Langsung ke konten utama

Dhammapada Bab X (X:5. Kisah Para Wanita Yang Melaksanakan Peraturan Moral)


Suatu ketika lima ratus wanita dari Savatthi berkunjung ke Vihara Pubbarama untuk melaksanakan tekad peraturan moral uposatha. Pendiri vihara itu adalah seoarng wanita terkenal, Visakha, bertanya kepada kelompok-kelompok wanita itu mengapa mereka datang untuk melaksanakan kewajiban hari uposatha.
Visakha memperoleh jawaban berbeda-beda dari kelompok-kelompok wanita yang berbeda jenjang usianya karena mereka datang ke vihara dengan alasan yang bermacam-macam.
Kelompok wanita yang jenjang usianya sudah tua melaksanakan kewajiban hari uposatha karena berharap memperoleh keuntungan/rejeki dan kebahagiaan surgawi lahir kembali sebagai dewa setelah meninggal dunia.
Kelompok wanita yang berjenjang usai setengah baya berharap tidak tinggal bersama dalam satu rumah dengan isteri lain dari sang suami tercinta.
Kelompok wanita yang baru menikah berharap mendapatkan anak pertama laki-laki, dan kelompok wanita yang belum menikah berharap bisa menikah dengan suami yang baik.
Mendapat jawaban seperti itu Visakha membawa para wanita tersebut menghadap Sang Buddha. Ketika Visakha memberitahukan kepada Sang Buddha tentang jawaban yang bermacam-macam dari kelompok-kelompok wanita itu, Sang Buddha berkata, “Visakha! Kelahiran, ketuaan, dan kematian selalu terjadi pada setiap makhluk hidup, karena setiap makhluk yang dilahirkan, ia akan menjadi subyek dari ketuaan, dan kelapukan, dan akhirnya kematian. Saat ini para wanita itu belum mengharapkan kebebasan dari lingkaran tumimbal lahir (samsara), mereka masih menyukai dan terikat dengan lingkaran tumimbal lahir (samsara).”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 135 berikut:
Bagaikan seorang penggembala menghalau sapi-sapinya dengan tongkat ke padang rumput, begitu juga umur tua dan kematian menghalau kehidupan setiap makhluk.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sutra Ksitigarbha Bodhisattva Purva Pranidhana

Download dalam bentuk pdf Bab 1 – Istana Trayastrimsa Demikian yang kudengar: Pada suatu waktu, Sang Buddha berada di Surga Trayastrimsa untuk memberi khotbah Dharma kepada ibu-Nya. Sang Buddha ingin agar ibu-Nya dapat terbebas dari Triloka dan dilahirkan di alam Buddha. Beliau memasuki samadhi dan pada saat itu Vinnyana-Nya (kesadaran-Nya) menjadi Badan Dharmakaya pergi ke Surga Trayastrimsa. Sewaktu Sang Buddha akan memberi khotbah Dharma kepada ibu-Nya di istana surga Trayastrimsa, datanglah para Buddha beserta para Bodhisatva-Mahasattva dari 10 penjuru jagad yang jumlahnya sulit diperkirakan! Mereka berkumpul di pesamuhan agung di istana Surga Trayastrimsa dan dengan perasaan amat gembira serta dengan khidmat mereka menyanjung dan memuji jasa-jasa dan kebajikan dari Buddha Sakyamuni. Mereka juga mengagumi Buddha Sakyamuni yang bertekad berada di Jambudvipa (alam manusia) atau alam Sahaloka yang memiliki Panca-Kasayah (5 macam kekeruhan) tapi Beliau dapat menampilkan

Amitayur Dhyana Sutra

Download dalam bentuk pdf Amitayur Dhyana Sutra Sutra Perenungan terhadap Buddha Amitayus Latar Belakang Pada suatu saat Sang Buddha berdiam di Vihara yang terletak di Gunung Grdhrakuta (puncak burung nasar), dekat Kota Rajagrha di Negeri Magadaha. Beliau bersama-sama dengan 1250 Bhiksu Agung dan 32000 Bodhisattva Mahasattva yang dipimpin oleh ketuanya yaitu Pangeran Dharma Manjusri. Pada saat itu, di Kota Rajagrha terdapat seorang pangeran bernama Ajatasatruyang telah dihasut oleh kawannya yang jahat, Devadatta dan juga kawan lainnya untuk mengurung ayahnya, Raja Bimbisara di dalam suatu gedung yang tertutup dengan 7 lapis tembok permanen, dan dijaga sangat ketat dan tidak mengijinkan para menteri dan orang lain datang menengok kepala Negara itu, bahkan ia melarang memberi makan kepada ayahnya yang malang itu. Peristiwa itu sangat menyedihkan   para keluarga Raja Bimbisara di dalam istana, terutama Ratu Vaidehi, ia sangat rindu kepada sang Raja! Pada suatu hari ia m

Sutra Amitayus

Download dalam bentuk pdf Bab 1 (Pendahuluan) Demikianlah yang telah kudengar. Pada suatu saat, Sang Buddha berada di gunung Grdhrakuta, dekat kota Rajagaha bersama-sama dengan 12 ribu maha biksu yang telah memiliki 6 Kekuatan Batin (sad abhija), seperti Ajnatakaundinya, Asvajit, Vaspa, Mahanama, Bhadrajit, Yasodeva, Vimala, Subahu, Purna Maitrayaniputra, Uruvilva Kasyapa, Nadi Kasyapa, Gaya Kasyapa, Kumara Kasyapa, Maha Kasyapa, Sariputra, Maha Maudgalyayana, Malikarsthilya, Maha Kapphina, Maha Cunda, Aniruddha, Nandika, Kampila, Subhuti, Revata, Khadiravanika, Vakula, Svagata, Amogharaja, Parayanika, Patka, Cullapatka, Nanda, Rahula, Ananda, dan lainnya yang berstatus sesepuh (Sthavira). Hadir juga rombongan Bodhisattva Mahasattva yang telah menguasai ajaran Mahayana, antara lain Samanta Bharda Bodhisattva, Manjusri Bodhisattva, Maitreya Bodhisattva. Hadir juga Bodhisattva yang bergelar 16 Tokoh Suci (Sodasa Satpurura). Mereka adalah Bradhapala, Ratnakara, Susarthav