Upatissa dan Kolita adalah dua orang pemuda dari dusun
Upatissa dan dusun Kolita, dua dusun di dekat Rajagaha. Ketika melihat suatu
pertunjukan, mereka menyadari ketanpa-intian dari segala sesuatu. Lama mereka
berdua mendiskusikan hal itu, tetapi hasilnya tidak memuaskan. Akhirnya mereka
bersama-sama memutuskan untuk mencari jalan keluarnya.
Pertama-tama, mereka berguru kepada Sanjaya, pertapa
pengembara di Rajagaha. Tetapi mereka merasa tidak puas dengan apa yang ia
ajarkan. Kaarena itu, mereka pergi mengembara ke seluruh daerah Jambudipa untuk
mencari guru lain yang dapat memuaskan mereka.
Lelah melakukan pencarian, akhirnya mereka kembali ke daerah
asal mereka, karena tidak menemukan Dhamma yang sebenarnya. Pada saat itu
mereka berdua saling berjanji, akan terus mencari. Jika di antara mereka ada
yang lebih dahulu menemui kebenaran Dhamma harus memberitahu yang lainnya.
Suatu hari, Upatissa bertemu dengan Assaji thera dan belajar
darinya tentang hakekat Dhamma. Sang Thera mengucapkan syair awal, “Ye Dhamma
hetuppabhava”, yang berarti “Segala sesuatu yang terjadi berasal dari suatu
sebab.”
Mendengar syair tersebut mata batin Upatissa terbuka. Ia
langsung mencapai tingkat kesucian sotapatti Magga dan Phala.
Sesuai janji bersamanya, ia pergi menemui temannya Kolita,
menjelaskan padanya bahwa ia, Upatissa, telah mencapai tahap keadaan tanpa
kematian, dan mengulangi syair tersebut di hadapan temannya. Kolita juga
berhasil mencapai tingkat kesucian sotapatti pada saat akhir syair itu
diucapkan.
Mereka berdua teringat pada bekas guru mereka, Sanjaya, dan
berharap ia mau mengikuti jejak mereka. Setelah bertemu, mereka berdua berkata
kepadanya, “Kami telah menemukan seseorang yang dapat menunjukkan jalan dan
keadaan tanpa kematian; Sang Buddha telah muncul di dunia ini, Dhamma telah
muncul; Sangha telah muncul, mari kita pergi kepada Sang Guru.”
Mereka berharap bahwa bekas guru mereka akan pergi bersama
mereka menemui Sang Buddha, dan berkenan mendengarkan ajaran-Nya juga, sehingga
akan mencapai tingkat pencapaian Magga dan Phala. Tetapi Sanjaya menolak.
Oleh karena itu, Upatissa dan Kolita, dengan dua ratus lima
puluh pengikutnya pergi menghadap Sang Buddha di Veluvana.
Di sana mereka ditabhiskan dan bergabung dalam pasamuan para
bhikkhu. Upatissa sebagai anak laki-laki dari Rupasari menjadi lebih dikenal
sebagai Sariputta. Kolita sebagai anak laki-laki dari Moggalli lebih dikenal
sebagai Moggallana. Dalam tujuh hari setelah menjadi anggota Sangha, Moggallana
mencapai tingkat kesucian arahat.
Sariputta mencapai tingkat yang sama dua minggu setelah menjadi anggota
Sangha.
Kemudian, Sang Buddha menjadikan mereka berdua sebagai dua
murid utama-Nya (Agga-Savaka).
Kedua murid utama itu kemudian menceritakan kepada Sang
Buddha bagaimana mereka pergi ke festival Giragga, pertemuan dengan Assaji
Thera, dan pencapaian tingkat kesucian sotapatti. Mereka juga bercerita kepada
Sang Buddha tentang bekas guru mereka, Sanjaya, yang menolak ajakan mereka.
Sanjaya pernah berkata, “Telah menjadi Guru dari sekian
banyak murid, bagiku untuk menjadi murid-Nya adalah sulit, seperti kendi yang
berubah menjadi gelas minuman. Di samping itu, hanya sedikit orang yang
bijaksana dan sebagian besar adalah bodoh. Biarkan yang bijaksana pergi kepada
Sang Gotama yang bijaksana, sedangkan yang bodoh akan tetap datang kepadaku. Pergilah
sesuai kehendakmu, murid-muridku.”
Sang Buddha menjelaskan bahwa kesalahan Sanjaya adalah
keangkuhannya, yang menghalanginya untuk melihat kebenaran sebagai kebenaran;
ia telah melihat ketidak-benaran sebagai kebenaran dan tidak akan pernah
mencapai pada kebenaran yang sesungguhnya.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 11 dan 12 berikut:
Mereka yang menganggap
ketidak-benaran sebagai kebenaran, dan kebenaran sebagai ketidak-benaran, maka
mereka yang mempunyai pikiran keliru seperti itu, tak akan pernah dapat
menyelami kebenaran.
Mereka yang mengetahui
kebenaran sebagai kebenaran dan ketidak-benaran sebagai ketidak-benaran, maka
mereka yang mempunyai pikiran benar seperti itu, akan dapat menyelami
kebenaran.
Banyak bhikkhu berhasil mencapai tingkat kesucian sotapatti,
setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
Komentar
Posting Komentar