliki ketenangan batin.
Paramita yang ke-6 adalah PRAJNA PARAMITA yaitu memiliki
kebijkasanaan serta memahami kebenaran sejati. Dengan membaca kitab suci
khotbah dari Sang Buddha dapat membantu seseorang dalam memahami sesuatu hal
secara benar. Sifat kebijaksanaan ini dapat mengatasi kebodohan atau
ketidaktahuan. Apabila seseorang dapat menjalankan Sad Paramita ini secara
keseluruhan tanpa mengabaikan salah satu dari 6 sifat kebajikan ini, maka
beliau akan tiba di pantai seberang. Adanya sebuah syair yang sering
dikumandangkan oleh para Buddha di masa lampau.
Syair tersebut berbunyi: “Segala aktivitas dan pemilikan
adalah tidak kekal dan hanya bersifat sementara. Dengan menyadari hal ini maka
bergegaslah melakukan kebajikan dan berusaha mencapai kesucian untuk
membebaskan diri dari lingkaran kelahiran dan kematian. Ketika tiada kelahiran
dan kematian lagi, maka seseorang akan menikmati kebahagiaan yang sejati dan
abadi. Umat manusia seharusnya dengan senang hati melatih diri untuk mencapai
tingkat kesucian dengan menjalankan Sad Paramita!”
Pada saat itu, wanita yang bernama DIEN DAU benar-benar
merasa sangat bahagaia setelah mendengar ajaran Dharma dari Sang Buddha.
Pikirannya menjadi terbuka dan suci. Beliau benar-benar telah sadar dan
memahami inti sari dari Dharma secara mendalam. Dengan anugerah kekuatan batin
dari Sang Buddha, dalam posisi Samadhi badan beliau naik ke angkasa dan
mencapai ketinggian tujuh kali dari tingginya Pohon Tho-Lo. Beliau memasuki
Samadhi dengan tenang di udara.
Pada saat yang sama, terdapat seorang Brahmana yang
tersohor, keluarga beliau memiliki kekayaan yang tak terbanding. Pada suatu
hari beliau tiba-tiba terserang penyakit yang parah. Setelah diperiksa oleh
para dokter, ternyata penyakit yang dideritanya hanya dapat disembuhkan dengan
sepasang bola mata manusia yang dimasak dengan campuran obat-obatan.
Dengan segera, putra sulung dari Brahmana yang kaya tersebut
memerintah seorang pelayannya untuk mengumumkannya ke seluruh penjuru, di
sepanjang jalan besar dan kecil dengan mengatakan:
“Barang siapa yang dapat menahan sakit, mengorek sepasang
matanya keluar untuk dijual, kami akan membelinya dengan harga yang tinggi.
Kami bersedia menukarnya dengan emas, perak, mutiara dan permata sebanyak yang
dibutuhkan dan beliau dengan bebas dapat mengambilnya. Kami berjanji tidak akan
pelit dalam pemberian hadiah!”
Wanita yang bernama DIEN DAU setelah mendengar berita
tersebut sewaktu sedang bermeditasi di udara. Dalam hatinya beliau merasa
sangat bergembira dan berpikir: “Sekarang saya telah memahami Buddha Dharma
tentang Sutra Usia Panjang. Karma burukku telah musnah. Hatiku telah sadar dan
memiliki sifat ke-Buddha-an sejati, sadar diri dan ingin menyadarkan orang lain
dan saya telah bebas dari pengejaran prajurit alam bawah serta siksaan alam
neraka.
Saya harus membalas budi kebaikan dari Sang Buddha, meskipun
tubuh dan tulangku harus hancur lebur menjadi bubuk.” Maka dengan segera Beliau
berseru dengan suara yang kuat: “Saya sekarang berusia 49 tahun. Setelah
mendengar Sutra Usia Panjang Pemusnahan Dosa dari Sang Buddha, saya dengan
ikhlas bersedia mengorbankan tubuh dan jiwaku untuk menulis 49 salinan dari
Sutra Usia Panjang Pemusnahan Dosa.
Dengan harapan semoga semua makhluk hidup dapat membaca,
menerima, menjalankan, menyalin sendiri atau mencetak, memuja dan mengingat
Sutra ini. Meskipun saya harus menjual sepasang mataku agar dapat membiayai
orang untuk membantuku dalam menulis Sutra tersebut. Saya tidak akan menetapkan
harga dari kedua mataku. Anda dapat membayar, sesuai dengan keinginan Anda!
Pada saat itu, Raja Langit, Sakka merubah dirinya menjadi 49
orang, datang ke tempat kediaman wanita yang bernama DIEN DAU. Mereka berkata,
“Kami bersedia menulis Sutra ini untukmu. Dan setelah kamu melihat Sutra yang
kami tulis tersebut barulah engkau menjual sepasang matamu. Bagaimana menurut
pendapatmu?”
Perempuan yang bernama DIEN DAU merasa sangat beruntung dan
sangat berterima kasih terhadap bantuan yang mereka berikan. Dengan segera
beliau memotong tangannya dan mencabut keluar sepotong tulang dan
meruncingkannya menjadi sebuah alat tulis. Kemudian beliau mengucurkan darah
dari tangannya dan dijadikan sebagai tinta untuk menulis Sutra tersebut.
Setelah melewati tujuh hari tujuh malam barulah ke-49 orang
itu selesai menulis Sutra tersebut. mereka merupakan penjelmaan dari Raja
Langit Sakka. Mereka memberitahu kepada DIEN DAU dengan berkata: “Kami harap
engkau dapat menepati janjimu. Sekarang kami sudah selesai menulis Sutra
tersebut, setelah engkau melihatnya, engkau harus mencungkil keluar kedua
matamu untuk kami dan kami akan menjualnya kepada Brahmana.”
Setelah melihat Sutra tersebut, wanita yang bernama DIEN DAU
memanggil seorang lelaki yang bernama Chandera untuk mencungkil keluar kedua
belah matanya. Dan beliau juga meminta kepada 49 orang tersebut untuk
memberikan sebagian uang dari hasil penjualan matanya kepada Chandera.
Ketika Chandera akan mencungkil kedua bola mata DIEN DAU, 49
orang tersebut dengan serentak berteriak untuk menghentikan perbuatannya.
Mereka memuji DIEN DAU dengan berkata:
“Sungguh sangat langka dan sulit dijumpai! Luar biasa
sekali! Wanita yang bernama DIEN DAU ini bersedia mengorek tulang dan
mengucurkan darahnya, tanpa menyayangkan jiwa dan raganya dan dapat menahan
sakit dan luka yang begitu dahsyat, demi untuk menulis Sutra suci ini.
Bagaimana mungkin kami tega mencungkil kedua matanya?”
Dengan lembut dan penuh pengasih, 49 orang tersebut
memberitahu kepada wanita yang bernama DIEN DAU, “Sekarang, kami tidak
membutuhkan matamu lagi untuk dijual kepada Brahmana. Tetapi kami hanya
berharap kelak setelah engkau mencapai penerangan, kami harap engkau bersedia
datang dan membimbing kami untuk mencapai penerangan atau pembebasan.
Kami berharap pada kehidupan yang akan datang, dimana saja
engkau dilahirkan, kami ingin selalu bergabung denganmu untuk melakukan segala
kebajikan, yaitu menjadi orang budiman atau seorang Dharma Duta dalam memberi
ceramah tentang Sutra suci ini dan dengan harapan agar dapat menolong semua
makhluk hidup yang menderita untuk bebas dari lingkaran kelahiran dan
kematian.”
Pada saat itu, Raja Naga, Nanda dengan menggunakan kekuatan
batinnya, atau ilmu gaib, beliau mengambil Sutra tersebut dari wanita yang
bernama DIEN DAU dan membawanya ke Istana Naga. Beliau menghormati, memuja dan
membuat persembahan terhadap Sutra tersebut. Wanita yang bernama DIEN DAU yang
tiba-tiba merasa kehilangan Sutra tersebut dalam waktu yang seketika, merasa
sangat cemas dan sambil menangis beliau berlari menjumpai Sang Buddha.
Beliau berkata, “Yang Termulia, saya tanpa menyayangkan jiwa
dan raga, memotong daging dan mencabut keluar tulang tanganku untuk menulis
Sutra Usia Panjang, dengan harapan dapat menyebarkan ajaran tersebut kepada
semua makhluk hidup. Tetapi sekarang saya tiba-tiba kehilangan Sutra tersebut,
membuat saya benar-benar merasa cemas dan sedih, tubuhku bagaikan dipanah oleh
panah beracun. Sakitnya benar-benar tak tertahankan!
Kemudian Buddha Cahaya Maha Bijaksana memberitahu kepada
DIEN DAU dengan berkata, “Raja Naga, yang bernama Nanda telah membawa Sutramu
ke istananya, beliau memuja Sutra tersebut dengan penuh khidmat. Seharusnya
engkau merasa senang terhadap hal yang baik ini dan tidak perlu merasa cemas,
khawatir ataupun sedih.”
“DIEN DAU, ketahuilah sebenarnya hal ini bagus sekali, sutra
itu dapat dipuja oleh Raja Naga, Nanda, maka dengan jasa kebajikan dari
penulisan Sutra tersebut setelah berakhirnya kehidupanmu ini, engkau pasti akan
lahir di alam Surga Brahma, untuk menikmati kehidupan surga yang penuh
kebahagiaan dan selama-lamanya, tidak akan pernah lagi dilahirkan dalam wujud
seorang wanita.”
Wanita yang bernama DIEN DAU berkata kepada Buddha Cahaya
Maha Bijaksana: “Yang Termulia, sebenarnya harapanku satu-satunya bukanlah
ingin lahir di alam Surga. Tetapi saya hanya berharap agar dapat bertemu dengan
Yang Termulia pada setiap kehidupanku, dan tanpa melupakan hati Bodhi.
Kemanapun saya pergi, setiap saat saya akan terus-menerus menyebarkan ajaran
dari Sutra ini kepada semua makhluk hidup yang menderita dan yang berdosa agar
mereka dapat memperoleh umur yang panjang dan dapat memusnahkan karma buruknya.
Kemudian Buddha Cahaya Maha Bijaksana berkata, “Apakah
engkau berdusta?” Wanita yang bernama DIEN DAU menjawab, “Jika saya berkata
bohong, maka saya rela seperti dulu dikejar dan ditangkap oleh prajurit alam
neraka, tetapi jika apa yang saya katakan adalah benar tanpa berbohong
sedikitpun, maka luka pada tanganku di hadapan Sang Buddha akan segera pulih
kembali seperti semula!” Begitu DIen Dau selesai mengucapkan pernyataan
tersebut, tangannya segera pulih kembali seperti sedia kala!
