Culakala adalah seorang upasaka yang sangat mentaati
peraturan uposatha pada hari-hari tertentu dan tinggal sepanjang malam di
Vihara Jetavana, untuk mendengarkan uraian Dhamma. Keesokan pagi harinya,
ketika ia mencuci muka di kolam dekat vihara, beberapa pencuri meninggalkan
seberkas barang curian di dekatnya. Pemilik barang melihat Culakala berada
dekat barang-barangnya yang dicuri. Mengira Culakala adalah pencurinya, ia
memukulnya dengan keras. Untunglah beberapa pelayan wanita yang datang untuk
mengambil air dan menyatakan bahwa mereka mengenalinya, bahwa ia bukanlah
pencuri. Kemudian Culakala dilepaskan.
Ketika Sang Buddha mendengar hal tersebut, Beliau berkata
kepada Culakala, “Kamu dilepaskan tidak hanya karena pelayan-pelayan wanita
berkata bahwa kamu bukanlah pencuri, tetapi juga karena kamu tidak mencuri dan
oleh sebab itu kamu tidak bersalah. Barang siapa yang berbuat jahat akan ke alam
neraka (niraya), tetapi barang siapa yang berbuat baik akan terlahir kembali di
alam sorga (dewa) atau merealisir kebebasan mutlak (nibbana).”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 165 berikut:
Oleh diri sendiri
kejahatan dilakukan, oleh diri sendiri pula seseorang menjadi suci. Suci atau
tidak suci tergantung pada diri sendiri. Tak seorangpun yang dapat mensucikan
orang lain.
Upasaka Culakala mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah
khotbah Dhamma itu berakhir.
Komentar
Posting Komentar