Y.A.Sariputta sering dipuji oleh banyak orang karena
kesabaran dan pengendalian dirinya. Murid-muridnya biasa membicarakannya
demikian: “Guru kita adalah orang yang memiliki kesabaran yang tinggi dan
pengendalian diri yang luar biasa. Jika beliau diperlakukan kasar atau bahkan
dipukul oleh orang lain, beliau tidak menjadi marah tetapi tetap tenang dan
sabar.”
Karena pembicaraan mengenai Y.A.Sariputta ini sering
terjadi, seorang brahmana yang mempunyai pandangan salah mengumumkan kepada
para pengagum Sariputta bahwa ia akan memancing kemarahan Y.A.Sariputta.
Pada saat Y.A.Sariputta sedang berpindapatta, muncullah brahmana
tersebut menghampiri beliau dari belakang dan memukul punggung beliau dengan
keras menggunakan tangan. Sang thera tidak berbalik untuk melihat siapa yang
telah menyerangnya, tetapi meneruskan perjalanannya seolah-olah tidak ada
apapun yang terjadi. Melihat keluhuran dan ketabahan dari sang thera yang mulia
tersebut, brahmana itu menjadi sangat terkejut. Ia berlutut di kaki
Y.A.Sariputta, mengakui bahwa ia telah bersalah memukul sang thera, dan meminta
maaf. Brahmana itu kemudian melanjutkan, “Yang Ariya, hendaknya engkau
memaafkanku, dengan senang hati datanglah ke rumahku untuk menerima dana
makanan.”
Sore harinya para bhikkhu lain memberitahu Sang Buddha bahwa
Y.A.Sariputta telah pergi untuk menerima dana makanan ke rumah seorang brahmana
yang telah memukulnya. Lebih lanjut, mereka menduga bahwa brahmana tersebut
makin berani dan akan melakukan hal yang sama terhadap para bhikkhu yang lain.
Kepada para bhikkhu tersebut, Sang Buddha menjawab, “Para
bhikkhu, seorang brahmana sejati tidak akan memukul brahmana sejati lainnya;
hanya orang biasa maupun brahmana biasa yang akan memukul seorang Arahat dengan
kemarahan dan itikad jahat. Itikad jahat ini akan dilenyapkan oleh seseorang
yang telah mencapai tingkat kesucian Anagami.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 389 dan 390 berikut
ini:
Janganlah seseorang
memukul brahmana, juga janganlah brahmana yang dipukul itu menjadi marah
kepadanya. Sungguh memalukan perbuatan orang yang memukul brahmana, tetapi
lebih memalukan lagi adalah brahmana yang menjadi marah kepada orang yang telah
memukulnya.
Tak ada yang lebih
baik bagi seorang ‘brahmana’ selain menarik pikirannya dari hal-hal yang
menyenangkan. Lebih cepat ia dapat menyingkirkan itikad jahatnya, maka lebih
cepat pula penderitaannya akan berakhir.
Komentar
Posting Komentar