Buddha Cahaya Maha Bijaksana berkata kepada DIEN DAU, “Jika
engkau dengan sepenuh hati mengingat Buddha, maka engkau memiliki kemampuan
untuk berkeliling mengunjungi tanah suci para Buddha dan dapat melihat dunia
dari para Buddha yang tidak terhitung banyaknya. Dan engkau dapat memahami
dunia dari para Buddha yang luar biasa, tanpa bisa diuraikan dengan kata-kata!”
Pada saat itu, wanita yang bernama DIEN DAU yang berjiwa
Bodhisattva memasuki Samadhi dan mencapai tingkat kesucian. Beliau telah
memahami arti dari kehidupan yang sebenarnya dan tidak terikat lagi pada hal duniawi,
beliau telah memiliki kesadaran tertinggi, yang disebut hati Bodhi yaitu
berniat suci untuk mencapai tingkat kesucian, demi untuk menyebarkan Dharma
kepada semua makhluk hidup untuk membantu mereka agar dapat keluar dari
lingkaran kelahiran dan kematian!
“Bodhisattva Manjushri, seharusnya engkau mengetahui bahwa
Buddha Cahaya Maha Bijaksana adalah bentuk kehidupanku di masa yang lampau.
Sedangkan wanita yang bernama DIEN DAU adalah bentuk kehidupanmu di masa yang
lalu. Dan 49 orang yang membantumu menulis Sutra tersebut adalah 49 Bodhisattva
yang sekarang sedang berdiri di hadapan kita. Mereka adalah para Bodhisattva
yang bertekad mencapai tingkat Kebuddhaan.”
“Manjushri, ketahuilah dari waktu berkalpa-kalpa jutaan
tahun yang tak terhitung lamanya sampai sekarang. Saya selalu
mengumandangkan/mengajarkan kepada anda semuanya ajaran dari Sutra ini yaitu:
Dharma untuk membebaskan diri dari lingkaran kelahiran dan kematian, dengan
harapan agar dapat menolong semua makhluk hidup yang berdosa untuk memusnahkan
karma buruknya. Setelah mereka mendengar Sutra Usia Panjang Pemusnahan Dosa
ini, bahkan walaupun mereka hanya mendengar sebagian ataupun 1 bait saja dengan
sepenuh hati, semua dosa dan karma buruk mereka akan lenyap!”
Pada saat itu Raja Prasenajit yang sedang berada di dalam
istananya, kira-kira pada pertengahan malam, beliau mendengar adanya suara
tangisan seorang wanita yang begitu keras. Tangisannya begitu sedih dapat
menggetarkan langit, Sang Raja bangun dan berpikir, “Di dalam istanaku
seharusnya tidak ada kejadian apapun. Mengapa ada tangisan yang begitu
memilukan? Apa yang telah terjadi?”
Menunggu sampai pagi, Raja Prasenajit segera mengirim
prajuritnya ke semua jalan besar dan gang kecil untuk mencari suara tangisan
tersebut. Dan setelah prajurit raja menemukan wanita yang menangis tersebut,
mereka membawanya ke istana. Wanita itu merasa ketakutan dan jatuh pingsan.
Raja Prasenajit memerintahkan prajuritnya untuk menyiramkan sedikit air ke
wajahnya. Dan dengan perlahan-lahan wanita itu siuman kembali.
Maha Raja Prasenajit bertanya kepada wanita itu dengan
berkata, “Kemarin malam, ada seseorang menangis dengan suara yang begitu
memilukan hati. Apakah itu adalah tangisanmu?” Wanita tersebut menjawab, “Ya
benar, sayalah yang menangis dengan sangat sedih.” Kemudian Raja agung bertanya
kepadanya, “Mengapa engkau menangis sampai begitu sedih? Siapakah yang telah
menyakitimu?”
Wanita tersebut menjawab, “Saya menangis dengan sedih,
sebenarnya tidak ada seorangpun yang menyakitiku. Mohon maharaja bersedia mendengarkan
penjelasanku. Saya menikah ketika berumur 14 tahun. Dan selama 30 tahun saya
menikah, saya telah melahirkan 30 orang anak. Setiap bayi yang kulahirkan
semuanya berbadan sehat dan mungil. Mereka lahir dengan bibir yang merah dan
gigi yang putih bagaikan batu giok. Semuanya sangat lucu dan lincah. Mereka
bagaikan kelopak bunga di musim semi.
Saya menyayangi mereka bagaikan mutiara dalam genggaman
tanganku. Mereka sudah seperti jantung, hati, otak dan tulang sumsumku. Saya
mengasihi mereka melebihi jiwa ragaku. Tetapi mereka semuanya meninggalkanku
satu persatu karena mereka semua mati dalam usia yang muda!”
“Sekarang, anakku hanya tinggal satu yang terakhir. Dia
berusia kira-kira satu tahun. Dia sudah merupakan akar dari kehidupanku. Tetapi
sekarang ini saya harus menyaksikan dia dalam keadaan sakit dan nyawanya
terancam bahaya. Saya takut dia juga akan segera meninggalkanku. Itulah
sebabnya saya tidak dapat lagi menerima kenyataan ini. Maka itu semalam saya
menangis dengan sedih!”
Setelah Maha Raja mendengar pernyataan dari wanita itu,
beliau juga turut prihatin atas penderitaan yang menimpa wanita tersebut. Dalam
hati beliau berpikir, “Semua rakyat yang tinggal di negeriku semuanya
bergantung kepadaku. Mereka sudah seperti anakku sendiri, jika saya tidak
menolong dan membantu mereka untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi,
maka saya tidak cocok lagi disebut sebagai seorang raja!”
Maka itu, beliau dengan segera mengumpulkan para menteri
penasehat istana untuk mendiskusikan hal tersebut. Di antara mereka ada 6
menteri penasehat. Mereka memiliki julukan sebagai berikut: yang pertama,
disebut dapat melihat bentuk atau rupa; yang kedua, bernama mengetahui melalui
suara; yang ketiga, disebut kaki wangi; yang keempat, disebut si pandai
berbicara; yang kelima, disebut ikuti keadaan; yang keenam, disebut mudah
tercemar. Mereka serentak dengan sopan memberitahu kepada raja dengan berkata:
“Ketika seorang bayi lahir, keluarganya harus membuat sebuah
altar persembahan kepada para dewa dalam formasi tujuh bintang dan dua puluh
delapan konstelasi perbintangan untuk meminta berkah panjang umur untuk sang
bayi. Upacara ini dapat mencegah para bayi agar tidak mati muda, semoga
maharaja sudi mengumumkan cara ini kepada semua rakyat di negeri ini.”
Pada saat itu, ada seorang menteri penasehat istana yang
bijaksana dan berpengetahuan luas, beliau telah banyak belajar dari para Buddha
dan telah mengumpulkan banyak akar kebajikan dari kehidupannya yang lampau.
Beliau bernama Dhyana Prajna. Beliau maju ke depan dan memberitahukan Maha Raja
dengan berkata, “Maha Raja, cara yang diajarkan oleh keenam menteri penasehat
ini tidak akan mampu membebaskan seseorang dari penderitaan mati muda.
Penderitaan yang bersifat alam ini serta cara untuk melenyapkannya, hanya dapat
dijelaskan oleh seorang Buddha.”
“Buddha ini bernama Siddharta Gautama. Beliau juga disebut
Pangeran Siddharta. Pangeran tersebut telah mencapai penerangan sempurna tanpa
melalui bimbingan dari seorang guru. Beliau mengetahui kebenaran dari hukum
alam. Sekarang Beliau berada di Gunung Grdhrakuta, dan sedang mengajarkan Sutra
Usia Panjang, Cara Untuk Memusnahkan Karma Buruk. Saya berharap agar Maha Raja
bersedia dengan segera menuju tempat tersebut untuk mendengarkan ajaran-Nya.”
“Jika seseorang dapat mendengar satu bait saja dari Sutra
ini dengan sepenuh hati, semua karma buruk yang pernah dilakukan olehnya dari
ratusan hingga ribuan kalpa dari kehidupannya yang silam akan musnah. Dan semua
anak kecil yang mendengar Sutra ini walaupun mereka belum memahami arti dari
Sutra ini juga akan mendapat berkah dari mendengar Sutra suci dan secara
alamiah mereka akan memperoleh umur yang panjang.”
Raja Prasenajit berkata, “Saya pernah mendengar keenam guru
mengatakan tentang seorang pertapa yang bernama Gautama. Sang Gautama belajar
dari para guru agama hanya dalam waktu yang singkat dan pengetahuannya sangat
dangkal. Beliau masih muda dan tanpa keberhasilan apapun. Menurut ajaran kitab
suci dari keenam guru ini: ‘Perwujudan dari setan adalah anak muda yang bernama
Gautama. Apabila ada umat yang memujanya maka mereka akan kehilangan arah untuk
menuju jalan kebenaran.”
Setelah mendengar hal itu, menteri penasehat yang bernama
Dhyana Prajna yang bijaksana dengan penuh hormat mempersembahkan sebuah syair
kepada Maha Raja. Syair itu mengumandangkan: “Buddha Sakyamuni adalah guru dari
para dewa dan manusia, sejak berkalpa-kalpa yang silam Beliau selalu melatih
diri dengan disiplin. Saat ini Beliau telah menjadi Buddha dan sedang memutar
roda Dharma berdasarkan ajaran yang telah diajarkan oleh para Buddha di masa
yang lampau.
Beliau tidak pernah mengecewakan harapan dari semua makhluk
hidup, dengan hati yang maha pengasih dan penyayang Beliau membimbing semua
makhluk hidup yang tersesat. Apabila seseorang dapat berjumpa dengan seorang Buddha,
beliau dapat diibaratkan seperti seekor kura-kura yang berada di atas sebuah
balok kayu yang terapung di atas samudera. Dan juga seperti bunga Udumbara yang
paling jarang mekar. Saya berharap Maha Raja dapat dengan segera berangkat ke
Rajagaha untuk mendengarkan Dharma-Nya dan jangan mendengar ajaran yang
menyimpang dari 6 guru aliran sesat.”
Pada saat itu, setelah menteri penasehat Dhyana Prajna
membacakan syair tersebut, beliau menggunakan kekuatan batinnya, dalam posisi
bermeditasi beliau naik ke angkasa mencapai ketinggian tujuh kali dari
ketinggian pohon Bodhi. Pada saat itu juga, di depan raja, beliau segera
mengucapkan mantra. Dan dalam waktu singkat gunung semeru dan air dari samudera
masuk ke dalam tubuhnya tanpa halangan apapun.
