Ada seorang pemuda tampan, anak dari seorang pandai emas,
ditahbiskan menjadi bhikkhu oleh Sariputta Thera. Sariputta Thera memberikan
sebuah perwujudan mayat yang menjijikkan sebagai obyek meditasi itu ia pergi ke
sebuah hutan dan berlatih meditasi di sana; namun dia hanya mencapai sedikit
kemajuan. Akhirnya ia kembali untuk kedua kalinya kepada Sariputta Thera untuk
memohon petunjuk lebih lanjut. Meskipun demikian, ia masih saja belum mencapai
kemajuan. Kemudian Sariputta Thera membawa bhikkhu muda itu menghadap Sang
Buddha dan menceritakan semuanya tentang bhikkhu muda itu.
Sang Buddha mengetahui bahwa bhikkhu muda itu adalah anak
dari seorang pandai emas, dan juga ia pernah terlahir di keluarga pandai emas
selama 500 kali kehidupannya yang lampau. Kemudian Sang Buddha mengganti obyek
meditasinya dari mayat yang menjijikkan menjadi obyek kesenangan. Dengan
kekuatan batin Beliau, Sang Buddha menciptakan sekuntum bunga teratai yang
sangat indah sebesar roda kereta dan meminta bhikkhu muda itu untuk
menancapkannya pada gundukan tanah di luar vihara.
Bhikkhu muda tersebut memusatkan diri pada bunga teratai
yang besar, indah dan harum, akhirnya ia pun dapat menyingkirkan segala
rintangan. Ia dipenuhi dengan kepuasan yang menggembirakan (piti), dan
selangkah demi selangkah ia mengalami perkembangan hingga mencapai pencerapan
batin (jhana) ke empat.
Sang Buddha melihatnya dari kuti harum Beliau dan dengan
kekuatan batin Beliau membuat bunga itu layu seketika. Melihat bunga itu layu
dan berubah warna, bhikkhu tersebut memahami ketidakkekalan alamiah bunga
tersebut juga segala sesuatu termasuk semua makhluk. Hal tersebut menyebabkan
timbulnya kesadaran terhadap ketidakkekalan, ketidakpuasan, dan tanpa inti dari
semua hal yang berkondisi. Sesaat kemudian, Sang Buddha memancarkan sinar dan
menampakkan diri di hadapan bhikkhu tersebut dan memberikan petunjuk agar
segera memusnahkan nafsu keinginan (tanha).
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 285 berikut:
Patahkanlah rasa cinta
terhadap diri sendiri, seperti memetik bunga teratai putih di musim gugur.
Kembangkanlah jalan kedamaian Nibbana yang telah diajarkan oleh Sang Sugata
(Beliau yang telah berlalu dengan baik, Buddha).
Bhikkhu muda mencapai tingkat kesucian Arahat
setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
Komentar
Posting Komentar