Pada suatu dusun tidak jauh dari Vihara Veluvana, hidup
seorang penjagal babi yang sangat kejam dan keras hati, bernama Cunda. Ia
adalah penjagal babi yang sudah berusia lebih dari lima puluh tahun, selama
hidupnya dia belum pernah melakukan suatu perbuatan yang bermanfaat. Sebelum
dia meninggal, dia sakit parah dan mengalami penderitaan yang berat. Dia
mendengkur, berteriak-teriak, dan terus menggerakkan tangan dan lututnya untuk
merangkak seperti babi selama tujuh hari. Sebelum meninggal dunia, dia
mengalami penderitaan seperti kalau dia berada di neraka (niraya). Pada hari ke
tujuh, penjagal babi itu meninggal dunia, dan dilahirkan kembali di Neraka
Avici (Avici Niraya).
Beberapa bhikkhu yang dalam beberapa hari berturut-turut
mendengar teriakan-teriakan dan kegaduhan dari rumah Cunda berpikir, pastilah
Cunda sedang sibuk membunuhi lebih banyak babi. Mereka berpendapat bahwa Cunda
adalah seorang yang sangat kejam dan keji. Yang tidak mempunyai cinta kasih dan
belas kasihan sedikitpun.
Mendengar pergunjingan para bhikkhu tadi, Sang Buddha
berkata, “Para bhikkhu, Cunda tidak sedang membunuhi lebih banyak babi.
Perbuatan jahatnya yang lampau telah berbuah. Karena rasa sakit yang sangat
akibat penyakit yang dideritanya, ia melakukan hal-hal yang tidak normal.
Sekarang ia telah meninggal dan terlahir di alam neraka. Oleh karena itu,
seseorang yang melakukan perbuatan jahat akan selalu menderita akibat dari
perbuatan jahat yang dilakukannya; dia menderita dalam dunia ini sama seperti
pada alam berikutnya.
Hal itu diwejangkan oleh Sang Buddha dengan membabarkan
syair 15 berikut ini:
Di dunia ini ia
bersedih hati, di dunia sana ia bersedih hati; pelaku kejahatan akan bersedih
hati di kedua dunia itu. Ia bersedih hati dan meratap karena melihat
perbuatannya sendiri yang tidak bersih.
Komentar
Posting Komentar