Suatu ketika, ada seorang pengikut awam Sang Buddha bernama
Visakha di Rajagaha. Setelah mendengar khotbah Sang Buddha berulang-ulang,
Visakha mencapai tingkat kesucian Anagami dan ia berkata kepada istrinya,
“Terimalah semua hartaku; sejak hari ini aku tidak akan campur tangan apapun
dalam urusan keluarga.”
Istrinya, Dhammadinna, menjawab, “Siapa yang akan menelan
air ludah yang telah engkau buang.” Kemudian ia minta izin darinya untuk masuk
dalam pasamuan dan menjadi seorang bhikkhuni. Setelah menjadi seorang bhikkhuni
ia pergi ke sebuah vihara di suatu desa kecil bersama para bhikkhuni lain untuk
melatih meditasi. Dalam waktu yang singkat, ia mencapai tingkat kesucian Arahat
dan kembali ke Rajagaha.
Visakha, setelah mendengar bahwa Dhammadinna telah kembali,
pergi menemuinya dan bertanya kepadanya beberapa pertanyaan. Ketika Visakha
bertanya kepadanya tentang tiga magga yang pertama; ia memberi jawaban
kepadanya. Tetapi ketika Visakha memberikan pertanyaan kepadanya tentang
‘Jalan’ (magga) dan ‘Hasil’ (phala) Arahat, ia berkata, “O pengikut awam!
Masalah ini di luar batas kemampuan pengertianmu; jika engkau ingin tahu,
engkau boleh pergi, dan bertanya kepada Sang Buddha.”
Ketika Visakha bertanya kepada Sang Buddha, Sang Buddha
berkata, “Dhammadinna telah menjawab pertanyaanmu. Jika engkau bertanya
kepada-Ku, Aku akan memberikan jawaban yang sama.” Setelah berkata demikian,
Sang Buddha menegaskan kenyataan bahwa Dhammadinna telah mencapai tingkat
kesucian Arahat.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 421 berikut:
Orang
yang tidak lagi terikat pada apa yang telah lampau, apa yang sekarang maupun
yang akan datang, yang tidak memegang ataupun melekat pada apapun juga, maka ia
Kusebut seorang ‘brahmana’.
Komentar
Posting Komentar