Tissa, seorang bhikkhu muda, mempunyai kebiasaan yang sangat
buruk yaitu melecehkan kemurahan hati dan perbuatan baik orang lain. Ia bahkan
mencela dana yang diberikan oleh Anathapindika dan Visakha. Di samping itu, ia
membual bahwa teman-temannya sangatlah kaya bagaikan sumur, dimana setiap orang
bisa mendapatkan air.
Mendengar ia membual demikian, para bhikkhu yang lain tidak
percaya; maka mereka memutuskan untuk menemukan kebenarannya. Beberapa bhikkhu
muda pergi ke desa asal Tissa dan mencari keterangan tentang hal ini. Mereka
menemukan kenyataan bahwa semua teman-teman Tissa miskin, dan selama ini Tissa
hanya membual saja.
Ketika Sang Buddha mendengar hal ini, Beliau berkata, “Para
bhikkhu, seorang bhikkhu yang tidak senang orang lain menerima pemberian dan
persembahan, ia tidak akan pernah mencapai ‘Jalan dan Hasil Kesucian’ (Magga
dan Phala).”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 249 dan 250 berikut
ini:
Orang-orang memberi
sesuai dengan keyakinan dan menurut kesenangan hati mereka. Karena itu barang
siapa yang merasa iri atas makanan dan minuman orang lain, ia tidak akan
memperoleh kedamaian batin, baik siang ataupun malam.
Orang yang telah
memotong perasaan iri hati ini seluruhnya, mencabut akar-akarnya serta
menghancurkannya, akan memperoleh kedamaian batin, baik siang ataupun malam.
Komentar
Posting Komentar