Kira-kira sepuluh bulan sebelum Sang Buddha merealisasi
kebebasan akhir (parinibbana), Beliau melaksanakan masa vassa di Veluva, sebuah
desa dekat Vesali. Ketika bertempat tinggal di sana, Beliau mengalami sakit
disentri. Ketika Dewa Sakka mengetahui Sang Buddha sakit, dia datang ke desa
Veluva untuk merawat Sang Buddha selama sakit.
Sang Buddha berkata kepadanya agar jangan mengkhawatirkan
perihal kesehatan Beliau karena terdapat banyak bhikkhu di dekat Beliau. Tetapi
Sakka tidak mendengarkan-Nya dan tetap merawat Sang Buddha hingga sembuh.
Para bhikkkhu terkesan dan kagum mengetahui Sakka sendiri
yang merawat Sang Buddha. Ketika Sang Buddha mendengar kata-kata para bhikkhu,
Beliau berkata, “Para bhikkhu! Tidaklah mengagetkan perihal cinta kasih dan
bakti Sakka kepada Saya. Pernah, ketika Sakka yang dulu bertambah tua dan akan meninggal
dunia, dia datang menjumpai Saya. Kemudian Saya menjelaskan Dhamma kepadanya.
Saat mendengarkan Dhamma dia mencapai tingkat kesucian sotapatti; kemudian dia
meninggal dunia dan lahir kembali sebagai Sakka yang sekarang. Semua yang
terjadi kepadanya adalah sederhana karena dia mendengarkan Dhamma yang telah
Saya jelaskan. Sesungguhnya para bhikkhu, adalah baik bertemu dengan orang suci
(ariya); adalah berbahagia dapat tinggal bersama mereka; tinggal bersama orang
bodoh sesungguhnya menderita.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 206, 207, dan 208
berikut ini:
Bertemu dengan para
Ariya adalah baik, tinggal bersama mereka merupakan suatu kebahagiaan, orang
akan selalu berbahagia bila tak menjumpai orang bodoh.
Seseorang yang sering
bergaul dengan orang bodoh pasti akan meratap lama sekali. Karena bergaul
dengan orang bodoh adalah penderitaan seperti tinggal bersama musuh. Tetapi,
siapa yang tinggal bersama orang bijaksana akan berbahagia, sama seperti sanak
keluarga yang kumpul bersama.
Karena itu, ikutilah
orang yang pandai, bijaksana, terpelajar, tekun, patuh dan mulia; hendaklah
engkau selalu dekat dengan orang yang bajik dan pandai seperti itu, bagaikan
bulan mengikuti peredaran bintang.
Komentar
Posting Komentar