Raja Prasenajit setelah melihat kejadian ini, Beliau merasa
sangat salut kepada menteri penasehat yang bernama Dhyana Prajna dan beliau
merasa yakin bahwa beliau merupakan penasehat yang baik dan benar. Maka itu,
raja dengan segera bersujud seraya bertanya, “Siapakah nama guru anda?”
Menteri penasehat yang bernama DHYANA PRAJNA yang bijaksana
menjawab, “Guruku adalah Buddha Sakyamuni. Saat ini Beliau sedang berada di
gunung Grdhrakuta di Rajagaha, Beliau sedang memberi khotbah tentang Sutra Usia
Panjang Penghapus Dosa.”
Setelah mendengar hal itu, Maha Raja merasa sangat gembira.
Dengan segera beliau meminta menteri penasehat Dhyana Prajna untuk mewakili
beliau dalam mengurus semua urusan Negara. Maha Raja sendiri dengan cepat
mengumpulkan seluruh sanak keluarganya, beserta para pejabat tinggi dan tetua.
Dengan empat ekor kuda yang mengangkut perhiasannya beliau mengadakan
perjalanan menuju Rajagaha sekaligus membawa turut serta permaisuri dan Putra
Raja.
Ketika maharaja dan rombongannya tiba di gunung Grdhrakuta
di Rajagaha, mereka segera mempersembahkan bunga dan ratusan persembahan yang
berharga kepada Sang Buddha. Setelah membuka semua perhiasan yang mereka pakai,
mereka berjalan mengelilingi Sang Buddha sebanyak 7 kali. Kemudian bersujud
serta bernamaskara, dan mempersembahkan bunga kepada Sang Buddha. Kemudian Raja
Prasenajit menceritakan semua kejadian yang menimpa wanita tersebut kepada Sang
Buddha.
Pada saat itu juga Sang Buddha memberitahukan kepada Raja
Prasenajit dengan berkata, “Wanita ini pada kehidupan yang lampau adalah
berstatus sebagai seorang ibu tiri. Disebabkan karena kecemburuannya, beliau
menggunakan racun untuk membunuh semua 30 orang anak dari isteri yang pertama.
Semua anak laki-laki dan anak perempuan yang dibunuhnya itu
semua bersumpah dengan mengatakan: “Saya bersumpah bahwa saya akan lahir
menjadi putra atau putrimu pada setiap kehidupanmu yang akan datang. Dan
setelah saya dilahirkan, saya akan segera mati pada usia yang muda sehingga
membuatmu sangat menderita. Penderitaan yang akan kamu alami sakitnya bagaikan
hati dan ususmu dipotong satu persatu!”
Tetapi sekarang wanita ini telah datang dan mendengar Saya
berkhotbah tentang Sutra Usia Panjang Pemusnahan Dosa dan apabila beliau dengan
sepenuh hati dapat mendengar sutra ini hanya 1 bait saja, maka semua musuh dari
keluarganya yang ingin menyakiti ataupun membalas dendam terhadapnya akan
berakhir sampai di sini selama-lamanya, dan mereka tidak akan lagi mencari
permusuhan dengannya!”
Kemudian, Sang Buddha memberitahu kepada kumpulan besar yang
datang mendengar khotbah dengan berkata: “Ketika roh dari janin masuk ke dalam
kandungan seorang ibu, raja setan Bo-Xun dengan segera melepaskan 4 ekor ular
beracun dan 6 iblis ke dalam tubuh sang ibu. Jika salah satu dari 4 ekor ular
atau 6 iblis ini tidak dijaga dengan baik, maka akar kehidupan dari janin
tersebut akan segera terputus dan mati!”
Saya mempunyai Dharani atau Mantra yang mana dapat
melindungi dan memperpanjang umur dari seorang janin atau bayi. Jika bayi
tersebut dijangkiti oleh penyakit dan mengalami sakit yang parah, apabila
beliau dapat mendengar mantra ini dengan jelas masuk ke dalam telinganya,
penyakitnya akan segera sembuh. Mantra ini dapat mengusir semua iblis atau
hantu jahat.” kemudian Sang Buddha membacakan mantra tersebut:
DHARANI ATAU MANTRA UNTUK MELINDUNGI DAN MEMPERPANJANG UMUR
JANIN, SERTA PARA BAYI DAN ANAK KECIL.
Padmi Padmi Devi,
Ksini Ksini Ksemi, Jure Jura Juri, Hura Hura, Yuri Yura Yuri, Para Parimunca,
Chide Chide, Chinna Kare Panci Made Svaha!
ANDA JUGA DAPAT MEMBACA DHARANI INI DALAM BAHASA MANDARIN:
PHO THOU, MI PHO,
THOU MI, THI PHI, SI NI, SI NI, SI MI, CHU LI, CHU LUO, CHU LI, HOU LUO, HUO
LUO, YOU LI, YOU LUO, YOU LI, PHO LUO, PHO LI WEN, CE CHIN TIE, PHIN TIE PHAN,
SHE MO TIE, CHE NA, CHIA LI, SUO PO HE!
Sang Buddha kemudian berkata, “Apabila ada seorang pria atau
wanita yang berbudi dapat membacakan mantra suci ini untuk janin yang berada di
dalam kandungan atau bayi yang baru lahir, ataupun anak kecil yang sedang
sakit, selama 7 hari 7 malam, dengan menggunakan dupa dan bunga memuja Para
Buddha dan menyalin/mencetak, membaca, menerima dan menjunjung tinggi mantra
ini dengan sepenuh hati. Maka dengan jasa kebajikan ini, semua penyakit yang
diderita beserta karma buruk yang ada pada bayi tersebut akan lenyap!”
Pada saat itu, Bodhisattva Raja Obat maju ke depan dan
bersujud kepada Sang Buddha seraya berkata, “Yang Termulia, Saya sebagai
Bodhisattva Raja Obat, dapat menyembuhkan segala macam penyakit. Janin ataupun
bayi kecil dapat terjangkit 9 macam penyakit yang mana akan menyebabkan mereka
mati muda. 9 jenis penyakit yang manakah? Kesatu, apabila orang tuanya
melakukan hubungan badan pada waktu yang tidak tepat.
Kedua, sewaktu melahirkan, darah sang ibu tercecer dan
mengotori tempat tersebut, membuat dewa tanah meninggalkan rumah itu sehingga
hantu jahat memperoleh kesempatan untuk masuk ke dalamnya dan melukai sang
bayi. Ketiga, sewaktu melahirkan, pusar bayi tidak dibersihkan dengan obat
sehingga terinfeksi oleh bakteri. Keempat, sewaktu melahirkan, tidak menggunakan
kapas yang telah dipolesi dengan obat untuk membersihkan darah kotor yang
menyelimuti tubuh sang bayi.
Kelima, dalam menyambut kelahiran sang bayi, keluarga
tersebut membunuh makhluk hidup untuk menjamu para anggota keluarga dan
teman-teman. Keenam, semasa kehamilan atau menyusui, sang ibu memakan makanan
yang mentah atau buah-buahan yang dingin. Ketujuh, ketika bayi tersebut sakit,
dia diberi makanan daging yang berasal dari hasil pembunuhan.
Kedelapan, pada saat akan melahirkan, di ruang bersalin sang
ibu melihat bayangan dari hal-hal yang malang ataupun makhluk setan. Jika tali
pusar dari sang bayi belum dipotong, maka sang ibulah yang akan meninggal.
Tetapi apabila tali pusar dari sang bayi telah dipotong, maka bayilah yang akan
meninggal.
Apakah yang disebut dengan bayangan yang malang tersebut?
Yaitu seperti melihat berbagai jenis bangkai makhluk yang aneh, dan
bentuk/wajah dari makhluk yang mengerikan. Karena mata sang ibu telah melihat
hal-hal yang tidak baik, maka itu dinamakan tidak menguntungkan, beliau dapat
menggunakan “Niu Huang” (ada dijual di toko obat Tionghua) dan mutiara yang
digiling menjadi tepung kemudian dicampur dengan madu untuk dimakan sang bayi,
obat ini akan membantu menguatkan jiwa dan raganya. Dan dia akan terhindar dari
semua hal-hal yang tidak menguntungkan tersebut.
Kesembilan, pada malam hari ketika sang bayi dibawa
jalan-jalan keluar rumah dia dipukul oleh hantu jahat. Apabila sang bayi yang
baru lahir dapat dijaga dengan baik dan dapat menghindari Sembilan macam hal
yang tidak menguntungkan seperti yang telah saya sebutkan itu. Pastilah sang
bayi tidak akan mati muda.”
Pada saat yang sama, di istana Raja Setan, Raja Setan yang
bernama Bo Xun yang memiliki kekuatan batin, dapat mengetahui atau membaca
pikiran orang, beliau mengetahui bahwa Sang Buddha sedang mengajarkan Sutra
Usia Panjang Pemusnahan Dosa dan mantra untuk melindungi anak kecil terhadap
semua hal yang buruk. Beliau menjadi sangat cemas dan marah. Dengan
mengeluarkan suara yang menggelegar beliau mencetuskan kegelisahan dan
ketidaksenangannya terhadap Sang Buddha.
Raja Setan Bo Xun memiliki tiga orang putri yang cantik,
melihat Sang raja, ayahanda mereka dalam keadaan sangat marah, gelisah dan
cemas, maka mereka bertiga serentak menuju ke depan untuk menenangkan hati
ayahnya. Mereka bersama-sama berkata, “Bolehkah kami mengetahui mengapa raja,
ayahanda kami, begitu gelisah dan marah?”
Raja Setan menjawab, “Pertapa yang bernama Gautama sedang
memberi khotbah tentang Sutra Usia Panjang Pemusnahan Karma Buruk kepada sejumlah
besar makhluk hidup yang mana jumlahnya tak terhitung di gunung Grdhrakuta,
Rajagaha. Beliau bahkan ingin menyebarkan secara luas dan memberitahukan Sutra
ini kepada semua makhluk hidup yang ada pada saat sekarang maupun di masa yang
akan datang, sehingga mereka akan memperoleh berkah dan usia panjang. Dengan
melakukan hal tersebut, Beliau telah menyerang wilayah kejahatanku. Jadi
bagaimana saya tidak marah dan berniat untuk menghancurkannya?
Sekarang, saya ingin membawa rombongan sanak keluargaku bersama-sama
dengan semua tentara setanku untuk menyerang Beliau. Walaupun saya tidak dapat
menghentikan pertapa Gautama dari penyebaran Sutra Usia Panjang Penghapus Dosa,
tetapi dengan kekuatan batinku yang hebat ini, saya dapat menutup telinga dari
semua makhluk hidup supaya mereka tidak dapat mendengar khotbah dari Sang
Buddha tentang Sutra ini.”
