Pada saat jumlah orang-orang yang menghormat Sang Buddha
meningkat, pertapa-pertapa bukan Buddhis mendapatkan jumlah pengikut mereka
semakin berkurang. Oleh karena itu mereka menjadi sangat iri hati terhadap Sang
Buddha. Mereka juga takut bahwa keadaan akan semakin buruk jika mereka tidak
melakukan sesuatu untuk merusak nama baik Sang Buddha. Kemudian mereka
mengundang Sundari, dan berkata kepadanya, “Sundari, kamu adalah seorang wanita
muda yang cantik dan pintar. Kami menginginkan kamu membuat malu Samana Gotama
dengan mengatakan kepada banyak orang bahwa kamu telah berhubungan kelamin
dengannya. Dengan melakukan hal ini citra baiknya akan rusak, pengikutnya akan
berkurang sehingga banyak orang yang akan datang kepada kita. Buatlah penampilan
yang terbaik dan pandai-pandailah.”
Sundari mengerti apa yang diharapkan darinya. Kemudian pada
malam hari, dia pergi ke Vihara Jetavana. Ketika dia ditanya ke mana hendak
pergi, dia menjawab, “Saya pergi mengunjungi Samana Gotama, saya tinggal
bersamanya di kamar harum (Gandha Kuti) di Vihara Jetavana.” Setelah mengatakan
hal ini, dia pergi ke tempat pertapa-pertapa bukan Buddhis.
Pagi-pagi sekali keesokan harinya dia kembali ke rumahnya.
Jika orang-orang menanyakan dia dari mana, dia akan menjawab, “Saya baru dari
kamar harum (Gandha Kuti) setelah bermalam semalam dengan Samana Gotama.”
Wanita itu terus mengatakan hal ini selama dua hari. Pada akhir hari ke tiga,
pertapa-pertapa menyuruh beberapa pemabuk untuk membunuh Sundari dan meletakkan
jenazahnya di tumpukan sampah dekat Vihara Jetavana.
Hari berikutnya, para pertapa menyebarkan berita mengenai
hilangnya pertapa wanita pengembara (Paribbajika) Sundari. Mereka pergi
menghadap Raja untuk melaporkan kecurigaan mereka. Raja mengizinkan mereka
untuk menyelidiki di tempat yang mereka perkirakan. Ketika menemukan jenazah di
dekat Vihara Jetavana, mereka membawanya ke istana.
Kemudian mereka berkata kepada Raja, “O Raja,
pengikut-pengikut Gotama telah membunuh Paribbajika Sundari dan membuang
jenazahnya di tumpukan sampah dekat Vihara Jetavana, untuk menutupi kesalahan
guru mereka.”
Kepada mereka raja menjawab, “Dalam kasus ini kalian boleh
berkeliling kota dan mengumumkan bukti-bukti tersebut.”
Mereka lalu mengelilingi kota membawa jenazah Sundari dan
berteriak, “Lihat! Apa yang telah dilakukan oleh pengikut-pengikut Gotama!
Lihat bagaimana mereka mencoba menutupi kesalahan Gotama!” Arak-arakan tersebut
kemudian kembali ke istana. Para bhikkhu yang tinggal di Vihara Jetavana
mengatakan kepada Sang Buddha apa yang telah dilakukan oleh pertapa-pertapa
untuk merusak nama baik dan merusak citra Sang Buddha. Tetapi Sang Buddha hanya
berkata, “Anak-anak-Ku, kalian harus memberitahukan mereka mengenai hal ini,”
kemudian Beliau membabarkan syair 306 berikut ini:
Orang yang selalu
bicara tidak benar, dan juga orang yang setelah berbuat kemudian berkata, “Aku
tidak melakukannya,” akan masuk ke neraka. Dua macam orang yang mempunyai
kelakuan rendah ini, mempunyai nasib yang sama dalam dunia selanjutnya.
Sementara itu, raja memerintahkan anak buahnya untuk
menyelidiki lebih lanjut pembunuhan Sundari. Dari penyelidikan itu mereka
menemukan bahwa Sundari meninggal dunia di tangan pemabuk-pemabuk. Kemudian
para pemabuk dibawa menghadap raja. Ketika ditanya, para pemabuk mengakui bahwa
mereka disuruh oleh pertapa-pertapa untuk membunuh Sundari dan meletakkan
jenazahnya di dekat Vihara Jetavana. Raja memanggil pertapa-pertapa bukan
Buddhis dan akhirnya pertapa-pertapa itu mengakui rencana mereka dalam
pembunuhan Sundari.
Raja memerintahkan mereka untuk pergi berkeliling kota,
mengakui kesalahan mereka pada umum. Mereka berkeliling kota dan berkata, “Kami
adalah orang-orang yang membunuh Sundari, kami telah bersalah menuduh pengikut
Gotama hanya untuk memalukan Gotama. Pengikut-pengikut Gotama tidak bersalah,
kamilah yang bersalah atas kejahatan ini.”
Sebagai kesimpulan dari peristiwa ini, kekuatan, keagungan,
dan keberuntungan Sang Buddha sangatlah tinggi.
Komentar
Posting Komentar