Pada saat Sang Buddha pergi mengajarkan Dhamma, banyak orang
datang berduyun-duyun kepada-Nya. Pertapa keyakinan lain mengetahui bahwa para
pengikut mereka menjadi berkurang. Mereka menjadi sangat marah, sehingga mereka
membuat sebuah rencana yang akan merusak nama baik Sang Buddha. Mereka
memanggil Cincamanavika yang sangat cantik, murid kesayangan mereka, dan
berkata kepadanya, “Jika dalam hatimu terdapat keyakinan pada kami, tolonglah
kami. Buatlah Samana Gotama menjadi malu.” Cincamanavika menyetujui untuk
melaksanakan.
Pada malam itu, dia mengambil beberapa bunga dan pergi
berkunjung ke Vihara Jetavana. Ketika orang-orang bertanya padanya ke mana dia
akan pergi, dia menjawab, “Apa gunanya kalian tahu ke mana saya akan pergi?”
Dia lalu bermalam di tempat para pertapa lain yang berada
dekat Vihara Jetavana, dan dia akan kembali pagi-pagi sekali agar kelihatan
bahwa dia telah bermalam di vihara Jetavana. Ketika ditanya, dia akan menjawab,
“Saya menghabiskan malam hari dengan Samana Gotama di kamar yang harum di
Vihara Jetavana.”
Setelah lewat tiga atau empat bulan, dia membungkus perutnya
dengan kain agar dia kelihatan hamil. Setelah delapan atau Sembilan bulan, dia
membungkus perutnya dengan memasukkan papan kayu tipis ke dalamnya; ia juga
memukuli paha dan kakinya agar kelihatan bengkak, berpura-pura merasa lelah dan
lesu. Dengan demikian, ia menggambarkan seorang wanita hamil yang
sungguh-sungguh dalam kehamilan yang besar. Kemudian, pada malamnya, ia pergi
ke Vihara Jetavana untuk menghadap Sang Buddha.
Sang Buddha sedang menjelaskan Dhamma kepada sekumpulan
bhikkhu dan umat awam. Melihat Beliau mengajar di atas mimbar, ia menuduh Sang
Buddha demikian, “O…, kamu Samana besar! Kamu hanya berkhotbah kepada orang
lain. Saya sekarang hamil karena kamu, dan kamu tidak melakukan apa-apa untuk
persalinan saya. Kamu hanya tahu bagaimana menyenangkan diri-Mu sendiri!”
Sang Buddha menghentikan khotbahnya untuk sementara dan
berkata kepadanya, “Saudari, hanya kamu dan saya yang tahu apakah kamu berkata
yang sebenarnya atau tidak,” dan Cincamanavika menjawab, “Ya, kamu benar,
bagaimana orang lain tahu apa yang hanya kamu dan saya ketahui?”
Pada saat itu juga, Sakka, raja para dewa, mengetahui
masalah yang terjadi di Vihara Jetavana, sehingga ia mengirim empat orang
dewanya dalam bentuk tikus-tikus besar. Keempat ekor tikus tersebut pergi ke
bawah pakaian Cincamanavika dan menggigit putus benang yang mengikat erat papan
kayu di sekeliling perutnya. Pada saat benang tersebut putus, papan kayu
terjatuh, memotong bagian depan kakinya. Akhirnya, tipu muslihat Cincamanavika
terbongkar, dan banyak ornag yang berkerumun berteriak dengan marah, “Oh kamu
perempuan jahat! Seorang pembohong dan penipu! Beraninya kamu menuduh Guru
Agung kami!” Beberapa dari mereka meludahinya dan menggiringnya keluar. Ia lari
secepat yang ia bisa, dan ketika ia telah pergi agak jauh bumi terbelah dan
retak, ia tertelan masuk ke dalam bumi.
Pada hari berikutnya, ketika para bhikkhu sedang
membicarakan tentang Cincamanavika, Sang Buddha mendekati mereka dan berkata,
“Para bhikkhu, seseorang yang tidak takut untuk berkata bohong, dan seseorang
yang tidak peduli apa yang akan terjadi pada kehidupan yang akan datang, tidak
akan ragu-ragu untuk berbuat jahat.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 176 berikut:
Orang yang melanggar
salah satu Dhamma (sila keempat, yang selalu berkata bohong), yang tidak
mempedulikan dunia mendatang, maka tak ada kejahatan yang tidak dilakukannya.
Komentar
Posting Komentar