Enam bhikkhu dengan mengenakan sandal kayu, serta
masing-masing memegang tongkat pada kedua tangannya, berjalan mondar mandir
pada sebuah batu yang besar, sehingga menimbulkan suara keras. Sang Buddha
mendengar suara ribut itu dan bertanya kepada Ananda Thera, apa yang terjadi.
Ananda Thera menjelaskan perihal perilaku enam bhikkhu tersebut. Kemudian Sang
Buddha melarang para bhikkhu untuk menggunakan sandal kayu. Selanjutnya Beliau
menganjurkan para bhikkhu agar mengendalikan diri mereka; baik dalam ucapan
maupun perbuatannya.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 231, 232, 233, dan
234 berikut ini:
Hendaklah orang selalu
menjaga rangsangan jasmani, hendaklah ia selalu mengendalikan jasmaninya.
Setelah menghentikan perbuatan-perbuatan jahat melalui jasmani, hendaklah ia
giat melakukan perbuatan-perbuatan baik melalui jasmani.
Hendaklah orang selalu
menjaga rangsangan ucapan, hendaklah ia mengendalikan ucapannya. Setelah
menghentikan perbuatan-perbuatan jahat melalui ucapan, hendaklah ia giat
melakukan perbuatan-perbuatan baik melalui ucapan.
Hendaklah orang selalu
menjaga rangsangan pikiran, hendaklah ia mengendalikan pikirannya. Setelah
menghentikan perbuatan-perbuatan jahat melalui pikiran, hendaklah ia giat
melakukan perbuatan-perbuatan baik melalui pikiran.
Para bijaksana terkendali perbuatan, ucapan, dan pikirannya.
Sesungguhnya mereka itu benar-benar telah dapat menguasai diri.
Komentar
Posting Komentar