Langsung ke konten utama

Dhammapada Bab XXVI (XXVI:23. Kisah Empat Samanera)


Suatu ketika, istri dari seorang brahmana menyuruh suaminya pergi ke Vihara Jetavana untuk mengundang empat orang bhikkhu guna menerima dana makanan di rumah mereka. Ia memberitahu suaminya untuk khusus meminta para bhikkhu senior yang juga benar-benar brahmana asli. Tetapi empat samanera Arahat berusia tujuh tahun, Samkicca, Pandita, Sopaka, dan Revata yang diutus ikut bersamanya.
Ketika istrinya melihat para samanera muda tersebut, ia menjadi tidak puas dan menyalahkan sang brahmana karena membawa samanera muda yang bahkan lebih muda dari pada cucu laki-lakinya.
Ia marah kepada suaminya, dan ia menyuruh suaminya kembali ke vihara untuk mengajak bhikkhu yang lebih tua. Dalam hal itu ia tidak memberikan tempat duduk lebih tinggi yang telah dipersiapkan bagi para bhikkhu. Mereka diberikan tempat duduk yang lebih rendah dan ia tidak memberi dana makanan kepada para samanera muda itu.
Ketika sang brahmana tiba di vihara, ia menemui Y.A.Sariputta dan mengundangnya datang ke rumahnya. Ketika Y.A.Sariputta tiba di rumah sang brahmana, ia melihat empat samanera arahat yang masih muda dan bertanya kepada mereka apakah mereka telah menerima dana makanan atau belum. Karena mengetahui bahwa para samanera arahat belum diberi dana makanan dan juga bahwa makanan telah disediakan hanya untuk empat orang, Y.A.Sariputta pulang kembali ke vihara tanpa menerima dana makanan dari rumah sang brahmana tadi.
Melihat hal itu, sang istri menyuruh sang suami kembali ke vihara untuk mengajak bhikkhu senior yang lain. Kali ini, Y.A.Maha Moggallana datang bersama sang brahmana, tetapi ia juga pulang kembali ke vihara tanpa menerima dana makanan ketika beliau mengetahui bahwa para samanera muda tidak diberi dana makanan, dan juga bahwa makanan telah disediakan hanya untuk empat orang.
Pada saat itu, para samanera sedang merasa lapar. Sakka, Raja Dewa, melihat hal ini, merubah dirinya menjadi seorang brahmana tua dan datang ke rumah tersebut. Sang brahmana dan istrinya memberi hormat kepada brahmana tua itu dan memberinya sebuah tempat duduk kehormatan, tetapi Sakka hanya duduk di tanah/lantai dan memberi hormat kepada empat samanera tersebut. Kemudian ia menyatakan dirinya bahwa ia adalah Sakka.
Melihat bahwa Sakka sendiri memberi hormat kepada para samanera muda itu, sepasang brahmana tersebut memberikan dana makanan kepada mereka berlima. Setelah selesai makan, Sakka dan para samanera menunjukkan kemampuan batin luar biasa mereka dengan terbang ke angkasa menerobos atap rumah. Sakka kembali ke tempat kediamannya di alam dewa, para samanera kembali ke vihara.
Ketika para bhikkhu yang lain bertanya kepada para samanera apakah mereka tidak marah ketika sepasang brahmana tersebut menolak untuk memberikan dana makanan kepada mereka, mereka menjawab, tidak. Para bhikkhu karena tidak percaya kepada mereka, lalu memberitahu kepada Sang Buddha bahwa keempat samanera telah dengan cara seperti itu menegaskan dirinya sebagai Arahat.
Kepada mereka Sang Buddha berkata, “Para bhikkhu, para Arahat tidak lagi memiliki kebencian kepada mereka yang memusuhi mereka.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 406 berikut:
Orang yang tidak membenci di antara mereka yang membenci; damai di antara mereka yang kejam; dan tidak melekat di antara yang melekat, maka ia Kusebut seorang ‘brahmana’.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sutra Ksitigarbha Bodhisattva Purva Pranidhana

