Langsung ke konten utama

Dhammapada Bab XXI (XXI:5. Kisah Anak Laki-laki Penebang Kayu)


Suatu ketika di Rajagaha, seorang penebang kayu pergi ke dalam hutan dengan anak laki-lakinya untuk mencari kayu. Waktu kembali ke rumah pada sore hari, mereka berhenti dekat suatu pemakaman untuk makan. Mereka juga melepaskan kuk dari dua lembu jantannya sehingga lembu-lembu bisa merumput di sekitar tempat itu. Tetapi kedua lembu jantan itu pergi tanpa mereka sadari. Segera setelah mereka sadar bahwa dua ekor lembunya telah hilang, penebang kayu pergi mencarinya, meninggalkan anaknya dengan kereta berisi kayu bakar. Sang ayah memasuki kota, mencari lembunya. Ketika ia kembali pada anaknya, ternyata ia sudah terlambat, gerbang kota telah ditutup. Karena itu anak laki-lakinya terpaksa tidur sendiri di bawah kereta.
Anak laki-laki penebang kayu itu, meskipun usianya muda, selalu penuh perhatian dan mempunyai kebiasaan merenungkan sifat-sifat mulia Sang Buddha.
Malam itu dua raksasa datang untuk menakut-nakuti dan ingin membuatnya celaka. Ketika salah satu raksasa menarik kaki anak laki-laki itu, ia berteriak, “Saya menghormat kepada Sang Buddha!” (Namo Buddhassa).
Mendengar kata-kata dari anak itu, raksasa-raksasa menjadi ketakutan dan juga merasa harus melindungi anak itu. Sehingga salah satu dari kedua raksasa itu tetap berada dekat anak itu, menjaganya dari semua bahaya. Raksasa lainnya pergi ke istana raja dan membawa nampan berisi makanan Raja Bimbisara. Kedua raksasa memberi makan kepada anak itu bagaikan anaknya sendiri. Di istana raja, raksasa meninggalkan pesan tertulis perihal nampan makanan istana, dan pesan ini hanya terbaca oleh sang Raja.
Pada pagi hari, pegawai Raja menemukan bahwa nampan makanan istana telah hilang, mereka sangat putus asa dan ketakutan. Raja menemukan pesan yang ditinggalkan oleh raksasa dan menunjukkan pegawainya tempat di mana ia harus mencari. Pegawai raja menemukan nampan makanan istana di antara kayu bakar di dalam kereta. Mereka juga menemukan anak laki-laki yang masih tidur di bawah kereta. Ketika ditanya, anak itu menjawab bahwa ayahnya datang kepadanya untuk memberi makan pada malam hari dan ia tidur pulas, tanpa takut setelah memakan makanannya. Anak itu hanya mengetahui sampai di situ, tidak lebih.
Raja menghadapkan kedua orang tuanya bersama dengan anak itu kepada Sang Buddha. Raja waktu itu telah mendengar bahwa anak tersebut selalu penuh perhatian merenungkan sifat-sifat mulia Sang Buddha dan juga ia telah meneriakkan ‘Namo Buddhassa’, ketika raksasa menarik kakinya di malam hari.
Raja bertanya kepada Sang Buddha, “Apakah penuh perhatian terhadap sifat-sifat mulia Sang Buddha adalah satu-satunya Dhamma yang dapat memberi perlindungan kepada seseorang terhadap kemalangan dan mara bahaya, ataukah penuh perhatian terhadap sifat-sifat mulia Dhamma sama manfaat dan kuatnya?”
Sang Buddha menanggapi, “O Raja, siswaKu! Terdapat enam hal, apabila penuh perhatian terhadapnya akan merupakan perlindungan yang baik mengatasi kemalangan dan mara bahaya.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 296, 297, 298, 299, 300 dan 301 berikut ini:
Para siswa Gotama telah bangun dengan baik dan selalu sadar, sepanjang siang dan malam mereka selalu merenungkan sifat-sifat mulia Sang Buddha dengan penuh kesadaran.
Para siswa Gotama telah bangun dengan baik dan selalu sadar, sepanjang siang dan malam mereka selalu merenungkan sifat-sifat mulia Dhamma dengan penuh kesadaran.
Para siswa Gotama telah bangun dengan baik dan selalu sadar, sepanjang siang dan malam mereka selalu merenungkan sifat-sifat mulia Sangha dengan penuh kesadaran.
Para siswa Gotama telah bangun dengan baik dan selalu sadar, sepanjang siang dan malam mereka selalu merenungkan sifat-sifat badan jasmani dengan penuh kesadaran.
Para siswa Gotama telah bangun dengan baik dan selalu sadar, sepanjang siang dan malam mereka bergembira dalam keadaan bebas dari kekejaman.
Para siswa Gotama telah bangun dengan baik dan selalu sadar, sepanjang siang dan malam mereka bergembira dalam ketenteraman Samadhi.
Pada saat khotbah Dhamma berakhir, anak itu beserta kedua orang tuanya mencapai tingkat kesucian sotapatti. Kemudian mereka bergabung dalam Pasamuan Bhikkhu (Sangha) dan akhirnya mencapai tingkat kesucian arahat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sutra Ksitigarbha Bodhisattva Purva Pranidhana