Setelah mendengar hal itu, ketiga anak perempuan dari Raja
Setan dengan segera menasehati ayahanda mereka dengan menggunakan syair, “Raja
Setan Bo Xun mempunyai tiga orang putri yang patuh, menuju ke depan dan berkata
kepada ayahandanya; Pertapa Gautama adalah guru dari para dewa dan manusia,
kekuatan iblis atau setan tidak akan mampu mempengaruhi-Nya. Sewaktu Beliau
bersamadhi di bawah pohon bodhi untuk mencapai penerangan sempurna, kami
bertiga telah berusaha untuk menggodanya dengan kecantikan kami yang melebihi
dewi khayangan.
Dengan menggunakan beratus jenis tarian yang menggiurkan
untuk menggodanya, tetapi Bodhisattva ini tidak sedikitpun merasa terpikat. Beliau
memandang kami bagaikan melihat 3 orang wanita tua, dan sekarang ini Beliau
telah mencapai penerangan sempurna dan menjadi guru dari para dewa dan manusia.
Ayah pernah dengan busur dan panah mencoba untuk menakuti-Nya beserta tentara
setan dengan melemparkan segala jenis senjata tajam ke badannya, tetapi
Bodhisattva tersebut memandangnya bagaikan permainan anak-anak. Beliau tidak
takut sedikitpun bahkan tidak mundur dari jalan Bodhi-Nya. Maka hari ini Beliau
telah menjadi Raja Dharma. Kami berharap ayahanda raja dapat menghentikan
pikiran jahat tersebut.”
Setelah mendengar syair dari ketiga anak perempuannya, sang
Raja Setan Bo Xun merubah rencananya dan membagi rombongan keluarganya menjadi
beberapa kelompok. Di samping itu, beliau memilih tentara yang pintar serta
memberitahu kepada mereka dengan berkata: “Saya akan pergi bersama kalian semua
ke tempat Sang Buddha memberi khotbah dan berpura-pura ingin berlindung
kepada-Nya. Kita harus menggunakan berbagai macam taktik yang licik agar Sang
Buddha dapat mempercayai kita.
Jika kita mampu mendapatkan kepercayaan dari Sang Buddha,
berarti kita mempunyai kesempatan untuk melakukan semua perbuatan iblis, untuk
mengganggu penyebaran dari Sutra tersebut.” Setelah berkata begitu, Raja Setan
bersama rombongannya dari istana setan menuju ke tempat Sang Buddha memberi
khotbah. Mereka berjalan mengelilingi Sang Buddha sebanyak tujuh kali. Di
hadapan Sang Buddha Raja Setan berkata:
“Yang Termulia, apakah Anda merasa lelah berkhotbah Dharma?
Sekarang saya membawa rombongan dari keluargaku untuk mendengar khotbah Sang
Buddha tentang Sutra Usia Panjang Pemusnahan Dosa. Kami ingin menjadi siswa
Sang Buddha. Mohon Sang Buddha yang Maha Pengasih bersedia memenuhi keinginan
kami.”
Sang Buddha dengan segera menegur Raja Setan Bo Xun dengan
berkata: “Engkau sewaktu berada di istanamu, merasa sangat marah dan emosi,
serta berencana untuk datang kemari dan berpura-pura untuk masuk ke dalam
perkumpulan-Ku, kemudian menunggu kesempatan untuk melakukan berbagai perbuatan
iblis. Saya, seorang Buddha dalam memberikan ajaran Dharma, tidak akan
mengizinkanmu melakukan kebohongan atau perbuatan yang jahat.”
Setelah mendengar hal tersebut, Raja Setan Bo Xun merasa
sangat malu. Beliau segera menghentikan kebohongannya dan berkata: “Yang Termulia,
rencanaku yang jahat dan penuh tipu muslihat tidak dapat mengelabui
pandangan-Mu. Saya mohon Sang Buddha yang penuh kebajikan dan welas asih
bersedia memaafkan kelakukanku yang buruk ini! Sekarang saya telah memiliki
kesempatan untuk mendengar Sutra Usia Panjang Pemusnahan Dosa beserta Mantra
Untuk Melindungi Anak Kecil, saya bersumpah bahwa:
“Apabila pada masa berakhirnya Dharma, jika ada makhluk
hidup yang bersedia menerima, menjalankan, menulis atau mencetak, membaca dan
memuja Sutra ini dengan sepenuh hati, dimanapun mereka berada, saya akan
melindungi mereka sehingga tidak ada hantu jahat atau iblis yang akan memiliki
kesempatan untuk mengganggu atau melukai mereka.
Jika orang-orang yang berdosa telah jatuh ke alam neraka,
apabila pada suatu ketika mereka teringat kembali dan merasa yakin terhadap
Sutra Usia Panjang ini walaupun hanya sekejap saja, saya akan menggunakan
kekuatan batinku untuk mengambil air dari samudera yang luas dan menuangkan
kepada mereka sehingga mereka akan merasa sejuk dengan siraman air tersebut,
dengan demikian alam neraka akan berubah menjadi kolam bunga teratai.”
Pada saat itu, ada banyak yaksa terbang, yaksa pemakan anak
manusia beserta para pemimpin mereka datang bersama dengan para anggota
keluarganya. Mereka turun dari angkasa dan memberi penghormatan kepada Buddha
Sakyamuni dengan mengelilingi Sang Buddha beribu-ribu kali. Mereka memberitahu
kepada Sang Buddha dengan berkata: “Yang Termulia! Kami para yaksa selama
berkalpa-kalpa yang tak terhitung lamanya telah lahir sebagai yaksa. Rombongan
keluarga kami banyaknya bagaikan pasir di sungai Gangga.
Kami semua, disebabkan oleh kelaparan, kemanapun kami pergi,
kami selalu mencari dan memakan janin yang berada dalam kandungan seorang ibu
serta menghisap darah dari bayi yang baru lahir. Rombongan kami selalu
mengintai semua makhluk hidup dan menunggu sewaktu mereka mengadakan
persetubuhan kami akan memakan spermanya sehingga mereka tidak mempunyai
keturunan. Ataupun kami akan masuk ke dalam kandungan seorang ibu untuk
menghisap darah dari janin yang berada dalam kandungannya.”
“Atau bayi yang baru lahir pada tujuh hari yang pertama,
bahkan anak yang masih berumur di bawah sepuluh tahun, kami akan mencari
kesempatan untk memutuskan nyawanya. Rombongan kami akan mengubah diri menjadi
berbagai jenis ulat jahat dan bakteri beracun untuk masuk ke dalam perut anak
tersebut. Kami akan memakan organ bagian dalam dan darah mereka, sehingga anak
tersebut akan memuntahkan susu dan diserang oleh penyakit disentri, atau
penyakit usus serta penyakit malaria.”
“Atau kami akan membuat para bayi menjadi sakit sehingga
matanya menjadi biru. Perutnya akan mengembung dan bengkak, sehingga dengan
perlahan-lahan mereka akan meninggal. Tetapi sekarang kami telah mendengar
khotbah dari Sang Buddha tentang Sutra Usia Panjang Pemusnahan Dosa beserta
Mantra Untuk Melindungi Anak Kecil ataupun bayi, kami akan mengikuti nasehat
dari Sang Buddha walaupun itu berarti rombongan kami akan menderita kelaparan.
Kami tidak akan pernah berani lagi untuk memakan janin dan bayi.”
Sang Buddha memberitahu kepada para yaksa dengan berkata:
“Kamu sekalian seharusnya menerima dan menjunjung tinggi prinsip dari ajaran
para Buddha. Dengan menjunjung tinggi ajaran ini, setelah kehidupan dari yaksa
ini berakhir, kamu sekalian akan memperoleh pahala untuk lahir di alam surga
dan menikmati berkah serta kebahagiaan.”
Kemudian Sang Buddha memberitahu kepada semua yang hadir
dalam perkumpulan agung tersebut dengan berkata, “Jika ada seorang anak yang
menderita berbagai macam penyakit, kamu harus mengajarkan ibunya untuk
mengambil sebagian kecil dari susunya dan memercikkannya ke udara untuk
diberikan kepada yaksa, dan anjurkan kepada sang ibu dengan hati dan pikiran
yang suci untuk menerima, menjalankan dan menjunjung tinggi Sutra Usia Panjang
Pemusanahan Dosa beserta Mantra Perlindungan kepada Anak Kecil ini.
Apabila beliau dapat menulisnya atau mencetaknya, membacanya
dan menyebarkannya, maka dengan melakukan kebajikan ini anak tersebut akan
segera sembuh dari penyakit.” Ketika para yaksa mendengar perkataan dari Sang
Buddha, mereka merasa sangat gembira dan berkata kepada Sang Buddha. “Jika kami
dapat memperoleh kelahiran di alam surga, rombongan kami tidak akan pernah lagi
melukai anak-anak atau mengambil air susunya. Walaupun harus menelan bijih
besi, kami berjanji tidak akan lagi meminum darah dari anak kecil!
Bahkan walaupun Sang Buddha telah memasuki Nirvana, jika ada
seseorang yang dapat membaca, menerima, menjalankan, memuja dan menyebarkan
Sutra ini, kemanapun beliau berada, jika ada seseorang yang herhati jahat ingin
mencelakai guru Dharma tersebut, kami tidak akan pernah membiarkan orang jahat
itu memiliki kesempatan untuk mengganggu dan mencelakainya. Bahkan tidak
satupun dari kami yang akan membiarkan hantu jahat untuk memiliki kesempatan
mencelakai dan menyengsarakan anak-anaknya.”
Pada saat itu, semua raja besar dari surga beserta
rombongannya, dan para dewa-naga, raja yaksa, raja asura, raja garuda, raja
kinaras, raja moharagas, raja Xue-Li-Dou, raja Pi-She-Zhe, raja Fu-Dan-Na, raja
Jia-Zha-Fu dan raja lainnya yang membawa serta anggota keluarganya dan para
pengikutnya.
Mereka semua memberi hormat kepada Sang Buddha. Kemudian
mereka merangkupkan kedua tangannya dan dengan sepakat mereka semua berkata,
“Yang Termulia! Mulai dari sekarang sampai seterusnya, apabila ada
bhikshu-bhikshuni, upasaka-upasika, atau siapapun yang bersedia menerima,
menjalankan dan menjunjung tinggi Sutra Usia Panjang Pemusnahan Dosa ini serta
menyalin atau mencetak dan menyebarkannya, saya bersama rombonganku akan selalu
melindungi orang tersebut dimanapun mereka berada!
