Raja Suppabuddha adalah ayah dari Devadatta dan ayah mertua
dari Pangeran Siddattha, yang kemudian menjadi Buddha Gotama.
Raja Suppabuddha sangat membenci Sang Buddha karena dua
alasan. Pertama, karena Pangeran Siddhattha telah meninggalkan istrinya,
Yasodhara, putri Raja Suppabuddha, untuk melepaskan keduniawian.
Dan kedua, karena putranya, Devadatta, yang telah diterima
dalam pasamuan Sangha oleh Sang Buddha, menganggap Sang Buddha sebagai musuh
utamanya.
Suatu hari ia mengetahui bahwa Sang Buddha akan datang untuk
berpindapatta. Raja Suppaabuddha minum minuman yang memabukkan sehingga dirinya
mabuk dan menutup jalan. Ketika Sang Buddha dan para bhikkhu datang, Raja
Suppabuddha menolak untuk memberikan jalan masuk, dan mengirim pesan yang
berbunyi, “Saya tidak dapat memberikan jalan kepada Samana Gotama, yang jauh
lebih muda daripada saya.”
Melihat jalan masuk telah ditutup, Sang Buddha dan para
bhikkhu pulang kembali. Kemudian Raja Suppabuddha mengirim seseorang untuk
mengikuti Sang Buddha secara sembunyi-sembunyi, dan mencari keterangan apa yang
dikatakan oleh Sang Buddha serta melaporkan kepadanya.
Setelah Sang Buddha tiba, Beliau berkata kepada Ananda,
“Ananda, karena perbuatan jahat Raja Suppabuddha yang menyebabkan ia menolak
memberi jalan kepada Saya, tujuh hari mendatang sejak saat ini dia akan ditelan
bumi, di kaki tangga menuju puncak bangunan istananya.”
Mata-mata raja mendengar hal tersebut dan melaporkan kepada
raja. Raja berkata bahwa dia tidak akan pergi ke dekat tangga tersebut, dan
akan membuktikan kata-kata Sang Buddha adalah tidak benar.
Kemudian raja memerintahkan pelayannya untuk memindahkan
tangga tersebut, sehingga dia tidak akan menggunakannya. Dia juga menyuruh
pelayan yang bertugas memberitahu untuk memegangnya jika dia pergi ke arah kaki
tangga.
Ketika Sang Buddha memperoleh keterangan perihal perintah
raja kepada anak buahnya tersebut di atas, Beliau berkata, “Para bhikkhu!
Walaupun Raja Supapbuddha tinggal di puncak bangunan, atau di atas langit, atau
di dasar laut, atau di dalam goa, kata-kata saya tidak akan keliru. Raja
Suppabuddha akan ditelan bumi di tempat yang telah Saya katakan pada kalian.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 128 berikut:
Tidak di langit, di
tengah lautan, di celah-celah gunung atau dimanapun juga dapat ditemukan suatu
tempat bagi seseorang untuk dapat menyembunyikan diri dari kematian.
Pada hari ke tujuh, kira-kira pada waktu makan, kuda
kerajaan ketakutan dengan alasan yang tidak diketahui, dan mulai meringkik
dengan keras serta menendang-nendang dengan sangat marah. Mendengar suara
ringkikan dari kudanya, Raja merasa dia harus menangani kuda peliharaannya, dan
ia melupakan semua pencegahan terhadap bahaya. Dia mulai menuju pintu. Pintu
terbuka dengan sendirinya, tangga yang telah dipindahkan sebelumnya juga masih
di tempatnya semula, pelayan lupa mencegahnya untuk tidak turun. Kemudian Raja
menuruni tangga dan segera dia melangkah di atas bumi. Bumi terbuka dan
menelannya serta menyeretnya ke alam neraka Avici (Avici Niraya).
Komentar
Posting Komentar