Pada hari pernikahan seorang wanita muda, orang tua
pengantin wanita mengundang Sang Buddha dan delapan puluh bhikkhu untuk
menerima dana makanan. Melihat si gadis di rumahnya membantu mempersembahkan
dana makanan, pengantin pria sangat gembira dan dia dapat sungguh-sungguh
memperhatikan kebutuhan Sang Buddha dan bhikkhu-bhikkhu lainnya. Sang Buddha
mengetahui dengan pasti perasaan pengantin laki-laki itu. Pada saat itu
pengantin laki-laki dan pengantin wanita sudah siap untuk mencapai tingkat
kesucian sotapatti.
Dengan kemampuan batin luar biasa-Nya, Sang Buddha membuat
pengantin wanita tidak tampak oleh pengantin laki-laki. Saat laki-laki muda itu
tidak lagi melihat pengantin wanita, dia dapat mencurahkan perhatiannya kepada
Sang Buddha, sehingga hormatnya kepada Sang Buddha bertambah kuat.
Kemudian Sang Buddha berkata pada laki-laki muda itu, “O
anak muda, tidak ada api yang menyamai nafsu, tidak ada kejahatan yang menyamai
marah dan benci, tidak ada penderitaan yang menyamai kemelekatan lima kelompok
kehidupan (khandha), tidak ada kebahagiaan yang menyamai ‘Kedamaian
Abadi’(nibbana).”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 202 berikut:
Tiada api yang
menyamai nafsu; tiada kejahatan yang menyamai kebencian; tiada penderitaan yang
menyamai kelompok kehidupan (khandha); dan tiada kebahagiaan yang lebih tinggi
dari ‘Kedamaian Abadi’(nibbana).
Pengantin laki-laki maupun pengantin wanita mencapai tingkat
kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
Komentar
Posting Komentar