Pada suatu saat Anuruddha Thera mengunjungi Kapilavatthu.
Saat Anuruddha berdiam di vihara, semua anggota keluarganya, kecuali Rohini,
datang mengunjunginya. Saat mengetahui bahwa ketidakhadiran Rohini disebabkan
ia menderita kusta, Anuruddha Thera menyuruh salah satu anggota keluarganya
untuk memanggilnya. Dengan menutupi kepalanya karena malu, Rohini pun datang.
Anuruddha Thera menyarankan agar ia melakukan perbuatan baik. Beliau
menganjurkan agar Rohini menjual beberapa pakaian dan perhiasannya, dan uang
hasil penjualan tersebut dapat dipergunakan untuk membangun sebuah kuti bagi
para bhikkhu. Rohini setuju dengan apa yang dinasehatkan kepadanya. Anuruddha
Thera juga meminta anggota keluarganya yang lain untuk membantu pembangunan
tersebut. Selanjutnya Anuruddha Thera meminta Rohini untuk menyapu lantai dan
mengisi tempat air setiap hari meskipun pembangunan kuti sedang berlangsung.
Rohini melakukan semua yang dianjurkan dan kesehatannya pun semakin membaik.
Saat bangunan kuti itu selesai dibangun, Sang Buddha dan
para bhikkhu diundang untuk menerima dana makanan. Setelah bersantap, Sang
Buddha bertanya siapa yang berdana kuti dan makanan tersebut. Namun saat itu
Rohini tidak hadir, maka Sang Buddha meminta agar Rohini dipanggil dan ia pun
datang.
Sang Buddha bertanya apakah Rohini tahu mengapa ia menderita
penyakit yang mengerikan itu. Rohini menjawab bahwa ia tidak mengetahuinya.
Kemudian Sang Buddha menjelaskan bahwa Rohini menderita penyakit kusta karena
perbuatan jahat yang pernah dilakukannya pada kehidupan yang lampau, perbuatan
yang diliputi rasa dengki dan marah.
Sang Buddha bercerita, bahwa dulu Rohini adalah permaisuri
Raja Banarasi. Raja Banarasi memiliki seorang penari yang ia kagumi dan hal ini
membuat permaisuri cemburu. Karenanya, permaisuri bermaksud menghukum penari
itu. Suatu hari permaisuri menyuruh para pelayannya untuk menaburkan serbuk
gatal yang terbuat dari kotoran sapi pada tempat tidur dan selimut milik penari
itu. Kemudian mereka memanggil penari tersebut dan dengan tiba-tiba mereka
menebarkan bubuk gatal itu ke tubuhnya. Rasa gatal menyerang seketika dan
penari itu menjadi sangat menderita. Saat rasa gatal itu semakin tak
tertahankan, ia berlari ke kamar dan menjatuhkan dirinya di ranjang. Ia pun
semakin menderita.
Akibat dari perbuatan jahat itu, Rohini menderita kusta pada
kehidupannya yang sekarang. Sang Buddha kemudian menasehati semua orang yang
hadir agar menghindari perbuatan bodoh karena marah, dan menghindari perbuatan
mencelakakan orang lain.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 221 berikut:
Hendaklah orang
menghentikan kemarahan dan kesombongan, hendaklah ia mengatasi semua belenggu.
Orang yang tidak lagi terikat pada batin dan jasmani, yang telah bebas dari
nafsu-nafsu, tak akan menderita lagi.
Pada saat khotbah Dhamma itu berakhir, banyak orang yang
hadir mencapai tingkat kesucian sotapatti. Demikian pula halnya dengan Putri
Rohini, ia juga mencapai tingkat kesucian sotapatti, dan seketika itu pula
penyakit kulit yang mengerikan itu lenyap dan kulitnya berubah menjadi bersih,
halus dan, menarik.
Komentar
Posting Komentar