Suatu ketika, dalam perjalanan Beliau ke wilayah Anga dan
Uttara, Sang Buddha mengetahui dari penglihatan luar biasa Beliau bahwa telah
tiba saatnya bagi Mendaka, istrinya, putranya, menantunya, cucu perempuannya,
dan pelayannya untuk mencapai tingkat kesucian sotapatti. Mengingat kesempatan
enam orang tersebut untuk mencapai tingkat kesucian sotapatti, Sang Buddha
pergi ke kota Baddiya.
Mendaka adalah seorang pria yang teramat kaya raya. Menurut
kabar, ia telah menemukan sejumlah besar patung kambing dari emas dalam ukuran
yang sebenarnya di halaman belakang rumahnya. Karena alasan tersebut, ia
dikenal sebagai Mendaka (kambing) si orang kaya.
Menurut kabar pula, pada masa Buddha Vipassi, ia telah
berdana berupa sebuah vihara untuk Buddha Vipassi dan sebuah gedung pertemuan
lengkap dengan podium untuk berkhotbah. Selama pembangunan gedung tersebut, ia
memberikan persembahan dana makanan kepada Buddha Vipassi dan para bhikkhu
selama empat bulan.
Kemudian, pada masa lain dalam kehidupannya yang lampau,
ketika ia menjadi seorang kaya di Baranasi, terjadi bencana kelaparan di
seluruh daerah tersebut. Suatu hari, mereka memasak makanan yang hanya cukup
untuk anggota keluarga saja.
Saat itu lewatlah seorang Paccekabuddha yang sedang
berpindapatta. Ia mempersembahkan seluruh makanan tersebut. Tetapi karena
kesetiaan dan kemurahan hatinya yang luhur, tempat nasinya kemudian ditemukan
terisi lagi secara ajaib, demikian pula lumbungnya.
Mendaka dan keluarganya, mendengar bahwa Sang Buddha datang
ke Baddiya, pergi untuk memberi hormat kepada Beliau. Setelah mendengarkan
khotbah yang diberikan Sang Buddha, istrinya Candapaduma, anaknya Danancaya,
menantunya Sumanadevi, cucu perempuannya Visakha, dan pelayannya Punna mencapai
tingkat kesucian sotapatti.
Mendaka kemudian menceritakan kepada Sang Buddha bahwa dalam
perjalanannya tadi beberapa pertapa telah mengatakan hal-hal yang buruk tentang
Sang Buddha dan mencegahnya untuk datang mengunjungi Beliau.
Sang Buddha kemudian berkata, “Murid-Ku, sudah biasa bahwa
orang tidak melihat kesalahannya sendiri, dan membesar-besarkan kesalahan dan
keburukan orang lain.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 252 berikut:
Amat mudah melihat
kesalahan-kesalahan orang lain, tetapi sangat sulit untuk melihat
kesalahan-kesalahan sendiri. Seseorang dapat menunjukkan kesalahan-kesalahan
orang lain seperti menampi dedak, tetapi ia menyembunyikan
kesalahan-kesalahannya sendiri seperti penjudi licik menyembunyikan dadu yang
berangka buruk.
Komentar
Posting Komentar