Sebagai seorang murid Y.A.Mahakassapa, bhikkhu ini telah
mencapai empat tingkat pencerapan mental (jhana). Suatu hari, ketika ia pergi
untuk menerima dana makanan di rumah pamannya, ia melihat seorang wanita dan
merasa keinginan yang sangat kuat untuk memilikinya. Kemudian ia meninggalkan
Pasamuan Bhikkhu (Sangha).
Sebagai seorang umat awam, ia mengalamai kegagalan karena ia
tidak bekerja keras. Pamannya mengusir bekas bhikkhu itu dari rumahnya.
Kemudian ia berkawan dengan beberapa pencuri. Dalam salah satu aksinya, mereka
semua ditangkap oleh yang berwajib dan dibawa ke makam untuk dihukum mati.
Y.A.Mahakassapa melihat bekas muridnya ketika sedang dibawa
keluar, dan berkata kepadanya, “Muridku, jagalah pikiranmu teguh pada satu
obyek meditasi.” Seperti diperintahkan, ia berkonsentrasi dan membiarkan
dirinya masuk ke dalam keadaan pencerapan mental yang dalam. Di makam, saat
petugas hukuman mati sedang membuat persiapan untuk membunuhnya, bekas bhikkhu
tersebut sangat tenang dan tidak menunjukkan tanda-tanda ketakutan dan
kegelisahan. Petugas tersebut serta para penonton terpesona dan sangat tertarik
dengan keberanian dan ketenangan orang itu, kemudian mereka melaporkan tentang orang
itu kepada Raja dan juga kepada Sang Buddha.
Raja memberi perintah untuk melepaskan orang itu. Sang
Buddha ketika mendengar tentang kejadian tersebut mengirimkan sinar Beliau dan
muncul di hadapan pencuri itu sehingga ia seperti berhadapan langsung dengan
Sang Buddha.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 344 berikut:
Setelah bebas dari
hutan keinginan (kehidupan rumah tangga), ia menemukan hutan kesucian
(kehidupan pertapa). Tapi, walaupun telah bebas dari keinginan (akan kehidupan
rumah tangga) ia kembali ke rumah lagi. Lihatlah orang seperti itu! Setelah
bebas, ia kembali pada ikatan itu lagi.
Pada akhir khotbah Dhamma tersebut, pencuri yang teguh
menjaga pikirannya pada timbul dan tenggelamnya segala sesuatu yang berkondisi
menyadari sifat ketidakkekalan, ketidakpuasan, dan tanpa inti dari segala
sesuatu yang berkondisi. Ia mencapai tingkat kesucian Sotapatti. Kemudian ia
pergi menghadap Sang Buddha di vihara Jetavana, di mana ia sekali lagi diterima
masuk ke dalam Pasamuan Bhikkhu (Sangha) oleh Sang Buddha, dan ia dengan cepat
mencapai tingkat kesucian Arahat.
Komentar
Posting Komentar