Di Savatthi, banyak orang memberikan pujian setelah
mendengar khotbah-khotbah dari dua Murid Utama, Sariputta Thera dan Maha
Moggallana Thera.
Suatu ketika, Laludayi, setelah mendengar pujian mereka, ia
berkata kepada orang-orang tersebut bahwa mereka akan mengatakan hal yang sama
tentang dirinya setelah mendengar khotbah-khotbahnya. Mendengar hal itu,
Laludayi diminta untuk menyampaikan suatu khotbah. Ia naik ke panggung khotbah
tetapi ia tak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Maka ia meminta para
pendengar untuk mempersilakan bhikkhu yang lain terlebih dahulu dan ia akan
mengambil giliran berikutnya. Dengan cara yang sama, ia menunda sampai tiga
kali.
Para pendengar kehilangan kesabaran dan berteriak, “Engkau
orang bodoh! Ketika kami memuji kedua Murid Utama engkau membual bahwa engkau
bisa berkhotbah seperti mereka. Mengapa engkau tidak berkhotbah sekarang?”
Laludayi melarikan diri dan kerumunan orang tersebut
mengejarnya. Karena sangat takut dan tidak memperhatikan ke mana ia melangkah,
Laludayi terjatuh ke dalam sebuah lubang kotoran.
Ketika Sang Buddha mendengar kejadian tersebut, Beliau
berkata, “Laludayi sangat sedikit mempelajari Dhamma; dia tidak mengulang-ulang
pengetahuan Dhamma secara teratur; dia tidak mengingat apa pun. Apapun yang
telah sedikit ia pelajari menjadi berkarat karena tidak diulang.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 241 berikut:
Tidak membaca ulang
adalah noda bagi mantra, tidak berusaha adalah noda bagi kehidupan rumah
tangga. Kemalasan adalah noda bagi kecantikan, dan kelengahan adalah noda bagi
seorang penjaga.
Komentar
Posting Komentar