Langsung ke konten utama

Dhammapada Bab XIII (XIII:5. Kisah Sammajjana Thera)


Sammajjana Thera mempergunakan sebagian besar waktunya untuk menyapu halaman vihara. Pada waktu itu, Revata Thera juga tinggal di vihara, tetapi tidak seperti Sammajjana, Revata Thera mempergunakan sebagian besar waktunya untuk bermeditasi atau pemusatan batin secara mendalam. Melihat kebiasaan Revata Thera, Sammajjana Thera berpikir bahwa thera-thera yang lain hanya bermalas-malasan saja menghabiskan waktunya.
Suatu hari Sammajjana pergi menemui Revata Thera dan berkata, “Kamu sangat malas, hidup dari pemberian makanan yang diberikan dengan penuh keyakinan dan kemurahan hati, tidakkah kamu berpikir kamu sewaktu-waktu harus membersihkan lantai, halaman, atau tempat-tempat lain?”
Revata Thera menjawab, “Teman, seorang bhikkhu tidak seharusnya menghabiskan seluruh waktunya untuk menyapu. Ia harus menyapu pagi-pagi sekali, kemudian pergi untuk menerima dana makanan. Setelah menyantap makanan, sambil merenungkan kondisi tubuhnya ia harus berusaha untuk menyadari kesunyataan tentang kumpulan-kumpulan kehidupan (khandha), atau lainnya, membaca buku-buku pelajaran sampai malam tiba. Kemudian ia dapat melakukan lagi pekerjaan menyapu jika ia menginginkannya.”
Sammajjana Thera dengan tekun mengikuti saran yang diberikan oleh Revata Thera dan tidak lama kemudian Sammajjana mencapai tingkat kesucian arahat.
Bhikkhu-bhikkhu lain mengetahui sampah yang tertimbun di halaman. Mereka bertanya kepada Sammajjana, mengapa ia tidak menyapu seperti biasanya. Sammajjana menjawab, “Ketika saya tidak sadar, saya setiap saat menyapu, tetapi sekarang saya tidak lagi tidak sadar.” Ketika para bhikkhu mendengar jawaban tersebut, mereka menjadi sangsi, sehingga mereka pergi menghadap Sang Buddha, dan berkata, “Bhante, Sammajjana Thera secara tidak benar mengatakan dirinya sendiri telah menjadi seorang arahat, ia mengatakan hal yang tidak benar.” Kepada mereka, Sang Buddha menjawab, “Sammajjana telah benar-benar mencapai tingkat kesucian arahat, ia mengatakan hal yang sebenarnya.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 172 berikut:
Barang siapa yang sebelumnya pernah malas, tetapi kemudian tidak malas, maka ia akan menerangi dunia ini bagaikan bulan yang terbebas dari awan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sutra Ksitigarbha Bodhisattva Purva Pranidhana

Download dalam bentuk pdf Bab 1 – Istana Trayastrimsa Demikian yang kudengar: Pada suatu waktu, Sang Buddha berada di Surga Trayastrimsa untuk memberi khotbah Dharma kepada ibu-Nya. Sang Buddha ingin agar ibu-Nya dapat terbebas dari Triloka dan dilahirkan di alam Buddha. Beliau memasuki samadhi dan pada saat itu Vinnyana-Nya (kesadaran-Nya) menjadi Badan Dharmakaya pergi ke Surga Trayastrimsa. Sewaktu Sang Buddha akan memberi khotbah Dharma kepada ibu-Nya di istana surga Trayastrimsa, datanglah para Buddha beserta para Bodhisatva-Mahasattva dari 10 penjuru jagad yang jumlahnya sulit diperkirakan! Mereka berkumpul di pesamuhan agung di istana Surga Trayastrimsa dan dengan perasaan amat gembira serta dengan khidmat mereka menyanjung dan memuji jasa-jasa dan kebajikan dari Buddha Sakyamuni. Mereka juga mengagumi Buddha Sakyamuni yang bertekad berada di Jambudvipa (alam manusia) atau alam Sahaloka yang memiliki Panca-Kasayah (5 macam kekeruhan) tapi Beliau dapat menampilkan

Amitayur Dhyana Sutra

Download dalam bentuk pdf Amitayur Dhyana Sutra Sutra Perenungan terhadap Buddha Amitayus Latar Belakang Pada suatu saat Sang Buddha berdiam di Vihara yang terletak di Gunung Grdhrakuta (puncak burung nasar), dekat Kota Rajagrha di Negeri Magadaha. Beliau bersama-sama dengan 1250 Bhiksu Agung dan 32000 Bodhisattva Mahasattva yang dipimpin oleh ketuanya yaitu Pangeran Dharma Manjusri. Pada saat itu, di Kota Rajagrha terdapat seorang pangeran bernama Ajatasatruyang telah dihasut oleh kawannya yang jahat, Devadatta dan juga kawan lainnya untuk mengurung ayahnya, Raja Bimbisara di dalam suatu gedung yang tertutup dengan 7 lapis tembok permanen, dan dijaga sangat ketat dan tidak mengijinkan para menteri dan orang lain datang menengok kepala Negara itu, bahkan ia melarang memberi makan kepada ayahnya yang malang itu. Peristiwa itu sangat menyedihkan   para keluarga Raja Bimbisara di dalam istana, terutama Ratu Vaidehi, ia sangat rindu kepada sang Raja! Pada suatu hari ia m

Sutra Amitayus

Download dalam bentuk pdf Bab 1 (Pendahuluan) Demikianlah yang telah kudengar. Pada suatu saat, Sang Buddha berada di gunung Grdhrakuta, dekat kota Rajagaha bersama-sama dengan 12 ribu maha biksu yang telah memiliki 6 Kekuatan Batin (sad abhija), seperti Ajnatakaundinya, Asvajit, Vaspa, Mahanama, Bhadrajit, Yasodeva, Vimala, Subahu, Purna Maitrayaniputra, Uruvilva Kasyapa, Nadi Kasyapa, Gaya Kasyapa, Kumara Kasyapa, Maha Kasyapa, Sariputra, Maha Maudgalyayana, Malikarsthilya, Maha Kapphina, Maha Cunda, Aniruddha, Nandika, Kampila, Subhuti, Revata, Khadiravanika, Vakula, Svagata, Amogharaja, Parayanika, Patka, Cullapatka, Nanda, Rahula, Ananda, dan lainnya yang berstatus sesepuh (Sthavira). Hadir juga rombongan Bodhisattva Mahasattva yang telah menguasai ajaran Mahayana, antara lain Samanta Bharda Bodhisattva, Manjusri Bodhisattva, Maitreya Bodhisattva. Hadir juga Bodhisattva yang bergelar 16 Tokoh Suci (Sodasa Satpurura). Mereka adalah Bradhapala, Ratnakara, Susarthav