Download dalam bentuk pdf Bab 1 – Istana Trayastrimsa Demikian yang kudengar: Pada suatu waktu, Sang Buddha berada di Surga Trayastrimsa untuk memberi khotbah Dharma kepada ibu-Nya. Sang Buddha ingin agar ibu-Nya dapat terbebas dari Triloka dan dilahirkan di alam Buddha. Beliau memasuki samadhi dan pada saat itu Vinnyana-Nya (kesadaran-Nya) menjadi Badan Dharmakaya pergi ke Surga Trayastrimsa. Sewaktu Sang Buddha akan memberi khotbah Dharma kepada ibu-Nya di istana surga Trayastrimsa, datanglah para Buddha beserta para Bodhisatva-Mahasattva dari 10 penjuru jagad yang jumlahnya sulit diperkirakan! Mereka berkumpul di pesamuhan agung di istana Surga Trayastrimsa dan dengan perasaan amat gembira serta dengan khidmat mereka menyanjung dan memuji jasa-jasa dan kebajikan dari Buddha Sakyamuni. Mereka juga mengagumi Buddha Sakyamuni yang bertekad berada di Jambudvipa (alam manusia) atau alam Sahaloka yang memiliki Panca-Kasayah (5 macam kekeruhan) tapi Beliau dapat menampilkan

Amitayur Dhyana Sutra

Download dalam bentuk pdf Amitayur Dhyana Sutra Sutra Perenungan terhadap Buddha Amitayus Latar Belakang Pada suatu saat Sang Buddha berdiam di Vihara yang terletak di Gunung Grdhrakuta (puncak burung nasar), dekat Kota Rajagrha di Negeri Magadaha. Beliau bersama-sama dengan 1250 Bhiksu Agung dan 32000 Bodhisattva Mahasattva yang dipimpin oleh ketuanya yaitu Pangeran Dharma Manjusri. Pada saat itu, di Kota Rajagrha terdapat seorang pangeran bernama Ajatasatruyang telah dihasut oleh kawannya yang jahat, Devadatta dan juga kawan lainnya untuk mengurung ayahnya, Raja Bimbisara di dalam suatu gedung yang tertutup dengan 7 lapis tembok permanen, dan dijaga sangat ketat dan tidak mengijinkan para menteri dan orang lain datang menengok kepala Negara itu, bahkan ia melarang memberi makan kepada ayahnya yang malang itu. Peristiwa itu sangat menyedihkan   para keluarga Raja Bimbisara di dalam istana, terutama Ratu Vaidehi, ia sangat rindu kepada sang Raja! Pada suatu hari ia m

Sutra Amitayus

Download dalam bentuk pdf Bab 1 (Pendahuluan) Demikianlah yang telah kudengar. Pada suatu saat, Sang Buddha berada di gunung Grdhrakuta, dekat kota Rajagaha bersama-sama dengan 12 ribu maha biksu yang telah memiliki 6 Kekuatan Batin (sad abhija), seperti Ajnatakaundinya, Asvajit, Vaspa, Mahanama, Bhadrajit, Yasodeva, Vimala, Subahu, Purna Maitrayaniputra, Uruvilva Kasyapa, Nadi Kasyapa, Gaya Kasyapa, Kumara Kasyapa, Maha Kasyapa, Sariputra, Maha Maudgalyayana, Malikarsthilya, Maha Kapphina, Maha Cunda, Aniruddha, Nandika, Kampila, Subhuti, Revata, Khadiravanika, Vakula, Svagata, Amogharaja, Parayanika, Patka, Cullapatka, Nanda, Rahula, Ananda, dan lainnya yang berstatus sesepuh (Sthavira). Hadir juga rombongan Bodhisattva Mahasattva yang telah menguasai ajaran Mahayana, antara lain Samanta Bharda Bodhisattva, Manjusri Bodhisattva, Maitreya Bodhisattva. Hadir juga Bodhisattva yang bergelar 16 Tokoh Suci (Sodasa Satpurura). Mereka adalah Bradhapala, Ratnakara, Susarthav