Ratu Khema merupakan isteri utama dari Raja Bimbisara. Ia
sangat cantik dan juga sangat sombong. Raja menginginkannya untuk pergi ke
Vihara Veluvana dan memberi hormat kepada Sang Buddha. Namun ia pernah
mendengar bahwa Sang Buddha selalu berbicara meremehkan kecantikan, dan karenanya
ia mencoba untuk menghindar berjumpa dengan Sang Buddha. Raja mengerti sikapnya
terhadap Sang Buddha, ia juga tahu betapa sombongnya ratu pada kecantikannya.
Kemudian Raja memerintahkan grup musiknya untuk menyanyikan lagu pujian tentang
Vihara Veluvana, tentang tempatnya yang menyenangkan dan suasananya yang damai,
dan sebagainya. Mendengar hal itu, Ratu Khema menjadi tertarik dan memutuskan
untuk pergi ke Vihara Veluvana.
Ketika Ratu Khema tiba di vihara, Sang Buddha sedang
membabarkan Dhamma kepada para pendengar. Dengan kemampuan batin luar biasa
Beliau, Sang Buddha membuat penampakan seorang gadis muda yang sangat cantik
muncul, duduk tidak jauh dari Beliau, dan sedang mengipasi Sang Buddha. Ketika
Ratu Khema datang di ruang pertemuan, hanya ia sendiri yang melihat gadis
cantik tersebut. Membandingkan kecantikan yang luar biasa dari gadis tersebut
dengan kecantikannya, Khema menyadari bahwa kecantikannya jauh lebih rendah
dibandingkan dengan gadis tersebut. Ketika Ratu memperhatikan dengan seksama
gadis tersebut, tiba-tiba kecantikan gadis itu mulai memudar sedikit demi
sedikit. Akhirnya Ratu melihat seorang wanita tua jompo, yang kemudian berubah
menjadi mayat, tubuhnya yang berbau busuk diserang belatung. Segera pada saat
itu, Ratu Khema menyadari ketidakkekalan dan ketidakberhargaan kecantikannya.
Sang Buddha mengetahui keadaan pikiran Ratu Khema, kemudian
Beliau berkata, “O Khema! Lihatlah baik-baik pada tubuh lapuk ini yang terbalut
di sekitar kerangka tulang, dan merupakan sasaran penyakit dan kelapukan.
Lihatlah baik-baik tubuh ini yang dihargai sedemikian tinggi oleh orang bodoh.
Lihatlah pada ketidakberhargaan kecantikan gadis muda ini.” Setelah mendengar
hal itu, Ratu Khema mencapai tingkat kesucian Sotapatti.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 347 berikut:
Mereka yang bergembira
dengan nafsu indria, akan jatuh ke dalam arus (kehidupan), seperti laba-laba
yang jatuh ke dalam jaring yang dibuatnya sendiri. Tapi para bijaksana dapat
memutuskan belenggu itu, mereka meninggalkan kehidupan duniawi, tanpa ikatan,
serta melepaskan kesenangan-kesenangan indria.
Pada saat khotbah Dhamma itu berakhir, Ratu Khema mencapai
tingkat kesucian Arahat dan diterima dalam pasamuan bhikkhuni serta menjadi
‘murid utama wanita’ Sang Buddha.
Komentar
Posting Komentar