Ada seorang putri hartawan di Savatthi yang sangat cantik,
dengan wajah yang sangat lembut dan manis, seperti bunga teratai biru. Ia
diberi nama “Uppalavanna”, teratai biru. Kecantikannya tersohor sampai ke
mana-mana, dan banyak pemuda yang ingin melamarnya. Pangeran, orang kaya dan
yang lainnya. Tetapi ia memutuskan bahwa lebih baik dia menjadi seorang
bhikkhuni, murid wanita Sang Buddha yang hidup tidak berkeluarga.
Suatu hari setelah menyalakan sebuah lampu, dia memusatkan
pikirannya pada nyala lampu, dan bermeditasi dengan obyek api, beliau segera
mencapai pandangan terang Magga dan akhirnya mencapai tingkat kesucian arahat.
Beberapa waktu kemudian ia pindah ke ‘Hutan Gelap’
(Andhavana) dan hidup dalam kesunyian. Ketika Uppalavanna sedang keluar untuk
menerima dana makanan, Nanda, putra dari pamannya, datang mengunjungi vihara
tempat ia tinggal dan memukul-mukulkan dirinya ke bawah tempat duduk Uppalavanna.
Nanda telah jatuh cinta kepada Uppalavanna sebelum ia
menjadi seorang bhikkhuni; dan sangat ingin memilikinya dengan paksa. Ketika
Uppalavanna datang, ia melihat Nanda dan berkata, “Kamu bodoh! Jangan menyakiti
dirimu sendiri. Jangan menganiaya dirimu sendiri.” Tetapi Nanda tidak mau
berhenti. Setelah puas menyakiti dirinya, Nanda meninggalkan Uppalavanna.
Segera setelah ia melangkahkan kakinya ke tanah, tanah itu
langsung membelah dan ia masuk ke dalamnya, akibat dari perbuatannya mengganggu
orang suci.
Mendengar hal itu, Sang Buddha membabarkan syair 69 berikut
ini:
Selama buah dari suatu
perbuatan jahat belum masak, maka orang bodoh akan menganggapnya manis seperti
madu; tetapi apabila buah perbuatan itu telah masak, maka ia akan merasakan
pahitnya penderitaan.
Beberapa orang mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah
khotbah Dhamma itu berakhir.
Sang Buddha selanjutnya mengundang Raja Pasenadi dari Kosala
dan berkata kepada beliau tentang bahayanya seorang bhikkhuni tinggal di hutan
menghadapi orang-orang tidak bertanggung jawab yang dibutakan oleh nafsu seksualnya.
Sang Raja berjanji hanya akan membangun vihara-vihara untuk para bhikkhuni di
kota-kota atau dekat dengan kota.
Komentar
Posting Komentar