Suatu hari Anuruddha Thera mencari beberapa kain bekas di
dalam timbunan sampah untuk dibuat jubah, sebab jubah lamanya telah kotor dan
koyak. Jalini, istrinya pada kehidupan yang lampau, dan sekarang berada di alam
dewa melihatnya. Mengetahui bahwa Sang Thera sedang mencari beberapa kain
bekas, ia mengambil tiga lembar kain dari alam dewa dan menaruhnya ke dalam
timbunan sampah, serta membuatnya terlihat. Anuruddha Thera menemukan kain
tersebut dan membawanya ke vihara.
Ketika beliau sedang membuat jubah, Sang Buddha datang
beserta murid-murid utama dan beberapa murid senior Beliau. Mereka menolong
menjahit jubah.
Ketika itu, Jalini, dalam wujud gadis muda datang ke desa
dan memberitahukan kedatangan Sang Buddha beserta murid Beliau dan juga
bagaimana mereka menolong Anuruddha Thera. Ia menganjurkan penduduk desa untuk
mengirimkan makanan yang lezat ke vihara dan sebagai akibatnya terjadi
kelebihan makanan. Bhikkhu yang lain melihat terlalu banyak makanan tersisa,
mencela Anuruddha Thera.
“Anuruddha Thera seharusnya berkata kepada keluarga dan
murid-muridnya agar mengirim makanan secukupnya; mungkin ia ingin menunjukkan
bahwa ia mempunyai banyak pengikut.”
Kepada para bhikkhu itu, Sang Buddha berkata, “Bhikkhu,
janganlah berpikir anak-Ku telah berkata kepada keluarga dan murid-muridnya
untuk mengirimkan bubur nasi dan makanan lainnya; seorang arahat tidak
membicarakan perihal makanan dan pakaian. Jumlah makanan berlebihan yang
dikirimkan ke vihara pagi hari ini berasal dari kemauan makhluk alam lain dan
bukan dari manusia.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 93 berikut:
Ia yang telah
memusnahkan semua kekotoran batin, yang tidak lagi terikat pada makanan, yang
telah menyadari Kebebasan Mutlak, maka jejaknya tidak dapat dilacak, bagaikan
burung-burung di angkasa.
Komentar
Posting Komentar