Kami semua para raja mampu mengusir semua hantu jahat.
apabila ada hantu jahat yang mengganggu dan mencelakai makhluk hidup dan
menyebabkan mereka terjangkit penyakit. Jika orang sakit tersebut dapat dengan
hati yang suci menulis atau mencetak, menerima, menjalankan, menjunjung tinggi
serta menyebarkan Sutra ini, maka dengan kebajikan ini, kami para raja akan
mengusir semua hantu jahat tersebut sehingga mereka tidak akan mampu lagi mencelakai
orang tersebut untuk mati penasaran atau mengalami penderitaan sakit yang berat
dan tersiksa di ranjang menunggu kematian.”
Pada saat itu, makhluk suci bumi dan langit juga beranjak
dari tempat duduknya. Dengan penuh hormat beliau berkata kepada Sang Buddha,
“Yang Termulia, jika ada umat Buddha yang menerima dan menjunjung tinggi serta
menyebarkan Sutra Usia Panjang Pemusnahan Dosa beserta Mantra Perlindungan
Terhadap Anak Kecil ini, kami makhluk dari surga dan bumi akan selalu
memberikan tanaman yang subur dan berlimpah di bumi untuk kebutuhan hidup
mereka supaya mereka dapat memperoleh umur yang panjang.
Kami akan selalu memberkahi orang yang tulus dan yakin
terhadap Sutra ini sehingga mereka mempunyai rezeki untuk memperoleh segala
jenis kekayaan seperti emas, perak, dan berbagai jenis makanan seperti gandum
atau beras, sehingga mereka tidak akan pernah merasa kekurangan suatu apapun.
Beliau akan memperoleh kesehatan jasmani dan kedamaian hati tanpa memiliki
kekhawatiran ataupun kecemasan terhadap kehidupannya!
Pikiran dari sang umat tersebut akan selalu bahagia dan
memiliki jasa kebajikan. Tidak ada hantu jahat yang akan mampu mencabut
nyawanya. Jika dalam keluarganya ada bayi yang baru lahir, selama tujuh hari
pertama dari kelahirannya, kami beserta makhluk suci dari bumi akan
melindunginya sehingga beliau tidak akan mati muda.”
Kemudian dalam pesamuhan tersebut, VAJRA yang perkasa
berkata kepada Sang Buddha, “Yang Termulia, setelah Sang Buddha memberi khotbah
tentang Sutra Usia Panjang Pemusnahan Dosa beserta Mantra Perlindungan Terhadap
Anak Kecil, berbagai raja dari surga beserta rombongannya, dan para raja yaksa,
pelindung Dharma dan para makhluk suci semuanya bersumpah untuk melindungi
orang yang membaca, menyebarkan, dan menulis Sutra ini. Di samping itu, mereka
juga menawarkan apa saja yang dibutuhkan oleh manusia sehingga mereka tidak
akan kekurangan suatu apapun.
Saya pernah mendengar dari seorang yang berbudi tinggi dan
bijaksana yang bernama “PO CIA PO”. Beliau mengatakan kekuatan dari mantra suci
sangat luar biasa manfaatnya dan merupakan kata yang membawa keberuntungan.
Jika ada makhluk hidup yang dapat mendengar mantra ini dengan sepenuh hati
walaupun hanya sekali saja, pada ratusan sampai ribuan kali dari kehidupannya
di masa yang akan datang, orang tersebut tidak akan berumur pendek. Malahan
beliau akan dikaruniai dengan berkah berumur panjang dan bebas dari penyakit.
Walaupun adanya 4 sifat setan yang berada di dalam jasmani
manusia, tetapi sifat setan ini tidak dapat bergejolak. Malahan umat tersebut
akan memperoleh umur yang panjang. Beliau dapat hidup sampai usia 120 tahun,
bahkan beliau akan mencapai keadaan tanpa penyakit dan penderitaan dari
kematian. Dengan membaca Mantra suci Beliau akan mencapai tingkat kesucian dan
selama-lamanya tidak akan mundur dari jalan menuju pencapaian penerangan.
Dan para umat manusia ataupun siswa Sang Buddha yang terjangkit
penyakit parah, apabila beliau dapat mendengar mantra ini, hantu jahat tidak
akan dapat mencabut nyawanya atau melukainya.” Kemudian si perkasa yang bernama
VAJRA mengucapkan mantra tersebut:
MANTRA UNTUK
MENGOBATI PENYAKIT PARAH DAN MENGHAPUS KARMA BURUK:
Tadyatha, Chandri, Chandra Vide, Chandra Ma Hum, Chandra
Vate, Chandra Pure, Chandra Jaye, Chandra Tire, Chandra Vime, Chandra Druru,
Chandra Prabhe, Chandra Vitare, Chandra Patiye, Chandra Bhame, Chandra Khadge, Chandra
Loke, Svaha!
ANDA JUGA DAPAT
MEMBACA DHARANI INI DALAM BAHASA MANDARIN
TUO TI YE THA, CHAN TA LI, CHAN TA LUO PI THI, CHAN TA LUO
MO HOUM, CHAN TA LUO PA TI, CHAN TA LUO PU LI, CHAN TA LUO TOU YI, CHAN TA LUO
TI LI, CHAN TA FEI MIE, CHAN TU LEU, CHAN TA LUO PO LUO OU, CHAN TA LUO U TA
LI, CHAN TA LUO PHO TI YI, CHAN TA LUO PHO MIE, CHAN TA LUO CHIE TZE, CHAN TA
LUO LU CHI, SOU PO HE.
Sang Buddha berkata, “Bagus sekali, bagus sekali, VAJRA yang
perkasa! Sekarang Engkau dapat mengucapkan kata-kata dari mantra suci yang
mukjijat dan menguntungkan ini untuk melindungi anak kecil ataupun umat manusia
yang menderita penyakit parah, Engkau segera akan menjadi pemimpin dan guru
pembimbing dari semua makhluk hidup.”
Sang Buddha kemudian berkata kepada Bodhisattva Manjushri:
“Manjushri! Ketahuilah bahwa mantra ini telah diajarkan oleh para Buddha di
masa yang lampau. Mantra ini mempunyai kekuatan yang luar biasa untuk melindungi
semua orang yang sedang melatih diri. Mantra ini dapat membantu menambah umur
dari para dewa dan manusia serta dapat menghapus karma buruk, kekotoran batin
dan pandangan yang sesat. Mantra ini juga dapat melindungi orang yang
menjunjung tinggi Sutra Usia Panjang sehingga mereka dapat menambah berkah dan
dapat memperpanjang usia hidup.”
Sang Buddha memberitahu kepada Pangeran Dharma Bodhisattva
Manjushri dengan berkata, “Setelah Saya memasuki Parinibbana, di dunia yang
penuh dengan 5 kekeruhan dan kejahatan, jika ada seorang bhikshu yang melanggar
peraturan/sila yang Saya ajarkan, yang mana bhikshu tersebut merindukan
bhikshuni atau wanita lain, atau merindukan samanera atau samaneri, atau
memiliki nafsu untuk makan daging ataupun minum arak.
Dan menjadi budak dari nafsu cinta, ataupun berdagang serta
melakukan hal-hal duniawi yang tidak suci, tanpa merasa malu atau menyesal.
Pikiran yang seperti ini menyerupai sepotong kayu keras dan beliau pasti akan
dipandang rendah oleh masyarakat sehingga menghancurkan ajaran Dharma-Ku.
Ketahuilah bahwa bhikshu seperti itu bukanlah murid-Ku. Beliau adalah anggota
dari kelompok bhikshu yang melakukan lima kejahatan berat. Beliau termasuk
kelompok dari raja setan dan kelompok dari enam guru aliran sesat.
Bhikshu tersebut akan berumur pendek pada kehidupan yang
sekarang dan apabila para bhikshuni juga melanggar sila atau aturan ini mereka
akan mendapat ganjaran yang sama. Tetapi jika mereka dapat bertobat dan
menyesali semua perbuatannya dan berjanji tidak akan pernah lagi melakukan
pelanggaran tersebut, dan menjalankan serta menjunjung tinggi Sutra ini, maka
mereka dapat melenyapkan karma buruk dan berumur panjang.”
“Ada lagi Manjushri, setelah Saya Parinibbana, di dunia yang
penuh dengan lima kekeruhan dan kejahatan, jika ada seseorang yang mengatakan
dirinya berjiwa Bodhisattva, tetapi beliau suka memfitnah orang lain, bahkan
suka memuji diri sendiri dan menganggap dirinya telah dipenuhi jasa-jasa
kebajikan dan kebaikan, beliau tidak bersedia mengajarkan dan menyebarkan Sutra
Mahayana kepada orang lain, Bodhisattva seperti ini adalah merupakan anggota
dari rombongan raja setan. Mereka bukanlah Bodhisattva yang sebenarnya.”
“Tetapi jika ada umat yang berjiwa Bodhisattva yang dapat
dengan sepenuh hati menjalankan dan menjunjung tinggi Sutra ini, menulis,
mencetak, membaca serta menyebarkannya, maka beliau akan mendapat keabadian
dari tubuh baja seperti yang dimiliki oleh para Buddha. Ada lagi Manjushri,
setelah Saya Parinibbana, di dunia yang penuh dengan lima kekeruhan dan kejahatan,
jika ada seorang raja yang membunuh orang tuanya serta tanpa alasan melukai
sanak keluarganya dan tidak menjalankan tugasnya dengan baik dan benar.
Dan dengan ganas dan kejam raja tersebut dengan tentaranya
menyerang negara lain dan membunuh pejabat yang setia jika mereka mencoba
menasehatinya, dan beliau terlibat nafsu birahi yang tanpa batas dan bertindak
melawan ajaran kebenaran yang diterapkan oleh para raja leluhurnya serta
menghancurkan pagoda dan kuil Buddha atau membakar patung Buddha dan sutra
Dharma. Maka Negara yang diperintah oleh raja yang jahat seperti itu akan
ditimpa malapetaka banjir dan kemarau. Hujan dan angin datang tidak pada
waktunya, rakyatnya akan menderita kehausan dan kelaparan dan meninggal
disebabkan oleh wabah penyakit.
Karena tindakan dari sang raja yang tidak
berperikemanusiaan, maka pada kehidupan yang sekarang ini beliau akan berumur
pendek. Dan setelah meninggal, beliau akan jatuh ke neraka Avici yang besar.
Tetapi apabila beliau dapat menulis atau mencetak, menyebarkan Sutra ini
sebagai persembahan kepada umat manusia, dan berjanji bertobat serta secara
tulus menyatakan penyesalan terhadap perbuatannya, dan kembali memerintah
negaranya berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan oleh para raja
leluhurnya, maka beliau akan memperoleh usia yang panjang.”
