Revata adalah saudara laki-laki termuda dari murid utama
Sariputta. Ia satu-satunya saudara Sariputta yang tidak meninggalkan rumah
tangga untuk menempuh kehidupan tanpa rumah. Ayahnya sangat menginginkan agar
ia menikah. Revata baru berumur tujuh tahun ketika ayahnya mempersiapkan sebuah
pernikahan baginya dengan seorang gadis kecil.
Pada jamuan pernikahan, ia bertemu dengan wanita tua yang
berumur 120 tahun. Melihat wanita tua itu, Revata kecil merenung. Ia menyadari
bahwa segala sesuatu merupakan subyek dari ketuaan dan kelapukan, sehingga ia
berlari meninggalkan rumah dan pergi ke vihara. Di sana terdapat tiga puluh
bhikkhu. Sebelumnya, bhikkhu-bhikkhu itu telah memohon kepada Sariputta Thera
agar menjadikan saudara beliau menjadi seorang samanera, jika ia datang kepada
mereka.
Kemudian Revata menjadi seorang samanera dan Sariputta Thera
diberitahu hal itu oleh para bhikkhu.
Samanera Revata menerima sebuah obyek meditasi dari para
bhikkhu dan pergi ke hutan akasia, tiga puluh yojana jauhnya dari vihara. Pada
akhir masa vassa ia mencapai tingkat kesucian arahat.
Suatu ketika, Sariputta Thera memohon izin kepada Sang
Buddha untuk mengunjungi saudaranya, tetapi Sang Buddha menjawab bahwa Beliau
sendiri juga akan pergi ke sana. Jadi, Sang Buddha disertai Sariputta Thera,
Sivali Thera, dan lima ratus bhikkhu pergi mengunjungi Samanera Revata.
Perjalanan itu sangat jauh, jalannya buruk dan daerah
tersebut tidak ditinggali manusia; tetapi para dewa memenuhi setiap kebutuhan
Sang Buddha dan para bhikkhu selama di perjalanan. Setiap satu yojana, sebuah
vihara dan makanan disediakan, dan perjalanan mereka rata-rata satu yojana per
hari.
Revata mengetahui perihal kunjungan Sang Buddha, ia membuat
persiapan untuk menyambutnya. Dengan kekuatan batin luar biasanya ia
menciptakan vihara khusus untuk Sang Buddha dan lima ratus vihara untuk bhikkhu
lainnya, dan membuat mereka merasa nyaman ketika mereka tinggal di sana.
Pada perjalanan pulang, mereka berjalan dengan waktu yang
sama seperti sebelumnya, dan sampai di Vihara Pubbarama di sebelah timur kota
Savatthi pada akhir bulan. Dari sana mereka pergi ke rumah Visakha, yang
mempersembahkan makanan kepada mereka. Setelah makan, Visakha bertanya kepada
Sang Buddha apakah tempat Revata di hutan Akasia menyenangkan?
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 98 berikut:
Apakah di desa atau di
dalam hutan, di tempat yang rendah atau di atas bukit, di mana pun Para Suci
menetap, maka tempat itu sungguh menyenangkan.
Komentar
Posting Komentar