Murid utama Maha Moggallana melihat makhluk setan (Peta)
yang sangat besar ketika sedang menerima dana makanan bersama Lakkhana Thera.
Berkenaan dengan hal ini, Sang Buddha menjelaskan bahwa
makhluk itu bernama Satthikuta, pada salah satu kehidupannya yang lampau,
adalah seorang yang sangat berbakat melempar batu. Pada suatu hari, dia minta
izin dari gurunya untuk menguji ketrampilannya. Gurunya berkata agar tidak
melempar seekor sapi, atau manusia, yang akan menyebabkan dia harus membayar
kerugian kepada pemiliknya atau saudara-saudaranya. Tetapi disarankan untuk
mencari sasaran yang tidak ada pemiliknya atau tidak dijaga.
Ketika melihat seorang Paccekabuddha, orang bodoh itu,
berpikir bahwa Paccekabuddha, tidak mempunyai pemilik atau penjaga, adalah
sasaran yang tepat. Maka dia melempar sebuah batu kepada Paccekabuddha yang
sedang berpindapatta. Batu itu masuk ke dalam satu telinga Paccekabuddha dan
keluar pada telinga satunya. Paccekabuddha itu meninggal dunia begitu sampai di
vihara. Pelempar batu itu mati dibunuh oleh pengikut-pengikut Paccekabuddha,
dan ia dilahirkan kembali di neraka Avici.
Setelah itu, dia dilahirkan kembali sebagai makhluk setan
dan sejak itu dia mengalami akibat dari perbuatan buruk yang telah dilakukan,
sebagai makhluk setan dengan kepala yang sangat besar dan selalu dipukul dengan
palu yang membara.
Pada akhir penjelasan, Sang Buddha berkata, “Bagi orang bodoh,
ketrampilan atau pengetahuan tidak ada gunanya; hanya akan membahayakan dirinya
sendiri.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 72 berikut:
Orang bodoh mendapat
pengetahuan dan kemashuran yang menuju kepada kehancuran. Pengetahuan dan
kemashurannya itu akan menghancurkan semua perbuatan baiknya dan akan membelah
kepalanya sendiri.
Komentar
Posting Komentar