“Ada lagi Manjushri, setelah Saya Parinibbana, di dunia yang
penuh dengan 5 kekeruhan dan kejahatan, apabila ada pejabat tinggi atau pejabat
yang ditunjuk oleh istana raja yang hanya menikmati hidup mewah tanpa menjalankan
tugasnya dengan sepenuh hati, tidak setia, tidak mempunyai sedikit rasa malu
terhadap perbuatannya, dengan tipu muslihat beliau menindas orang yang baik,
berlaku tidak adil dan membunuh yang tidak bersalah.
Dan dengan kekuatan dari kekuasaan atau jabatannya, mereka
merampas kekayaan dan harta benda milik orang tanpa pertimbangan, melukai dan
mencelakai penduduk yang ada di negaranya, dan memandang rendah terhadap ajaran
Sang Buddha atau Sutra Dharma serta menghalangi penyebaran Buddha Dharma.
Pejabat seperti ini akan berumur pendek pada kehidupan yang sekarang. Dan
setelah meninggal, mereka akan jatuh ke dalam neraka Avici dan tidak akan
pernah memperoleh kesempatan untuk lahir kembali.”
“Tetapi apabila beliau bersedia bertobat dan menyesali
tindakannya dengan tulus, bersedia menerima, menjalankan dan menjunjung tinggi
Sutra Usia Panjang ini, membaca, mencetak dan menyebarkannya, maka beliau akan
memperoleh umur yang panjang dan tetap akan menjabat sebagai pejabat tinggi dan
kehidupannya akan damai dan sejahtera. Ada lagi Manjushri, setelah Saya
Parinibbana, di dunia yang penuh dengan 5 kekeruhan dan kejahatan, jika ada
seorang pria atau wanita yang baik, yang mengikuti ajaran Sang Buddha, tetapi
kemudian mereka berpaling dan mengikuti ajaran yang sesat, mereka sudah tidak
yakin lagi terhadap ajaran kebenaran dari Sutra Mahayana.
Orang yang seperti ini, walaupun mereka memiliki emas dan
perak yang tidak terhitung jumlahnya, mereka sangat pelit, bahkan dengan tamak
mereka terus mencari lebih banyak lagi kekayaan dan keuntungan, mereka
mempunyai uang tetapi tidak bersedia berdana membantu orang miskin atau orang
yang ditimpa bencana, di samping itu, mereka juga tidak bersedia menjunjung
tinggi, membaca dan menyebarkan Sutra Mahayana, tetapi mereka selalu memohon
agar tidak berjumpa dengan prajurit alam neraka, hal ini tidaklah mungkin.
Tempat kediaman dari orang yang serakah seperti ini tidak
akan pernah aman, kejadian-kejadian yang tidak menguntungkan sering terjadi
secara tiba-tiba, seperti munculnya seekor burung gagak di atas atap rumah
mereka; ular merayap masuk ke ruang tidur; anjing tiba-tiba naik ke atas atap
rumah; tikus-tikus mengeluarkan suara-suara yang ribut serta banyak binatang
buas dan burung-burung menerobos masuk ke dalam rumahnya.
Ratusan jenis hantu dan setan yang mengerikan dari hutan
mendatangi rumahnya. Dan karena melihat hal-hal yang mengerikan seperti ini orang
tersebut merasa ketakutan. Karena kecemasan dan ketakutan mereka akan mati
muda. Tetapi apabila mereka dapat menerima, menjunjung tinggi dan menyalin atau
mencetak Sutra ini, dan menyebarkan secara luas kepada orang untuk membacanya
maka dengan kebajikan suci ini orang tersebut akan mampu mengatasi semua
kejadian yang aneh, dan beliau akan memperoleh umur yang panjang.”
“Ada lagi, Manjushri! Setelah Saya Parinibbana, di dunia
yang penuh dengan lima kekeruhan dan kejahatan, apabila ada umat manusia, yang
mana sebagai orang tua di dalam keluarganya, setelah anaknya tumbuh dewasa,
beliau terlalu khawatir dan prihatin terhadap keadaan anaknya, pikiran mereka
menjadi tidak tenang dan menderita penyakit batin. Mengapa hal seperti ini
terjadi?
Sebagai contoh, anak lelakinya yang telah dewasa dipaksa
masuk ke dalam pasukan militer sesuai dengan undang-undang dari negaranya.
Anaknya tidak dapat melawan perintah negara, hal ini membuat para orang tua
merasa khawatir terhadap keselamatan anaknya. Inilah yang disebut menderita
penyakit batin. Ataupun anak perempuannya yang telah dewasa menikah dengan
keluarga yang selalu memandang rendah kepadanya, serta memiliki suami yang
kurang akur dengannya dan ia harus menahan siksaan dari anggota keluarga
suaminya.
Karena terlalu mengkhawatirkan keadaan anak perempuannya,
sang ibu menderita penyakit batin. “Disebabkan karena menderita penyakit batin,
setiap hari baik siang maupun malam beliau selalu merasa cemas, sedih dan
khawatir, hal ini dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit. Apabila
sang ibu selalu jatuh sakit, pasti beliau akan berumur pendek.
Tetapi jika beliau bersedia menyalin atau mencetak,
menerima, menjalankan dan menjunjung tinggi Sutra Usia Panjang ini, maka beliau
akan memperoleh umur yang panjang. Dengan kekuatan dan kebajikan dari Sutra dan
mantra suci ini, dapat membuat perkawinan anaknya bahagia serta dapat hidup
dengan rukun dan damai dan putranya akan pulang ke rumah dengan selamat dan
sejak itu beliau akan bebas dari segala penderitaan penyakit batin.”
“Ada lagi, Manjushri! Setelah Saya Parinibbana, di dunia
yang penuh dengan lima kekeruhan dan kejahatan, apabila ada umat manusia yang
tanpa memiliki belas kasihan membunuh dan melukai berbagai jenis makhluk hidup
dan melahap dagingnya. Manjushri, kelakuan seperti ini sama seperti membunuh
orang tuanya sendiri atau memakan daging sanak keluarganya sendiri.
Akibat dari membunuh dan mencelakai makhluk hidup, ditambah
lagi perbuatan menggugurkan janin dalam kandungan maka orang seperti ini akan
berusia pendek pada kehidupan yang sekarang. Bahkan ketika mereka melakukan
hubungan badan, spermanya akan dimakan oleh yaksa jahat sehingga tidak
mempunyai anak.
“Tetapi apabila beliau dapat menyalin atau mencetak,
menerima, menjalankan, menjunjung tinggi, membaca dan menyebarkan Sutra ini,
maka beliau akan memperoleh umur yang panjang dan akan memiliki keturunan yang
dapat meneruskan marganya. Ada lagi, Manjushri! Setelah Saya Parinibbana, di
dunia yang penuh dengan 5 kekeruhan dan kejahatan, semua manusia dilahirkan
tanpa kekuatan batin untuk mengetahui kehidupannya di masa yang lampau, mereka
juga tidak mengetahui tentang hukum sebab-musabab yang terdiri dari 12 mata
rantai lingkaran dari kelahiran dan kematian. Ketika mereka dilahirkan sebagai
manusia, mereka hanya memikirkan kesenangan duniawi yang ada pada saat sekarang
saja.”
“Dengan menggunakan jasmaninya mereka menciptakan karma
buruk. Atau memfitnah ornag lain, atau dengan menggunakan kekuasaan, kedudukan
dan kekayaannya untuk menakuti orang lain dan memiliki pikiran jahat untuk
menyiksa jiwa orang lain dan sama sekali tidak mempunyai keyakinan terhadap
ajaran Sang Buddha serta bersifat angkuh dan sombong.
Orang-orang seperti ini akan mendapat karma berumur pendek.
Tetapi jika orang tersebut dapat bertobat dan merubah semua sifat jahatnya
dengan tulus, dan dengan welas asih dan pikiran yang bersih, beliau bersedia
menyalin atau mencetak sutra suci ini, serta menerima, menjunjung tinggi,
membaca dan menyebarkannya. Dengan kekuatan dari akar kebajikan ini, beliau
akan berusia panjang. Bahkan jika belaiu sakit berat dan harus menghadapi
malapetaka dan bahaya, beliau tidak akan pernah meninggal secara tidak wajar.”
“Ada lagi, Manjushri! Setelah Saya Parinibbana, di dunia
yang penuh dengan lima kekeruhan dan kejahatan, jika ada umat manusia atas
perintah dari negaranya untuk pergi ke Negara lain atau demi menuruti keinginan
ornag tuanya beliau harus berdagang ke tempat yang jauh untuk mendapatkan
keuntungan dan kekayaan.
Disebabkan karena telah mendapatkan banyak keuntungan dan
kekayaan, beliau menjadi sombong, angkuh serta keras kepala, kemudian beliau
terjerumus ke dalam kegiatan-kegiatan yang tidak baik seperti berjudi,
berdansa, berteman dengan orang-orang yang jahat dan menghabiskan uangnya untuk
mencari wanita tuna susila.
Dan karena beliau telah melupakan tugas yang diperintahkan
oleh raja dan tidak menuruti nasehat dari orang tuanya, dan terlalu lama
menghabiskan waktunya hanya untuk bermabuk-mabukkan dan mengikuti hawa nafsu
mencari wanita cantik, akibat dari perbuatannya yang tidak baik ini beliau
menjadi miskin, terlibat hutang, berpenyakitan dan akhirnya beliaupun
kehilangan nyawa ataupun apabila beliau masih dapat mempertahankan hidupnya dan
masih ada tersisa sedikit harta kekayaan yang dapat dibawa pulang, tetapi
akibat dari sering mabuk-mabukkan, pikirannya yang sudah terpengaruh alkohol
membuatnya tidak mempunyai kesadaran penuh sehingga tidak memperhatikan
keselamatan dalam menempuh perjalanan pulang, akhirnya dalam perjalanan pulang
beliau kurang berhati-hati dan bertemu dengan para penjahat atau perampok,
harta beliau dirampok dan beliau pun mati terbunuh.”
“Tetapi apabila belaiu bersedia menyalin Sutra ini, dan
berjanji untuk menyebarkannya kepada para umat yang lain, maka dimanapun beliau
berada, orang-orang yang berpikiran jahat tidak akan datang mencarinya ataupun
mencelakainya. Hatinya selalu bahagia. Pikirannya selalu tenang dan damai.
Beliau tidak akan kehilangan harta benda. Dengan kebajikan membaca sutra dan
mantra suci ini, beliau akan memperoleh umur yang panjang.”
“Ada lagi, Manjushri! Setelah Saya Parinibbana, di dunia
yang penuh dengan lima kekeruhan dan kejahatan, jika ada umat manusia yang
berbuat karma buruk dan setelah meninggal beliau akan jatuh ke alam neraka
untuk menjalani siksaan yang dahsyat, dan walaupun mereka sudah selesai
menjalani hukuman di alam neraka, mereka harus dilahirkan lagi di alam
binatang.”
