Murid-murid dari pertapa-pertapa Titthi tidak ingin
anak-anak mereka bermain dengan anak-anak pengikut Sang Buddha. Mereka sering
berkata kepada anak-anaknya, “Jangan pergi ke Vihara Jetavana, jangan memberi
hormat kepada para bhikkhu dari suku Sakya!”
Suatu ketika, anak laki-laki Titthi tersebut sedang bermain
dengan seorang anak laki-laki Buddhis di dekat pintu masuk Vihara Jetavana,
mereka merasa sangat haus. Karena anak-anak dari murid-murid pertapa Titthi
telah diberitahu oleh orang tua mereka untuk tidak memasuki vihara Buddha,
mereka meminta anak laki-laki Buddhis itu untuk pergi ke vihara dan membawakan
air untuk mereka. Anak laki-laki Buddhis tersebut pergi masuk ke vihara, memberi
hormat kepada Sang Buddha. Setelah minum, ia menceritakan kepada Sang Buddha tentang
teman-temannya yang dilarang oleh orang tua mereka untuk memasuki vihara
Buddha.
Sang Buddha berkata kepada anak laki-laki tersebut agar
disampaikan kepada teman-temannya yang bukan Buddhis untuk datang dan minum di
vihara. Ketika anak-anak laki tersebut datang, Sang Buddha memberi khotbah
kepada mereka untuk menyesuaikan wataknya yang beraneka ragam. Sebagai
hasilnya, anak-anak tersebut menjadi yakin terhadap Tiga Permata (Tiratana),
yaitu Buddha, Dhamma, dan Sangha.
Ketika anak-anak tersebut kembali ke rumah, mereka
menceritakan kunjungan mereka ke Vihara Jetavana dan tentang Sang Buddha yang
telah mengajarkan Tiga Permata kepada mereka.
Karena kebodohannya, para orang tua anak-anak tersebut
berteriak, “Anak-anak laki kita telah tidak setia terhadap kepercayaan kita,
mereka telah dihancurkan,” dan seterusnya. Beberapa tetangga yang pandai
menasehati orang tua yang sedang meratap itu untuk berhenti menangis, dan
sebaiknya mengirimkan anak-anak mereka kepada Sang Buddha. Mereka
menyetujuinya, dan anak-anak tersebut beserta orang tuanya pergi menghadap Sang
Buddha.
Sang Buddha mengetahui mereka datang. Beliau berkata kepada
mereka dalam syair 318 dan 319 berikut ini:
Mereka yang menganggap
tercela terhadap apa yang sebenarnya tidak tercela, dan menganggap tidak
tercela terhadap apa yang sebenarnya tercela; maka orang yang menganut
pandangan salah seperti itu akan masuk ke alam sengsara.
Mereka yang mengetahui
apa yang tercela sebagai tercela, dan apa yang tidak tercela sebagai tidak
tercela; maka orang yang menganut pandangan benar seperti itu akan masuk ke
alam bahagia.
Pada akhir khotbah Dhamma ini, semua orang yang hadir
menjadi yakin terhadap Tiga Permata (Tiratana), dan setelah mendengarkan
khotbah selanjutnya dari Sang Buddha, mereka mencapai tingkat kesucian
sotapatti.
Komentar
Posting Komentar