Dua orang bhikkhu, setelah memperoleh suatu obyek meditasi
dari Sang Buddha, pergi ke vihara yang letaknya di dalam hutan.
Salah satu dari mereka lengah, dia menghabiskan waktunya
untuk menghangatkan tubuh dengan api dan berbicara pada waktu malam pertama,
dan ini menghabiskan waktunya.
Bhikkhu yang lain dengan rajin mengerjakan tugasnya sebagai
bhikkhu. Dia berjalan sambil bermeditasi selama waktu malam pertama,
beristirahat selama waktu malam kedua dan bermeditasi lagi pada waktu malam
terakhir sepanjang malam. Kemudian, karena rajin dan selalu waspada, bhikkhu
kedua ini mencapai tingkat kesucian arahat dalam waktu singkat.
Pada akhir masa vassa, keduanya pergi untuk menghormat Sang
Buddha, dan Beliau menanyakan bagaimana mereka menghabiskan waktu selama
bervassa.
Bhikkhu pemalas dan lengah menjawab bahwa bhikkhu yang lain
hanya menghabiskan waktunya dengan berbaring dan tidur. Sang Buddha kemudian
bertanya, “Bagaimana dengan kamu sendiri?” jawabannya bahwa dia selalu duduk
menghangatkan tubuh dengan api pada waktu malam pertama dan kemudian duduk
tanpa tidur.
Tetapi Sang Buddha mengetahui dengan baik bagaimana kedua
bhikkhu tersebut telah menghabiskan waktu, maka Beliau berkata kepada bhikkhu
yang malas, “Meskipun kamu malas dan lengah kamu mengatakan bahwa kamu rajin
dan selalu waspada; tetapi kamu telah mengatakan bahwa bhikkhu yang lain kelihatan
malas dan lengah meskipun dia rajin dan selalu waspada. Kamu seperti seekor
kuda yang lemah dan lamban dibandingkan dengan anak-Ku yang seperti kuda yang
kuat dan tangkas.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 29 berikut ini:
Waspada di antara yang
lengah, berjaga di antara yang tertidur; orang bijaksana akan maju terus,
bagaikan seekor kuda yang tangkas berlari meninggalkan kuda yang lemah di
belakangnya.
Komentar
Posting Komentar