“Dan walaupun kelak orang tersebut dapat dilahirkan kembali
menjadi manusia, beliau tidak memiliki enam indera yang sempurna. Mungkin beliau
akan terlahir tuli, buta, dungu dan bisu atau memiliki bentuk tubuh yang
bungkuk ataupun cacat. Atau beliau dilahirkan sebagai seorang wanita yang buta
huruf dan tidak mampu membaca sutra, atau walaupun beliau terlahir sebagai
lelaki, tetapi disebabkan karma buruk dari masa lampau. Beliau tidak cerdas
atau dungu dan tidak mampu menulis atau menyebarkan Sutra Usia Panjang ini.
Karena itu kehidupannya selalu sengsara dan beliau selalu
merasa sedih menyesali nasibnya yang malang, lama kelamaan beliau jatuh sakit
karena menderita penyakit batin. Hal ini dapat menyebabkan beliau meninggal
dalam usia yang pendek pada masa kehidupan yang sekarang.”
“Apabila beliau dapat memohon bantuan dari orang yang
bijaksana untuk menyalin atau mencetak sutra ini untuknya agar dapat dibagikan
kepada orang lain, beliau sendiri juga dengan sepenuh hati sangat menghormati
sutra ini. Maka dengan jasa dan kebajikan mencetak kitab suci yang berlimpah
pahalanya, beliau tidak akan pernah lagi menerima pembalasan dari karma yang
buruk. Beliau akan berumur panjang pada kehidupan sekarang.”
“Ada lagi, Manjushri! Setelah Saya Parinibbana, di dunia
yang penuh dengan 5 kekeruhan dan kejahatan, jika ada umat manusia yang telah
meninggal, anggota keluarganya bersedia melakukan kebajikan untuknya agar
terkumpul jasa-jasa kebaikan dan kebajikannya dalam 7 hari pertama atau dalam
waktu 49 hari dihitung dari sejak beliau meninggal. Dengan jasa kebajikan yang
terdiri dari 7 bagian, orang yang telah meninggal tersebut dapat memperoleh 1
bagian dan 6 bagian lagi akan diterima oleh orang yang berbuat kebajikan
untuknya.”
“Tetapi apabila ada seseorang yang semasa hidupnya bersedia
selama 49 hari menghentikan semua kegiatannya untuk menyalin atau mencetak
Sutra ini, dan memberi persembahan dupa dan bunga kepada Buddha, serta berdana
kepada anggota Sangha sebanyak 7 kali. Maka jasa-jasa kebajikan yang akan
beliau terima jumlahnya bagaikan butiran pasir yang berada di Sungai Gangga tak
terhitung banyaknya!”
“Dengan melakukan hal tersebut, orang yang berbudi ini akan
berumur panjang pada masa sekarang dan selama-lamanya tidak akan pernah jatuh
ke 3 alam sengsara (alam neraka, alam setan dan alam binatang). Apabila beliau
telah meninggal dunia, keturunannya dapat menggunakan kekayaan atau harta
bendanya untuk berdana secara luas, membantu orang miskin dan memberi
persembahan kepada orang suci atau anggota Sangha yang tinggal di berbagai
vihara. Dengan demikian, berkah dan kebajikan yang dilimpahkan kepadanya dapat
diterima semuanya dari 7 bagian tersebut.”
“Ada lagi, Manjushri! Setelah Saya Parinibbana, di dunia
yang penuh dengan lima kekeruhan dan kejahatan, jika ada umat manusia yang
tidak menjalankan bakti terhadap orang tuanya, dan tidak mempunyai perasaan
welas asih serta melakukan 5 perbuatan jahat yang berat, dan beliau juga tidak
pernah merasa berterima kasih kepada orang tuanya, serta tidak menunjukkan
kasih sayang terhadap saudara-saudaranya.
Raja Langit yang selalu menjalankan ajaran kebenaran akan
melakukan perjalanan keliling ke seluruh alam manusia, yang mana berada di
bawah alam surga, dengan memainkan segala macam jenis musik. Beliau mengirim
rombongan para dewa dan keluarganya ke Jambudvipa (alam manusia) pada hari-hari
Uposatha tanggal 1 & 15 Lunar untuk memberi berkah kepada umat manusia.
Apabila ada seseorang terjangkit penyakit yang tidak wajar, Raja Langit yang
menjalankan ajaran kebenaran akan membantu orang tersebut untuk membebaskan
dirinya dari cengkeraman setan atau hantu jahat, dengan demikian penyakitnya
akan segera sembuh.”
“Akan tetapi bagi umat manusia yang tidak berbakti kepada
orang tuanya, yang selalu merasa cemburu dan sering melakukan perbuatan jahat,
beliau tentu saja akan terjangkit penyakit karena beliau menghirup hawa racun
yang ditebarkan oleh sang Raja Setan ataupun beliau terjangkit penyakit yang
parah dan menderita panas dingin serta sekujur tubuhnya menjadi lemah dan roh
setan masuk ke dalam tubuhnya sehingga beliau menjadi linglung. Atau seluruh
tubuhnya dijangkiti penyakit berat lainnya.”
“Apabila para umat pada hari pertama dari tahun baru Imlek
dapat membersihkan jiwa dan raganya, dengan membakar dupa dan mempersembahkan
bunga-bunga di altar Sang Buddha kemudian menyalin Sutra ini, serta memberi
penghormatan dan berdoa kepada para Buddha kemudian memberikan dana kepada para
bhikshu-bhikshuni dan menjalankan sila vegetarian selama 7 hari, maka beliau
tidak akan pernah terjangkit penyakit parah untuk selamanya berkat jasa
kebajikan dari menyalin/mencetak kitab suci ini dan beliau akan berumur panjang
dan tidak berpenyakit.”
“Ada lagi, Manjushri! Setelah Saya Parinibbana, di dunia
yang penuh dengan 5 kekeruhan dan kejahatan, akar kebajikan dari manusia
perlahan-lahan menjadi buruk dan berkah yang mereka terima semakin berkurang.
Pada akhir dari zaman akan muncul di langit 7 matahari yang bersinar pada waktu
yang bersamaan. Ataupun tidak sebanyak 7 buah, akan tetapi karena raja yang
memerintah di negeri tersebut tidak menuruti ajaran kebenaran, sehingga alam
menjadi murka, udara menjadi panas bagaikan tungku api.
Semua rumput, tumbuh-tumbuhan obat yang tumbuh di atas tanah
ataupun yang ada di dalam hutan, beserta ratusan jenis tanaman biji-bijian
gandum dan tebu, beras, rami, bunga dan buah-buahan lainnya yang berada di
permukaan bumi akan menjadi layu, hangus dan mati.”
“Tetapi apabila raja dan seluruh rakyatnya bersedia membaca,
memuja, menerima, menjalankan dan menjunjung tinggi Sutra ini, Raja Naga,
Nanda, Pranada dan lainnya akan merasa kasihan kepada umat manusia. Mereka akan
membawa air dari samudera dan dirubahnya menjadi air hujan untuk menyirami
tanah yang tandus, dan hutan, sehingga gandum, tumbuh-tumbuhan obat, bunga,
buah, tebu dan lainnya menjadi subur kembali. Hujan akan turun membasahi semua
makhluk hidup. Semua orang akan memperoleh umur yang panjang berkat kekuatan
suci dari sutra dan mantra ini.”
“Ada lagi, Manjushri! Setelah Saya Parinibbana, di dunia
yang penuh dengan lima kekeruhan dan kejahatan, jika ada umat manusia yang
tamak akan kekayaan. Mereka menipu para pelanggan dengan mengubah ukuran dari
timbangan dan memberikan ukuran timbangan yang salah. Tindakan ini merupakan
kejahatan, setelah meninggal dunia mereka akan jatuh ke alam neraka!
Dan setelah selesai menjalani hukumannya di alam neraka, si
pembuat dosa akan lahir lagi di alam binatang menjadi lembu, kuda, kambing,
keledai, babi, gajah, burung, dan binatang liar lainnya ataupun dalam bentuk
serangga-serangga seperti cacing, nyamuk, semut dan lainnya.”
“Apabila ada seorang umat manusia yang berjiwa Bodhisattva
yang penuh dengan kebajikan dan belas kasih bersedia membaca Sutra ini secara
berulang-ulang untuk semua hewan-hewan baik berupa burung, ular, cacing, tikus,
semut dan lainnya yang berada di sekitar tempat tersebut, supaya mereka dapat
mendengar sutra dan mantra ini semua makhluk yang lahir sebagai hewan ini akan
mendapat pembebasan setelah berakhirnya kehidupannya ini.
Hewan-hewan dan makhluk kecil yang mempunyai kesempatan
mendengar sutra suci ini akan lahir di alam surga untuk menikmati kebahagiaan.
Tetapi ada sebagian umat manusia yang tidak berjiwa Bodhisattva, tidak
mempunyai hati yang pengasih dan penyayang terhadap makhluk hidup, walaupun
mereka tahu tentang Sutra ini tetapi mereka tidak bersedia menyebarkannya, maka
mereka itu bukanlah murid dari para Buddha, mereka merupakan anggota dari
kelompok Raja Setan.”
“Ada lagi, Manjushri! Setelah Saya Parinibbana, di dunia
yang penuh dengan 5 kekeruhan dan kejahatan, jika ada manusia yang bersifat
angkuh dan tidak mempunyai keyakinan terhadap sutra dari ajaran para Buddha,
malahan berani memfitnah dan menghina ajaran Dharma-Ku.
Atau ketika ada seseorang Dharma Duta yang sedang berkhotbah
tentang ajaran Dharma dari para Buddha, beliau tidak memperhatikannya dengan
sepenuh hati dan tidak yakin terhadap ajaran para Buddha, beliau akan berumur
pendek pada kehidupan yang sekarang. Dan setelah meninggal dunia mereka akan
lahir di alam neraka.”
“Apabila ada suatu tempat atau Dharmasala (ruang khotbah)
yang mengajarkan Sutra Usia Panjang Pemusnahan Dosa, jika para umat dapat
menuju ke tempat tersebut untuk mendengarnya, atau mengajak teman-teman,
beserta sanak keluarganya yang lainnya untuk turut mendengarnya dan beliau
bersedia berbagi tempat duduk dengan mereka.
Maka umat yang berbudi seperti ini adalah pelindung atau
pendukung Dharma yang maha besar. Beliau akan memperoleh umur yang panjang dan
tidak akan pernah jatuh ke 3 alam sengsara. Begitu pula jika ada seseorang yang
ingin mengajarkan Sutra ini, kemudian beliau menyediakan tempat yang bersih
sebagai Dharmasala, kebajikan yang akan belaiu terima adalah sama.”
