Saat itu adalah hari purnama Sidhi di bulan ke tujuh
(Assayuja), ketika Raja Pasenadi dari kerajaan Kosala datang menemui Sang
Buddha. Raja tampak gemerlapan dengan tanda-tanda kebesaran kerajaan yang
megah. Pada waktu itu, Kaludayi Thera juga sedang berada pada ruangan yang sama
dan duduk pada ujung kerumunan. Beliau sedang dalam keadaan pencerapan
kesadaran yang dalam (jhana). Tubuhnya bersinar terang, dan berwarna keemasan.
Dari langit, Y.A. Ananda memperhatikan bahwa matahari sedang tenggelam dan
bulan baru saja muncul, baik matahari maupun bulan memancarkan cahayanya.
Y.A.Ananda memandang gemerlapnya cahaya dari raja, sang
thera, dan cahaya matahari dan bulan. Akhirnya Y.A.Ananda melihat Sang Buddha,
dan tiba-tiba merasa bahwa cahaya yang bersinar dari Sang Buddha jauh melampaui
cahaya yang lainnya. Karena melihat Sang Buddha bersinar dalam kedamaian dan
kemegahan Beliau, Y.A.Ananda segera menghampiri Sang Buddha, dan menyambut
dengan sorak sorai, “O, Bhante! Cahaya dari tubuh-Mu yang mulia jauh melampaui
cahaya dari raja, cahaya dari sang thera, cahaya dari matahari dan cahaya dari
bulan.”
Kepada Ananda, Sang Buddha membabarkan syair 387 berikut:
Matahari bersinar di
waktu siang. Bulan bercahaya di waktu malam. Ksatria gemerlapan dengan seragam
perangnya. Brahmana bersinar terang dalam Samadhi. Tetapi, Sang Buddha (Ia yang
telah mencapai Penerangan Sempurna) bersinar dengan penuh kemuliaan sepanjang
siang dan malam.
Komentar
Posting Komentar