Download dalam bentuk pdf Bab 1 – Istana Trayastrimsa Demikian yang kudengar: Pada suatu waktu, Sang Buddha berada di Surga Trayastrimsa untuk memberi khotbah Dharma kepada ibu-Nya. Sang Buddha ingin agar ibu-Nya dapat terbebas dari Triloka dan dilahirkan di alam Buddha. Beliau memasuki samadhi dan pada saat itu Vinnyana-Nya (kesadaran-Nya) menjadi Badan Dharmakaya pergi ke Surga Trayastrimsa. Sewaktu Sang Buddha akan memberi khotbah Dharma kepada ibu-Nya di istana surga Trayastrimsa, datanglah para Buddha beserta para Bodhisatva-Mahasattva dari 10 penjuru jagad yang jumlahnya sulit diperkirakan! Mereka berkumpul di pesamuhan agung di istana Surga Trayastrimsa dan dengan perasaan amat gembira serta dengan khidmat mereka menyanjung dan memuji jasa-jasa dan kebajikan dari Buddha Sakyamuni. Mereka juga mengagumi Buddha Sakyamuni yang bertekad berada di Jambudvipa (alam manusia) atau alam Sahaloka yang memiliki Panca-Kasayah (5 macam kekeruhan) tapi Beliau dapat menampilkan

Amitayur Dhyana Sutra

Download dalam bentuk pdf Amitayur Dhyana Sutra Sutra Perenungan terhadap Buddha Amitayus Latar Belakang Pada suatu saat Sang Buddha berdiam di Vihara yang terletak di Gunung Grdhrakuta (puncak burung nasar), dekat Kota Rajagrha di Negeri Magadaha. Beliau bersama-sama dengan 1250 Bhiksu Agung dan 32000 Bodhisattva Mahasattva yang dipimpin oleh ketuanya yaitu Pangeran Dharma Manjusri. Pada saat itu, di Kota Rajagrha terdapat seorang pangeran bernama Ajatasatruyang telah dihasut oleh kawannya yang jahat, Devadatta dan juga kawan lainnya untuk mengurung ayahnya, Raja Bimbisara di dalam suatu gedung yang tertutup dengan 7 lapis tembok permanen, dan dijaga sangat ketat dan tidak mengijinkan para menteri dan orang lain datang menengok kepala Negara itu, bahkan ia melarang memberi makan kepada ayahnya yang malang itu. Peristiwa itu sangat menyedihkan   para keluarga Raja Bimbisara di dalam istana, terutama Ratu Vaidehi, ia sangat rindu kepada sang Raja! Pada suatu hari ia m

Sutra Amitayus

Download dalam bentuk pdf Bab 1 (Pendahuluan) Demikianlah yang telah kudengar. Pada suatu saat, Sang Buddha berada di gunung Grdhrakuta, dekat kota Rajagaha bersama-sama dengan 12 ribu maha biksu yang telah memiliki 6 Kekuatan Batin (sad abhija), seperti Ajnatakaundinya, Asvajit, Vaspa, Mahanama, Bhadrajit, Yasodeva, Vimala, Subahu, Purna Maitrayaniputra, Uruvilva Kasyapa, Nadi Kasyapa, Gaya Kasyapa, Kumara Kasyapa, Maha Kasyapa, Sariputra, Maha Maudgalyayana, Malikarsthilya, Maha Kapphina, Maha Cunda, Aniruddha, Nandika, Kampila, Subhuti, Revata, Khadiravanika, Vakula, Svagata, Amogharaja, Parayanika, Patka, Cullapatka, Nanda, Rahula, Ananda, dan lainnya yang berstatus sesepuh (Sthavira). Hadir juga rombongan Bodhisattva Mahasattva yang telah menguasai ajaran Mahayana, antara lain Samanta Bharda Bodhisattva, Manjusri Bodhisattva, Maitreya Bodhisattva. Hadir juga Bodhisattva yang bergelar 16 Tokoh Suci (Sodasa Satpurura). Mereka adalah Bradhapala, Ratnakara, Susarthav