“Ada lagi, Manjushri! Setelah Saya Parinibbana, di dunia
yang penuh dengan 5 kekeruhan dan kejahatan, kebanyakan wanita hamil demi untuk
memberi gizi pada janin yang dikandungnya mereka membunuh dan memakan daging
dari makhluk hidup atau memakan segala jenis telur untuk menguatkan tubuhnya.
Wanita seperti itu sama sekali tidak mempunyai hati yang
welas asih. Beliau akan mendapat hukuman berumur pendek pada kehidupan yang
sekarang. Dan pada saat melahirkan beliau akan mengalami kesulitan, dan
disebabkan oleh kesulitan dan kesakitan yang luar biasa dalam melahirkan bayi
yang dikandungnya mungkin beliau akan mengalami kematian.
Atau walaupun beliau dapat melahirkan bayi tersebut dengan
selamat, tetapi bayi tersebut adalah tumimbal lahir dari musuhnya yang datang
mencari pembalasan dan meminta hutangnya. Dia bukanlah anak yang baik atau anak
yang dapat membawa keberuntungan bagi keluarganya.”
“Tetapi apabila wanita ini bersedia untuk seterusnya berbuat
kebajikan dan bersedia menyalin atau mencetak, menerima, menjalankan,
menjunjung tinggi dan menyebarkan Sutra ini, maka beliau tidak akan menghadapi
kesulitan pada saat melahirkan. Dengan selamat beliau akan melahirkan bayinya.
Jika beliau menginginkan anak perempuan, beliau akan melahirkan anak perempuan,
dan jika menginginkan anak laki-laki beliau akan memperoleh anak laki-laki.
Cita-citanya selalu tercapai.”
Sang Buddha berkata kepada Bodhisattva Manjushri bahwa
“Sutra Usia Panjang Pemusnahan Dosa” dan Hukum Sebab-Musabab yang terdiri dari
12 mata rantai lingkaran dari kelahiran dan kematian yang dikhotbahkan saat ini
adalah sama seperti yang telah diajarkan oleh para Buddha di masa yang lampau.
Jika ada umat manusia yang bersedia menerima, menjunjung tinggi, menjalankan
dan menyebarkannya demi untuk kebahagiaan dan keberuntungan makhluk hidup, maka
beliau akan memperoleh usia yang panjang pada kehidupan yang sekarang dan akan
hidup melebihi 120 tahun.
Pada saat beliau meninggal, sewaktu rohnya keluar dari jasmaninya
dan menyentuh udara beliau tidak akan merasa sakit yang bagaikan disayat denga
pisau. Beliau tidak akan mengalami penderitaan apapun karena beliau telah
memiliki sifat Buddha, beliau akan memiliki tubuh yang abadi seperti seorang
Buddha yang selamanya tidak akan pernah rusak. Tubuh yang seperti ini
benar-benar bersih dan suci, dan pikirannya juga tidak tergoyahkan. Dimanapun
beliau berada akan terus dilindungi oleh para Bodhisattva.
Ada seorang
Bodhisattva yang bernama Avalokitesvara (KUAN SHE YIN PHU SA), dan seorang
Bodhisattva yang bernama Mahastamaprapta (TA SHE CHE PHU SA), Bodhisattva yang
mendengar suara dari alam dunia, mereka akan datang menjemput orang yang selalu
mengingat Buddha. Dengan gajah putih yang bergading 6 dan awan lima warna.
Mereka datang membawa bunga teratai untuk diduduki oleh umat yang yakin kepada
Buddha untuk lahir di alam Buddha, memperoleh kebahagiaan abadi dan tidak akan
pernah lagi mengalami delapan kesengsaraan dunia.”
“Manjushri, Engkau harus mengetahui bahwa manusia yang belum
mencapai penerangan (Bodhi) selalu mengejar angan-angan kosong, mereka tidak
memanfaatkan waktunya untuk berbuat baik dan mengumpulkan segala kebajikan
karena mereka tidak menyadari bahwa kehidupan ini sangat singkat yang bagaikan api
yang keluar dair batu yang digosok ataupun petir. Kehidupan manusia bagaikan
buih di atas permukaan air. Mereka tidak menyadari hal ini semuanya sehingga
mereka tidak takut atau tidak merasa cemas dalam mengarungi lautan kelahiran
dan kematian.
Karena umat manusia tidak menyadari bahaya dari perbuatan
mereka yang bagaikan alis mata yang terbakar, mereka dengan tamak mengumpulkan
kekayaan, dan memanjakan hawa nafsu cinta. Atau mereka minum arak yang mana
membahayakan nyawanya. Ada juga yang bersifat cemburu, angkuh dan sombong
sehingga tenggelam di lautan penderitaan dari kelahiran dan kematian tanpa
mempunyai kesempatan untuk mendapat kebebasan.
Penderitaan dari lautan kelahiran dan kematian ini hanyalah
para Buddha dan Bodhisattva yang mampu dengan selamat menyeberangkannya sampai
ke pantai seberang. Manusia biasa pasti akan tenggelam di dalamnya. Prajurit
alam bawah akan datang pada waktu yang tidak ditetapkan. Walaupun dengan emas,
perak, uang, perhiasan berharga yang jumlahnya tak terhitung banyaknya, memohon
kepada mereka untuk membebaskan diri dari kematian atau memperpanjang umurnya.
Hal itu sama sekali tidaklah mungkin dan akan sia-sia saja.”
“Semua manusia seharusnya mengetahui dan selalu mengingatnya
bahwa jasmani ini sama seperti 4 ular beracun, dan adanya ulat-ulat atau
bakteri yang memakan organ bagian dalam tubuhnya baik siang maupun malam.
Manusia harus merenungkan bahwa jasmani ini penuh dengan kejijikan, seperti bangkai
anjing yang tidak disukai orang. Dan beliau harus mengamati bahwa jasmani ini
tidak bersih. Ada 9 lobang pada jasmani yang selalu mengeluarkan kotoran yang
bau, seperti lendir dan keringat. Beliau harus mengamati bahwa jasmani ini juga
seperti sebuah kota yang dihuni para hantu yaksa.
Manusia juga harus merenungkan bahwa jasmani ini seperti
embun pagi yang tidak dapat bertahan lama. Jasmani ini akan dimakan oleh burung
pemakan bangkai dan anjing yang kelaparan. Jadi beliau harus sadar, sebelum
jasmani ini rusak dan busuk, beliau harus mencari jalan penerangan. Beliau harus
mengamati bahwa saat beliau masih hidup, siang dan malam beliau membanting
tulang, tetapi dengan tangan kosong beliau akan menghadapai kematian yang sakitnya tak tertahankan
bagaikan ribuan anak panah menembus ke ulu hatinya.”
“Sewaktu akar kehidupan seluruhnya telah berakhir, dalam
waktu 1-2 hari jasmaninya akan membengkak dan diliputi memar hijau, dan dalam
waktu 5 hari yang pertama, darah, nanah, dan cairan kotor akan mengalir keluar
dari tubuhnya. Bahkan orang tuanya sendiri dan suami atau isterinya yang
tercinta maupun anaknya yang paling dikasihi juga tidak ingin melihat tubuhnya
lagi.
Bahkan walaupun dikubur di dalam tanah, daging dan tulangnya
semua akan terpisah sendiri. Tulang dari tengkorak seperti tulang kering,
tulang belikat, tulang rusuk, tulang belakang dan lainnya akan terlepas juga.
Daging, usus, perut, hati, ginjal, paru-paru dan lainnya semuanya akan menjadi
tempat makan dari ulat-ulat, cacing-cacing dan bakteri-bakteri.”
“Jika beliau dapat merenungkan sutra ini, maka beliau akan
menyadari bahwa hidup ini memang benar-benar tidak kekal dan bersifat
sementara. Manusia lahir di dunia ini, sebenarnya semua emas, perak, mutiara,
manikam, uang dan benda berharga lainnya bukanlah merupakan urusannya yang
terpenting. Beliau harus menggunakan jasmaninya yang tidak kekal ini untuk
mengikuti jalan Bodhisattva yaitu berbuat kebajikan.
Jika ada umat manusia yang mencari jalan untuk membebaskan
diri dari semua penderitaan kelahiran dan kematian, maka beliau harus berkorban
untuk tidak terikat pada semua benda-benda materialistik yang ada di luar
badannya, bahkan beliau rela mengorbankan kepala, mata, otak dan darah untuk
menyalin atau mencetak sutra suci dan juga secara tulus bersedia menerima,
menjalankan, menjunjung tinggi, membaca dan menyebarkannya.”
“Sutra dari hukum sebab-musabab yang terdiri dari 12 mata
rantai lingkaran dari kelahiran dan kematian adalah harta karun Dharma yang
sangat berharga yang telah diwariskan oleh para Buddha. Jika seseorang dapat
mempersembahkan sutra ini kepada umat manusia serta menyebarkannya dan
mengingatnya dengan sepenuh hati isi dari Sutra ini, maka beliau akan mencapai
keseimbangan batin dan penerangan sempurna. Batinnya tidak mudah tergoyahkan, beliau
tidak akan meninggal dalam usia yang muda dan tidak akan mengalami penderitaan
atau meninggal dalam kecelakaan.”
Setelah Buddha Sakyamuni berkhotbah tentang ajaran para
Buddha mengenai hukum sebab-musabab yang terdiri dari 12 mata rantai lingkaran
dari kelahiran dan kematian, para bhikshu-bhikshuni, upasaka-upasika, para naga
langit, dewa-dewi, umat manusia dan makhluk yang bukan manusia lainnya, beserta
Raja Prasenajit dan rombongan keluarganya, dan makhluk lainnya yang banyaknya
bagaikan butiran pasir di sungai Gangga, semuanya mencapai kesadaran tertinggi.
Mereka telah memahami arti dari kehidupan yang sebenarnya dan memiliki
ketenangan batin.
Mereka memuji Buddha Sakyamuni dan mengatakan bahwa selama
ini mereka sama sekali belum pernah mendengar Dharma yang begitu luas dan
bermanfaat serta membahagiakan. Kumpulan tersebut memberi penghormatan dengan
sepenuh hati kepada Buddha Sakyamuni. Mereka semua berjanji akan menerima,
menjalankan dan menjunjung tinggi serta menyebarkan secara luas ajaran dari Sutra
Usia Panjang Pemusnahan Karma Buruk kepada semua makhluk hidup, dan dengan
penuh keyakinan dan kegembiraan mereka kembali ke tempat asal mereka
masing-masing.
Komentar
Posting Komentar