Suatu saat seorang perumah tangga merasa sangat sedih atas
kematian putranya. Dia sering pergi ke makam dan menangis di sana. Suatu pagi,
Sang Buddha melihat perumah tangga kaya tersebut dalam penglihatan Beliau. Oleh
karena itu, Sang Buddha bersama seorang bhikkhu pergi menuju ke rumah perumah
tangga kaya tersebut.
Di sana, Sang Buddha bertanya kepada lelaki tersebut mengapa
dia merasa sangat tidak bahagia. Lelaki tersebut menjelaskan kepada Sang Buddha
tentang kematian putranya, dan tentang kesedihan serta duka cita
penderitaannya. Kepadanya Sang Buddha berkata, “Murid-Ku, kematian tidak hanya
terjadi di suatu tempat. Semua makhluk yang dilahirkan pasti akan mengalami
kematian pada suatu hari, sesungguhnya kehidupan berakhir dengan kematian. Kamu
harus menyadari kenyataan bahwa kehidupan berakhir dengan kematian. Janganlah
kau anggap hanya putra tersayangmu saja yang mengalami kematian. Jangan terlalu
sedih ataupun terlalu goncang. Duka cita dan ketakutan timbul dari kesayangan.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 212 berikut:
Dari yang disayangi
timbul kesedihan, dari yang disayangi timbul ketakutan; bagi orang yang telah
bebas dari yang disayangi, tiada lagi kesedihan maupun ketakutan.
Perumah tangga kaya mencapai tingkat kesucian sotapatti
setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
Komentar
Posting Komentar