Langsung ke konten utama

Dhammapada Bab XVIII (XVIII:10. Kisah Mendaka Si Orang Kaya)


Suatu ketika, dalam perjalanan Beliau ke wilayah Anga dan Uttara, Sang Buddha mengetahui dari penglihatan luar biasa Beliau bahwa telah tiba saatnya bagi Mendaka, istrinya, putranya, menantunya, cucu perempuannya, dan pelayannya untuk mencapai tingkat kesucian sotapatti. Mengingat kesempatan enam orang tersebut untuk mencapai tingkat kesucian sotapatti, Sang Buddha pergi ke kota Baddiya.
Mendaka adalah seorang pria yang teramat kaya raya. Menurut kabar, ia telah menemukan sejumlah besar patung kambing dari emas dalam ukuran yang sebenarnya di halaman belakang rumahnya. Karena alasan tersebut, ia dikenal sebagai Mendaka (kambing) si orang kaya.
Menurut kabar pula, pada masa Buddha Vipassi, ia telah berdana berupa sebuah vihara untuk Buddha Vipassi dan sebuah gedung pertemuan lengkap dengan podium untuk berkhotbah. Selama pembangunan gedung tersebut, ia memberikan persembahan dana makanan kepada Buddha Vipassi dan para bhikkhu selama empat bulan.
Kemudian, pada masa lain dalam kehidupannya yang lampau, ketika ia menjadi seorang kaya di Baranasi, terjadi bencana kelaparan di seluruh daerah tersebut. Suatu hari, mereka memasak makanan yang hanya cukup untuk anggota keluarga saja.
Saat itu lewatlah seorang Paccekabuddha yang sedang berpindapatta. Ia mempersembahkan seluruh makanan tersebut. Tetapi karena kesetiaan dan kemurahan hatinya yang luhur, tempat nasinya kemudian ditemukan terisi lagi secara ajaib, demikian pula lumbungnya.
Mendaka dan keluarganya, mendengar bahwa Sang Buddha datang ke Baddiya, pergi untuk memberi hormat kepada Beliau. Setelah mendengarkan khotbah yang diberikan Sang Buddha, istrinya Candapaduma, anaknya Danancaya, menantunya Sumanadevi, cucu perempuannya Visakha, dan pelayannya Punna mencapai tingkat kesucian sotapatti.
Mendaka kemudian menceritakan kepada Sang Buddha bahwa dalam perjalanannya tadi beberapa pertapa telah mengatakan hal-hal yang buruk tentang Sang Buddha dan mencegahnya untuk datang mengunjungi Beliau.
Sang Buddha kemudian berkata, “Murid-Ku, sudah biasa bahwa orang tidak melihat kesalahannya sendiri, dan membesar-besarkan kesalahan dan keburukan orang lain.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 252 berikut:
Amat mudah melihat kesalahan-kesalahan orang lain, tetapi sangat sulit untuk melihat kesalahan-kesalahan sendiri. Seseorang dapat menunjukkan kesalahan-kesalahan orang lain seperti menampi dedak, tetapi ia menyembunyikan kesalahan-kesalahannya sendiri seperti penjudi licik menyembunyikan dadu yang berangka buruk.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Amitayur Dhyana Sutra

Download dalam bentuk pdf Amitayur Dhyana Sutra Sutra Perenungan terhadap Buddha Amitayus Latar Belakang Pada suatu saat Sang Buddha berdiam di Vihara yang terletak di Gunung Grdhrakuta (puncak burung nasar), dekat Kota Rajagrha di Negeri Magadaha. Beliau bersama-sama dengan 1250 Bhiksu Agung dan 32000 Bodhisattva Mahasattva yang dipimpin oleh ketuanya yaitu Pangeran Dharma Manjusri. Pada saat itu, di Kota Rajagrha terdapat seorang pangeran bernama Ajatasatruyang telah dihasut oleh kawannya yang jahat, Devadatta dan juga kawan lainnya untuk mengurung ayahnya, Raja Bimbisara di dalam suatu gedung yang tertutup dengan 7 lapis tembok permanen, dan dijaga sangat ketat dan tidak mengijinkan para menteri dan orang lain datang menengok kepala Negara itu, bahkan ia melarang memberi makan kepada ayahnya yang malang itu. Peristiwa itu sangat menyedihkan   para keluarga Raja Bimbisara di dalam istana, terutama Ratu Vaidehi, ia sangat rindu kepada sang Raja! Pada suatu hari ia m

Sutra Ksitigarbha Bodhisattva Purva Pranidhana

Download dalam bentuk pdf Bab 1 – Istana Trayastrimsa Demikian yang kudengar: Pada suatu waktu, Sang Buddha berada di Surga Trayastrimsa untuk memberi khotbah Dharma kepada ibu-Nya. Sang Buddha ingin agar ibu-Nya dapat terbebas dari Triloka dan dilahirkan di alam Buddha. Beliau memasuki samadhi dan pada saat itu Vinnyana-Nya (kesadaran-Nya) menjadi Badan Dharmakaya pergi ke Surga Trayastrimsa. Sewaktu Sang Buddha akan memberi khotbah Dharma kepada ibu-Nya di istana surga Trayastrimsa, datanglah para Buddha beserta para Bodhisatva-Mahasattva dari 10 penjuru jagad yang jumlahnya sulit diperkirakan! Mereka berkumpul di pesamuhan agung di istana Surga Trayastrimsa dan dengan perasaan amat gembira serta dengan khidmat mereka menyanjung dan memuji jasa-jasa dan kebajikan dari Buddha Sakyamuni. Mereka juga mengagumi Buddha Sakyamuni yang bertekad berada di Jambudvipa (alam manusia) atau alam Sahaloka yang memiliki Panca-Kasayah (5 macam kekeruhan) tapi Beliau dapat menampilkan

Sutra Amitayus

Download dalam bentuk pdf Bab 1 (Pendahuluan) Demikianlah yang telah kudengar. Pada suatu saat, Sang Buddha berada di gunung Grdhrakuta, dekat kota Rajagaha bersama-sama dengan 12 ribu maha biksu yang telah memiliki 6 Kekuatan Batin (sad abhija), seperti Ajnatakaundinya, Asvajit, Vaspa, Mahanama, Bhadrajit, Yasodeva, Vimala, Subahu, Purna Maitrayaniputra, Uruvilva Kasyapa, Nadi Kasyapa, Gaya Kasyapa, Kumara Kasyapa, Maha Kasyapa, Sariputra, Maha Maudgalyayana, Malikarsthilya, Maha Kapphina, Maha Cunda, Aniruddha, Nandika, Kampila, Subhuti, Revata, Khadiravanika, Vakula, Svagata, Amogharaja, Parayanika, Patka, Cullapatka, Nanda, Rahula, Ananda, dan lainnya yang berstatus sesepuh (Sthavira). Hadir juga rombongan Bodhisattva Mahasattva yang telah menguasai ajaran Mahayana, antara lain Samanta Bharda Bodhisattva, Manjusri Bodhisattva, Maitreya Bodhisattva. Hadir juga Bodhisattva yang bergelar 16 Tokoh Suci (Sodasa Satpurura). Mereka adalah Bradhapala, Ratnakara, Susarthav