Suatu ketika, seorang pertapa brahmana berpikir sendiri
bahwa Sang Buddha menyebut pengikutnya ‘brahmana’ dan bahwa dirinya adalah
brahmana karena kelahirannya, seharusnya juga disebut seorang ‘brahmana’.
Karena berpikir demikian, ia pergi menemui Sang Buddha dan mengemukakan
pandangannya. Tetapi Sang Buddha menolak pandangannya, dan berkata, “O
brahmana, Aku tidak menyebut seseorang brahmana karena ia membiarkan rambutnya
terjalin atau hanya karena kelahirannya. Aku menyebut seseorang brahmana; hanya
jika ia secara penuh memahami ‘Empat Kebenaran Mulia’.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 393 berikut:
Bukan karena rambut
dijalin, keturunan, ataupun kelahiran, seseorang menjadi brahmana. Tetapi orang
yang memiliki kejujuran dan kebajikan yang pantas menjadi seorang ‘brahmana’,
orang yang suci.
Komentar
Posting Komentar