(Kisah ini merupakan kelanjutan kisah Bab
XXIV:6)
Setelah menikah dengan seorang penari dari suatu rombongan
sirkus, Uggasena dilatih oleh ayah mertuanya yang merupakan seorang pemain
akrobat, sehingga ia menjadi sangat ahli di bidang akrobatik. Suatu hari ketika
ia sedang mendemonstrasikan keahliannya, Sang Buddha datang ke tempat itu.
Setelah mendengarkan khotbah Sang Buddha, Uggasena mencapai tingkat kesucian
Arahat, ketika ia sedang melakukan atraksi yang hebat sekali di puncak dari
sebatang galah bambu yang panjang.
Setelah itu, ia turun dari galah dan memohon dengan sangat
kepada Sang Buddha untuk menerimanya sebagai seorang bhikkhu dan kemudian ia
diterima dalam pasamuan bhikkhu.
Suatu hari, ketika para bhikkhu yang lain menanyakan padanya
apakah ia tidak mempunyai segala macam perasaan takut ketika sedang turun dari
tempat yang amat tinggi (sekitar sembilan puluh kaki), ia mengatakan tidak.
Para bhikkhu tersebut menanggapi dan mengartikan hal itu sebagai cara Uggasena
untuk menyatakan diri telah mencapai tingkat kesucian Arahat.
Oleh karena itu, mereka pergi menemui Sang Buddha dan
berkata, “Bhante! Uggasena menyatakan diri sebagai seorang Arahat; dia pasti
mengatakan suatu kebohongan.” Kepada mereka, Sang Buddha menjawab, “Para
bhikkhu, seseorang yang telah memotong semua belenggu, seperti murid-Ku
Uggasena, tidak lagi memiliki ketakutan.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 397 berikut:
Ia
telah memotong semua belenggu, tidak lagi gemetar, yang bebas dan telah
mematahkan semua ikatan, maka ia Kusebut seorang ‘brahmana’.
Komentar
Posting Komentar