Suatu ketika terjadi di Savatthi, satu-satunya putra dari
sebuah keluarga, pertama kali menjadi seorang bhikkhu, kemudian sang ayah mengikuti
menjadi bhikkhu, dan akhirnya sang ibu menjadi seorang bhikkhuni. Mereka sangat
dekat satu sama lainnya sehingga mereka jarang tinggal terpisah. Keluarga itu
tinggal di vihara seperti tinggal di rumah sendiri, berbicara dan makan
bersama, membuat bhikkhu-bhikkhu lain merasa terganggu. Bhikkhu lain melaporkan
kelakuan mereka kepada Sang Buddha, dan Sang Buddha memanggil mereka.
Sang Buddha berkata, “Sekali kamu telah bergabung dalam
pasamuan Sangha, kamu seharusnya tidak lagi tinggal bersama seperti sebuah
keluarga. Jangan melihat mereka yang kau cinta dan melihat mereka yang tidak
kau cinta, kedua hal itu merupakan penderitaan, maka kamu seharusnya tidak
tergantung kepada seseorang atau sesuatu yang kamu cintai.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 209, 210, dan 211
berikut ini:
Orang yang
memperjuangkan apa yang seharusnya dihindari, dan tidak memperjuangkan apa yang
seharusnya diperjuangkan; melepaskan apa yang baik dan melekat pada apa yang
tidak menyenangkan, akan merasa iri terhadap mereka yang tekun dalam latihan.
Janganlah melekat pada
apa yang dicintai atau yang tidak dicintai. Tidak bertemu dengan mereka yang
dicintai dan bertemu dengan mereka yang tidak dicintai, keduanya merupakan
penderitaan.
Oleh sebab itu
janganlah mencintai apapun, karena berpisah dengan apa yang dicintai adalah
menyedihkan. Tiada lagi ikatan bagi mereka yang telah bebas dari mencintai dan
tidak mencintai.
Komentar
Posting Komentar