Ketika beredar berita di kalangan para murid bahwa Sang
Buddha akan mangkat (parinibbana) dalam waktu empat bulan lagi; banyak di
antara para bhikkhu puthujjana, yang belum mencapai tingkat kesucian mengalami
tekanan batin, merasa akan kehilangan. Mereka tidak tahu apa yang akan
dilakukannya. Pada umumnya mereka berusaha berada dekat dengan Sang Buddha,
tidak ingin bepergian jauh dari Beliau.
Ketika itu ada seorang bhikkhu yang bernama Dhammarama yang
tinggal menyendiri dan tidak pergi mendekat kepada Sang Buddha. Perhatian
beliau diarahkan pada perjuangannya untuk mencapai tingkat kesucian Arahat
sebelum Sang Buddha meninggal dunia. Ia melaksanakan meditasi ‘Pandangan
Terang’ (Vipassana Bhavana) dengan tekun. Kawan-kawan bhikkhu lain tidak mengerti
apa harapan beliau dan apa yang sedang dilakukannya, mereka memiliki pengertian
keliru perihal kelakuan Bhikkhu Dhammarama itu.
Kawan-kawan bhikkhu tersebut bersama Bhikkhu Dhammarama
menemui Sang Buddha, dan mereka berkata kepada Sang Bhagava, “Bhante, bhikkhu
ini kelihatan tidak mau peduli, tidak menghormat, dan tidak berbakti kepada
Bhante. Ia terlihat menyendiri pada saat para bhikkhu lain sedang berada di
dekat Bhante.”
Setelah kawan-kawan bhikkhu itu menceritakan semua
pandangannya, Bhikkhu Dhammarama dengan penuh hormat menjelaskan kepada Sang
Buddha apa yang sesungguhnya merupakan harapannya, dan juga apa yang telah
dilaksanakannya dengan mempraktekkan Vipassana Bhavana.
Sang Buddha sangat puas dan menghargai apa yang telah
diungkapkan dan dilakukan oleh Bhikkhu Dhammarama, kemudian berkata, “Anak-Ku
Dhammarama, engkau telah berprilaku sangat baik. Seorang bhikkhu yang mencintai
dan menghormat kepada-Ku hendaknya berkelakuan seperti engkau. Mereka yang
mempersembahkan bunga, pelita, dan dupa kepada-Ku tidaklah benar-benar memberi
hormat kepada-Ku. Hanya mereka yang melaksanakan Dhamma, ajaran-Ku, adalah
benar-benar seseorang yang memberikan hormat kepada-Ku.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 364 berikut:
Seorang bhikkhu yang
selalu berdiam dalam Dhamma dan gembira dalam Dhamma, yang selalu
merenungkan dan mengingat-ingat akan
Dhamma, maka bhikkhu itu tidak akan tergelincir dari Jalan Benar Yang Mulia.
Dhammarama Thera mencapai tingkat kesucian Arahat, setelah
khotbah Dhamma itu berakhir.
Komentar
Posting Komentar