Setelah mencapai Nirodhasamapatti (pencerapan batin
mendalam), Mahakassapa Thera memasuki suatu desa yang miskin di kota Rajagaha untuk
berpindapatta. Beliau bermaksud untuk memberikan kesempatan bagi orang-orang
miskin tersebut untuk memperoleh jasa baik sebagai hasil berdana kepada
seseorang yang baru saja mencapai Nirodhasamapatti.
Sakka, raja para dewa, yang berharap mendapat kesempatan
untuk berdana kepada Mahakassapa Thera, menyamar sebagai tukang tenun yang
sudah tua dan miskin dan datang ke Rajagaha dengan istrinya Sujata yang
menyamar sebagai wanita tua.
Mahakassapa Thera berdiri di depan pintu mereka. Tukang
tenun yang sudah tua itu mengambil mangkuk dari Mahakassapa Thera dan mengisi
mangkuk tersebut penuh dengan nasi dan kari, dan harumnya kari tersebut
menyebar ke seluruh kota. Kejadian ini menyadarkan Mahakassapa Thera bahwa
orang tersebut bukan manusia biasa. Dia menghampiri untuk meyakinkan bahwa orang
tersebut adalah Sakka.
Sakka mengakui siapa dia sebenarnya dan menyatakan bahwa dia
juga miskin sebab dia jarang mempunyai kesempatan untuk mendanakan sesuatu
kepada seseorang selama masa kehidupan para Buddha. Setelah mengatakan hal
tersebut, Sakka dan istrinya meninggalkan Mahakassapa Thera; setelah memberikan
penghormatan kepadanya.
Sang Buddha, dari vihara tempat Beliau tinggal, mengetahui
bahwa Sakka dan Sujata telah pergi dan mengatakan kepada para bhikkhu tentang
dana makanan dari Sakka kepada Mahakassapa Thera. Para bhikkhu kagum bagaimana
Sakka mengetahui bahwa Mahakassapa Thera baru mencapai Nirodhasamapatti, dan
merupakan waktu yang sangat tepat dan bermanfaat baginya untuk berdana kepada
Sang Thera. Pertanyaan ini diajukan kepada Sang Buddha, dan Sang Buddha
menjawab, “Para bhikkhu, kebajikan seseorang seperti putraku, Mahakassapa
Thera, menyebar luas dan jauh, bahkan mencapai alam dewa. Karena timbunan
perbuatan baiknya, Sakka sendiri telah datang untuk berdana makanan kepadanya.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 56 berikut:
Tidaklah
seberapa harumnya bunga tagara dan kayu cendana; tetapi harumnya mereka yang
memilki sila (kebajikan) menyebar sampai ke surga.
Komentar
Posting Komentar