[lihat juga syair 25 Bab II nomor (3)]
Mahapanthaka Thera telah menjadi seorang arahat ketika adik
laki-lakinya Culapanthaka masuk dalam pasamuan bhikkhu. Culapanthaka sejak
lahir adalah seorang yang dungu karena ia pernah menertawakan seorang bhikkhu
dungu pada salah satu kehidupannya terdahulu. Culapanthaka tidak dapat bahkan
mengingat satu syair dalam waktu empat bulan. Mahapanthaka menjadi kecewa
dengan adiknya dan menyuruhnya untuk meninggalkan vihara karena ia tidak ada
gunanya berada dalam pasamuan bhikkhu.
Berkaitan dengan hal tersebut, pada suatu kesempatan, para
bhikkhu bertanya kepada Sang Buddha, mengapa meskipun ia seorang Arahat,
mengusir adik laki-lakinya dari vihara. Mereka juga menambahkan, “Apakah para
Arahat masih kehilangan kesabarannya? Apakah mereka masih mempunyai kekotoran
batin seperti keinginan jahat dalam diri mereka?”
Kepada mereka Sang Buddha menjawab, “Para bhikkhu! Para
Arahat tidak mempunyai keinginan jahat seperti nafsu dan kebencian dalam diri
mereka. Murid-Ku Mahapanthaka melakukan hal seperti itu dengan pengertian demi
keuntungan saudaranya dan bukan karena keinginan jahat.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 407 berikut:
Seseorang yang
nafsunya, kebenciannya, kesombongannya dan kemunafikannya telah gugur, seperti
biji lada yang jatuh dari ujung jarum, maka ia Kusebut seorang ‘brahmana’.
Komentar
Posting Komentar